Betapa Susahnya Social Distancing Di Negara Kapitalis



Oleh: Abu Mush'ab Al Fatih Bala (Penulis Nasional dan Pemerhati Politik Asal NTT)

Negara kapitalis sesuai dengan kata dasarnya kapital adalah negara yang menjunjung tinggi modal. Modal atau kapital adalah segala-galanya. Tanpa modal negara bisa mati.

Namun sayang itu hanya ungkapan, kenyataannya modal itu hanya dikuasai segelintir orang yang jumlahnya hanya 1% dari total populasi sebuah negara. Sudah begitu, negara-negara ini tak acuh dalam penangan wabah corona.

Negara kapitalis memandang bahwa lock down menghabiskan biaya yang sangat besar dan merasa virus corona tak akan sampai ke negaranya. Negara yang tidak memprioritaskan lock down biasanya terlambat mengantisapi berkembang luasnya virus Corona seperti China, Italia, Amerika Serikat dll. Mereka sempat babak belur.

Kadang masyarakatnya setuju pemerintahnya tidak seperti salahsatu negara di Asia Tenggara. Kadang pula pemerintahnya setuju lock down tapi masyarakatnya tidak contohnya Italia. Seorang WNI yang belajar di Italia mengatakan bahwa dia mengira Italia, Perancis, Belanda dan negara Eropa lainnya adalah negara yang memiliki masyarakat yang maju.

Ternyata perilaku masyarakatnya mengalami kemunduran fatal. Abai terhadap anjuran pemerintah. Ketika kasus Corona masih minim orang-orang tetap beraktivitas seperti biasanya. Kafe, perkantoran, universitas, masih dibuka. 

Tak ada istilah social distancing (jaga jarak). Yang ada hanyalah Social Solidity (Kepadatan Sosial). Transportasi masih beroperasi menghubungkan banyak warga sehingga kasus Corona terus membesar dan menelan banyak korban. Warga Italia pun frustasi karena angka kematian pernah menyentuh 800 kasus per hari. Belum diketahui secara pasti apakah telah terjadi herd immunity di Italia atau tidak.

Ada juga negara yang mencari alternatif selain lock down yang seolah-olah lebih baik tetap juga tak mampu mengendalikan laju ekonomi. Pembatasan gerak manusia namun tidak melakukan lock down menjadi permasalahan tersendiri tentang kapankah wabah ini bisa segera diakhiri.

Anehnya, di negara ini hanya rumah ibadah misalnya Masjid yang dikenakan sosial distancing. Sedangkan tempat-tempat lain seperti pasar, jalan, mall, tempat konser mendapatkan pelonggaran untuk tidak mendapatkan social distancing. Yang seharusnya dilakukan adalah semua tempat mendapatkan social distancing. Sambil diiringi bantuan logistik kepada semua warganya. Tindakan ini merupakan kewajiban bagi semua penguasa yang memiliki tanggungan yakni rakyatnya.

Imbasnya kepada para tenaga medis. Mereka yang telah banyak korban jiwa kini merasa tertekan. Setelah maksimal menyelematkan masyarakat, ternyata masih banyak warga yang tak peduli. Bepergian dan berinteraksi tanpa memperhatikan prosedur kesehatan. Para tenaga medis ingin negara segera terbebas dari Corona dan ingin segera berkumpul dengan keluarganya. Menyelamatkan satu manusia itu seperti menyelamatkan seluruh manusia.

Namun kasus penyebaran Corona ini diperburuk dengan adanya istilah herd immunity. Seleksi alam dengan "model Charles Darwin" tak bisa dibenarkan dalam hal ini. Ketika lock down tidak dipakai maka herd community akan menjadi "kuburan massal". Mengingat bisa jadi ada jutaan warga yang sistem imunnya tidak kuat.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena cara pandang negara kapitalis menganggap pengurusan masyarakat adalah beban. Jika semakin banyak dana yang keluar tanda semakin besar beban negara. Sedangkan perampokan SDA oleh para perusahaan kapitalis tidak dianggap beban.

Mengapa? Karena cara pandang kapitalis menyerahkan penguasaan kekayaan itu di tangan para pemodal (wa bil khusus para pemodal pemilu). Oleh karena itu agar sistem bisa berpihak kepada masyarakat maka sistem kapitalisme harus diganti.

Diganti ke sistem Islam. Sistem yang kata dasarnya adalah Islam. Islam adalah agama yang menyelamatkan umat. Dan terbukti selama 14 abad lamanya peduli dengan urusan umat dan kemanusiaan.

Sistem Islam diakui oleh Muslim dan Non Muslim. Sistem ekonominya diakui oleh Paus dan direkomendasikan untuk seluruh negara. Berbagai kontribusi yang diberikan kepada negara lain terjadi dalam sistem Islam.

Eropa dan Amerika pernah diselamatkan dari kelaparan besar atau the great hunger oleh Khilafah Islam. Bahkan angka buta iptek pada zaman kegelapan atau dark age terjadi pada zaman ini ketika Eropa mengirim mahasiswanya untuk belajar ke universitas-universitas besar di Khilafah Islam.

Dan yang tak kalah pentingnya adalah kesuksesan Khilafah Islam menghilangkan wabah pada masa Umar bin Khattab ra. Yang diduga tidak dipopulerkan atau disembunyikan kenyataannya oleh negara-negara kapitalis. Semoga dapat diwujudkan kembali sistem Islam itu. []

Bumi Allah SWT, 20 Mei 2020

Posting Komentar untuk "Betapa Susahnya Social Distancing Di Negara Kapitalis"