Kemenangan Tanpa Kegembiraan

Umat Muslim Palestina saat Sholat Idul Fitri di Masjid Al-Aqsa


Oleh : L. Nur Salamah, S.Pd (Komunitas Aktif Menulis & Kontributor Media)


Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar Laa llaa ha illaAllah waAllahuakbar

Allahuakbar walillahilhamd

Gema takbir bersahutan, menggetarkan setiap jiwa yang melafadzkan, isyarat berlalunya bulan Ramadan yang penuh rahmat dan ampunan, berganti dengan idul fitri yang dinantikan.

Namun, benarkah umat Islam merayakan kemenangan?

***

Hari raya Idul Fitri 1442 H, yaitu hari di mana umat Islam seluruh dunia merayakan kemenangan setelah melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh di Bulan Ramadan. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, meski dua tahun terakhir ini, puasa dan lebaran berada dalam suasana pandemi, namun tidak mengurangi esensi merayakan idul fitri. Masih tetap bisa berbagi dan silaturahmi. Untuk keluarga dan kerabat yang jauh bisa melalui teknologi komunikasi seperti panggilan video WhatsApp, zoom, duo dan lain sebagainya. 

Untuk keluarga yang tinggal berdekatan, masih bisa bercengkerama, menikmati hidangan, bercanda dan tertawa bersama dengan penuh kegembiraan. 

Namun, di belahan bumi yang lain, ada sebagian saudara kita tidak menikmati indahnya kebersamaan dan meriahnya suasana idul fitri. Bahkan, kondisinya berbanding terbalik. Seperti dilansir dari laman cnnindonesia (08/06/2019) bahwa, situasi di penghujung Bulan Ramadan dan idul fitri bagi masyarakat Muslim Uighur yang merupakan suku minoritas, mereka merayakan lebaran dengan berbagai tekanan setelah masjid puluhan dihancurkan.

Begitu juga dengan saudara kita di Palestina. Mereka menyambut hari raya Idul Fitri 1442H tidak dengan suara riuh menggemanya kegembiraan, melainkan suara ledakan bom dan senjata. Seperti dilansir dari laman Republika.co.id (12/05/2021) bahwa, mulai senin malam sebanyak 26 warga Palestina meninggal dalam serangan udara Israel di jalur Gaza, termasuk di dalamnya anak-anak dan perempuan. Ketegangan yang terjadi dipicu karena aksi protes atas rencana pengusiran warga Palestina dari rumah mereka di Yerusalem Timur.

Selain itu, aksi bentrok antara pengunjuk rasa dan polisi Israel di sekitar Masjid Al-Aqsha, di mana pasukan keamanan juga menyerang jamaah yang sedang melakukan salat tarawih menjadikan situasi makin memburuk. 

Suasana kian mencekam. Mereka menikmati malam dengan suasana teror dan bom. Tidak sedikit dari mereka kehilangan orang-orang yang dicintainya, mereka di paksa untuk menghancurkan rumah tempat tinggal mereka, jika tidak mau, maka harus membayar dengan jumlah yang sangat mahal. 

Sikap Penguasa Negeri Muslim

Menyaksikan kebrutalan dan kezaliman yang dilakukan oleh Zionis Israel laknatullah, dunia terdiam. Para pemuja HAM juga terbungkam. Penguasa-penguasa negeri muslim hanya menyampaikan kecaman, pembelaan yang diberikan sebatas retorika semata, bantuan kemanusiaan yang diberikan seringnya hanya sebatas pencitraan. Tidak tergerakkah hati mereka untuk mengirimkan pasukan tentara untuk membela saudara muslim di sana.

Padahal sudah sangat jelas bahwa sesama muslim ibarat satu tubuh, sebagaimana sabda Rasulullah Saw sebagai berikut :

Dari An-Nu'man bin Bisyir dia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, menyayangi diantara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan turut merasakan sakitnya." (HR. Muslim no 4685).

Penderitaan yang dialami saudara kita di Palestina, bukanlah yang pertama kali terjadi, namun sebuah tragedi yang berulang. Korban berjatuhan dengan jumlah yang tidak sedikit. Bukan hanya puluhan, tapi ribuan bahkan jutaan, tidak ada bantuan yang serius menyelesaikan konflik tersebut. 

Padahal sangat jelas dalam Alquran surat Al-Maidah ayat 32 yang artinya, "Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang siapa membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barang siapa memelihara kehidupan semua manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya Rasul kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak diantara mereka setelah itu melampaui batas di bumi."

Berdasarkan ayat di atas, membunuh satu nyawa saja tidak dibenarkan, apalagi sampai jutaan nyawa melayang karena kebengisan zionis Israel. 

Namun, menyaksikan fenomena tersebut, organisasi-organisasi internasional yang ada seperti PBB termasuk OKI (Organisasi Konferensi Islam) pun hanya bergeming, seolah hanya sebagai penonton sebuah permainan sandiwara. 

Padahal, ketika kita mempelajari sejarah, tujuan pembentukan OKI antara lain adalah mendukung perdamaian dan keamanan internasional, melindungi tempat-tempat suci Islam seperti Masjid Al-Aqsho, dan membantu perjuangan pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat. Namun semuanya hanya teori dan slogan semata.

Solusi Hakiki untuk Palestina

Konflik dan penderitaan yang dialami saudara muslim di Palestina maupun berbagai wilayah yang lain seperti Muslim Uighur, Rohingya, Kashmir di India tidak akan pernah usai tanpa adanya kekuatan militer dalam sebuah institusi negara. Karena negara sebagai pelindung atau perisai bagi umat. Yang mampu melindungi izzah Islam wal muslimin. Negara yang dimaksudkan di sini adalah sebuah negara yang menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Serta menyatukan negeri-negeri muslim dalam satu kepemimpinan yang di sebut Al-Imam atau Sultan atau kholifah. Dengan demikian akan menjadi lebih mudah bagi sebuah negara untuk menghentikan berbagai bentuk kezaliman, melalui kekuatan militernya.

Oleh karena itu, tidak ada cara lain bagi kita untuk menolong saudara kita, yakni dengan mengembalikan lagi kehidupan Islam dengan sebuah perjuangan mewujudkan kembali daulah Islam yang pernah dihancurkan oleh tangan kotor Mustafa Kemal Pasya laknatulalah alaik. 

Perjuangan yang kita lakukan adalah menyadarkan umat bahwa, hanya Islamlah yang dapat menyelesaikan berbagai problematika yang dihadapi umat saat ini. Termasuk melumpuhkan kekuatan Zionis Israel. 

WaAllahu'alam Bisshowwab 

Posting Komentar untuk "Kemenangan Tanpa Kegembiraan"