Penistaan Kembali Terjadi Akidah Umat Diuji
Oleh: Sherly Agustina, M.Ag (Kontributor media dan pemerhati kebijakan publik)
Rasulullah Saw. bersabda:
"Tidak sempurna keimanan setiap kalian sampai aku lebih kalian cintai daripada orang tua kalian, daripada anak kalian, dan daripada seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Puluhan ribu pengunjuk rasa anti Prancis berbaris di ibu kota Bangladesh pada Selasa (27/10). Mereka menentang sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron yang membela guru yang menampilkan kartun menggambarkan Nabi Muhammad. Dikutip AFP, Selasa (27/10), umat muslim di seluruh dunia telah bereaksi dengan marah atas pembelaan kuat Macron, atas hak mengejek agama pasca pembunuhan seorang guru sekolah Prancis, yang telah menunjukkan kartun nabi kepada murid-muridnya.
Di Suriah, orang-orang membakar foto pemimpin Prancis, bendera tiga warna dibakar di ibu kota Libya, Tripoli. Barang-barang produk Prancis ditarik dari rak supermarket di Qatar, Kuwait, dan negara-negara Teluk lainnya. Para pengunjuk rasa di Dhaka menyalakan patung Macron selama pawai hari Selasa. Tidak kurang dari 40.000 polisi ditempatkan untuk berjaga-jaga. Macron juga jadi sasaran di Pakistan dan Maroko, kelompok Islam Palestina Hamas, Taliban di Afghanistan dan gerakan Syiah Lebanon Hizbullah juga telah berbicara menentang Prancis (Gatra.com, 27/10/20).
Sekitar 7 negara mengajukan protes hingga puluhan ribu orang turun ke jalan, protes atas pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Macron diprotes karena mengeluarkan izin atas publikasi karikatur Nabi Muhammad. Di antara 7 negara tersebut yaitu: Italia, Pakistan, Turki, Libanon, Afganistan, India dan Bangladesh. Selama sepekan terakhir, protes dan seruan untuk memboikot produk Prancis telah menyebar dengan cepat dari Bangladesh ke Pakistan hingga Kuwait (Kompas.tv, 31/10/20).
Sikap Macron dilatarbelakangi oleh kejadian terbunuhnya seorang guru bernama Paty, setelah memperlihatkan karikatur Nabi pada muridnya. Macron bertekad akan menjamin kebebasan berpendapat di Perancis, hal ini di dukung beberapa negara lain di Eropa. Dia menganggap bahwa Islam agama krisis, teror dan radikal.
Protes dari kaum Muslim di seluruh dunia termasuk Indonesia telah menggema di jagad maya dan nyata. Sebagai reaksi atas tindakan presiden Perancis, Macron mendukung Charlie Hebdo dalam menerbitkan karikatur Nabi Muhammad SAW secara berulang-ulang. Tentu hal ini sangat melukai perasaan umat Islam, karena sosok Nabi bagi umat Islam adalah sakral tak bisa dianalogikan dalam bentuk apapun.
Menjamin kebebasan berpendapat tentu tidak boleh mengganggu kebebasan berkeyakinan umat yang lain. Jika dalihnya menjunjung kebebasan, namun kebebasan berkeyakinan merupakan sesuatu yang sakral bagi masing-masing pemeluknya. Begitu ambigu demokrasi karena kebebasan yang dimaksud hanya untuk kepentingan umat di luar Islam, tidak berlaku bagi umat Islam.
Islam tak pernah mengajarkan demikian, bahkan Islam mengajarkan toleransi yang luar biasa. Termaktub dalam firman-Nya: "Untukmu agamamu, untukku agamaku" (TQS. al-Kaafiruun: 6). Tidak saling mengganggu karena pluralitas bagian dari sunnatullah. Selama Islam memimpin dunia, kebebasan berakidah sangat dijaga.
Nabi SAW bersabda, “Man kana ‘ala Yahudiyyatihi au Nashraniyyatihi fainnahu la yuftannu” (Siapa saja yang tetap dengan keyahudiannya, atau kenasraniannya, maka tidak akan dihasut [untuk meninggalkan agamanya]).
Namun demikian, semua yang terjadi tak lepas dari skenario Allah. Jika terjadi berarti Allah menghendaki, maka sebagai umat Islam mencoba melihat dari kaca mata akidah. Ada hikmah apa di balik semua ini? Setiap kali penistaan terjadi pada ajaran Islam, umat selalu bersatu membela karena panggilan akidah tak rela ajaran dan junjungannya dinista.
Artinya, umat masih memiliki potensi yang bisa mempersatukan umat Islam tidak hanya di negeri ini tapi juga seluruh dunia. Potensi itu adalah kekuatan akidah, jika dipicu potensi ini maka akan menggerakkan umat tanpa batas. Terbukti, walau umat Islam tersekat oleh nation state dan perbedaan apapun di dalam negeri ditambah isu politik, dan sebagainya. Umat tetap bisa bersatu dengan potensi akidah ini.
Bisa jadi Allah sedang mempersiapkan umat di seluruh dunia untuk bersatu dengan momen seperti ini salah satunya. Bisa juga Allah menguji ingin melihat kekuatan cinta umat Islam pada Baginda Rasul saat dihina dan dinista. Apakah diam atau bergerak membela karena dorongan akidah? Terlebih momentnya tepat di bulan Rabi'ul Awal, dimana umat Islam merayakan Maulid Nabi Saw.
Sisi politisnya ialah, hendaknya umat berfikir bahwa jika tanpa perisai maka Islam akan terus dinista. Peluang penistaan akan kembali terjadi, sementara yang bisa dilakukan oleh umat Islam hanya unjuk rasa mengecam begitu pula pemimpin negeri-negeri kaum Muslim. Butuh level negara yang membela dan menjadi perisai, berdiri di depan kaum Muslim. Negara tersebut tiada lain ialah Khilafah, yang menjadi negara adi daya head to head dengan negara adi daya saat ini.
Hingga nanti Islam dan kaum Muslim memiliki haibah (wibawa) di hadapan dunia International. Siapa pun tak akan berani melakukan penistaan terhadap Islam, karena yang berani menista akan ditindak tegas oleh khilafah. Namun, Islam tetap menjunjung tinggi toleransi dan kebebasan berkeyakinan. Sudah terbukti dan tercatat dalam sejarah, Islam juga akan menebar rahmat ke seluruh alam.
Allahu A'lam Bi Ash Shawab.
Posting Komentar untuk "Penistaan Kembali Terjadi Akidah Umat Diuji"