Ideologi Komunisme: Berbahaya, Beracun dan Menular
Oleh: Abu Mush'ab Al Fatih Bala (Penulis Nasional & Pemerhati Politik Asal NTT)
Pro kontra tentang RUU Haluan Ideologi Pancasila terus bergulir. RUU tersebut merupakan usulan Badan Legislasi (Baleg) DPR yang dibahas dalam panitia kerja (panja). Berdasarkan website DPR, pembahasan sudah dimulai saat rapat Panja di Baleg tanggal 11 Februari 2020.
Unsur yang paling mencolok dalam perdebatan ialah tentang TAP MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Larangan Setiap Kegiatan Untuk Menyebarkan Atau Mengembangkan Paham atau Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme yang belum atau mungkin tidak menjadi landasan dalam RUU tersebut. Padahal TAP MPRS tersebut sangat penting dikeluarkan dan berhasil menghalangi kemunculan dan perkembangan gerakan Komunis yang telah dilarang di negeri ini.
Gerakan pemberontakan 30 September atau yang populer dengan G-30 S/PKI telah menunjukkan bahwa ideologi Komunis berbahaya bagi negara dan agama. Gerakan ini terinspirasi dengan ideologi Komunis yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, termasuk menggunakan tindakan kekerasan yang menelan banyak korban jiwa dan harta.
Ideologi Komunisme lahir dari keputus-asaan dan kebencian yang mendalam terhadap hegemoni ideologi kapitalisme terhadap dunia. Ketika Kapitalis semakin kaya dan menindas yang semakin miskin, disitu lah letak ketidak adilan di mata para pencetus komunisme.
Mereka memandang tingginya angka kemiskinan disebabkan alat-alat produksi berada di tangan para kapitalis dan agama adalah candu yang melenakan manusia hingga membela dan mengamankan kepentingan para pemilik modal.
Namun, sayang perlawanan ideologi Komunisme selalu diwarnai dengan kekerasan yang anti agama dan kemanusiaan. Ini lah yang menyebabkan negara-negara dengan ideologi Komunisme tak pernah berkembang dan menjadi pemimpin dunia. Contohnya, Uni Soviet yang pernah menjadi kekuatan adidaya saingan Amerika Serikat.
Uni Soviet pun runtuh tak sampai seabad berjaya karena menindas negara-negara jajahannya. Banyak bukti sejarah membuktikan bagaimana tentara Soviet menyerang masjid-masjid di Asia Tengah seperti Kazakhstan, Turkistan, Uzbekistan dll. dan membunuh Jama'ahnya. Naluri beragama (gharizatun tadayyun) dicoba untuk dibunuh dan inilah yang membangkitkan perlawanan rakyat dan akhirnya meruntuhkan sang raksasa Uni Soviet.
Rusia dan China pun bukan lagi negara komunis tulen. Ekonominya telah beralih ke ekonomi kapitalisme. Meskipun demikian karena ruhnya adalah komunisme, tekanan tak manusiawi terhadap pemeluk beragama masih terus berlangsung. Kebiasaan komunis China adalah memaksa Muslim Uighur untuk tidak berpuasa pada bulan suci Ramadhan. Ketika itu, aparat China akan mendatangi Muslim Uighur dan memaksa mereka makan daging babi dan minum minuman beralkohol pada siang hari. Bagi yang melawan akan dipenjara.
Begitu juga dengan hak ibadah, Muslim Uighur dilarang shalat lima waktu ke masjid. Bahkan setiap Jum'at, masjid-masjid diawasi oleh tentara. Turis Muslim pun sempat dilarang beribadah di masjid tersebut.
Bahkan hal ini diperparah dengan tahanan dekonsentrasi Muslim Uighur yang sempat viral tahun lalu. Sebanyak 1 juta warga Muslim Uighur ditahan dan sebagiannya sempat disetrum listrik. Sedangkan UU disana mewajibkan seorang laki-laki China Kafir tinggal serumah dengan para Muslimah Uighur. Ini lah perbuatan Komunis yang tidak melambangkan peradaban yang agung.
Korea Utara satu-satunya negara yang dianggap sebagai Komunis yang paling tulen saat ini. Namun, Korut hilang pamor dan tak bisa menghilangkan dominasi kapitalisme di dunia. Walaupun komunisme anti tuhan, Korut "menuhankan" presidennya. Kebebasan berperilaku dan kepemilikan dicabut. Masyarakat tidak boleh mengkritik pemimpinnya. Korut lebih mirip miniatur diktator tulen.
Sedangkan negara-negara komunis lainnya juga hilang pamor. Sering dihantam krismon dan krisis akhlak dalam negeri seperti kekerasan dan tingginya angka narkoba.
Sedangkan di dalam negeri gerakan Komunis meninggalkan luka yang dalam bagi rakyat. Banyak pengkhianatan terjadi. Yang paling populer adalah pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948 dan G-30 S/PKI. Korbannya adalah rakyat, TNI, Santri dan Ulama.
Ideologi yang tidak mengenal tuhan ini tapi menuhankan materi telah membabi buta dalam membantai rakyat. Dalam ideologi ini Partai Komunis adalah penggerak revolusi. Kekerasan adalah metode perubahannya.
Gesekan fisik antara golongan atas (elit/pengusaha) dengan golongan bawah (petani dan buruh) adalah prosesnya. Sedangkan pemenang dari gesekan itu adalah masyarakat baru yang diidamkan oleh ideologi berbahaya ini. Pemahaman seperti ini beracun dan menular.
Oleh karena itu sudah saatnya segenap komponen umat membangun kesadaran dan bersatu untuk melawan bangkitnya ideologi komunisme yang terbukti gagal menyelamatkan umat manusia dari penjajahan kapitalisme. []
Bumi Allah SWT, 25 Mei 2020
Posting Komentar untuk "Ideologi Komunisme: Berbahaya, Beracun dan Menular"