Hakikat Penciptaan dan Qodar Sumber : Hadits ke-4 Arbain Nawawi, part 2
Oleh : L. Nur Salamah, S.Pd (Komunitas Aktif Menulis & Kontributor Media)
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا
Dari Abi Abdurahman Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menceritakan kepada kami dan beliau seorang yang jujur lagi diakui kejujurannya, "Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya selama 40 hari berupa sperma, kemudian menjadi segumpal darah selama itu pula, kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian diutus seorang malaikat kepadanya untuk meniupkan ruh padanya, dan diperintahkan empat kalimat: menulis rezekinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagia. Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Dia, sesungguhnya seorang dari kalian benar-benar beramal dengan amal penghuni surga hingga jarak antaranya dan surga hanya sejengkal, lalu takdir mendahuluinya, lalu dia beramal dengan amal penduduk neraka lalu ia pun memasukinya. Dan sesungguhnya seorang dari kalian benar-benar beramal dengan amal penduduk neraka hingga jarak antaranya dengan neraka hanya sejengkal selalu takdir mendahuluinya, lalu ia beramal dengan amal penduduk surga, maka ia pun memasukinya." Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan muslim.
Hadits diawali dengan (إن) artinya bahwa kalimat yang diawali dengan kata (inna) sebagai penguat yaitu menguatkan pesan yang akan disampaikan.
Tulisan sebelumnya membahas tentang cinta dan pengenalan hakiki, sebagaimana yang dilakukan oleh Abdullah bin Mas'ud dengan kebersamaan yang sangat dekat terhadap Nabi Saw. Sehingga sosok Abdullah bin Mas'ud mirip dengan sosok Nabi yang jujur dan terpercaya.
Ada tiga hal penting yang disampaikan dalam hadits ini, yaitu :
1). Penciptaan
2). Qodar
3). Istiqomah
Penjelasan
1). Penciptaan
(يجمع خلقه في بطن ... )
Bahwa, kondisi penciptaan kita berbeda, sebagaimana awal penciptaan yaitu Adam dan Hawa diciptakan dari tanah. Sedangkan kita diciptakan dalam rahim ibu kita.
Tentang proses penciptaan, mengingatkan Kepada kita bahwa keberadaan anak bukan karena ayah dan ibu. Artinya, ayah dan ibu bukan penentu kehadiran seorang anak. Seorang ibu hanyalah sebagai tempat titipan amanah.
Berbagai fakta terjadi di lingkungan sekitar kita, betapa banyak pasangan menikah, namun tidak dikaruniai anak.
Sebagai seorang ibu, di mana rahimnya tempat di titipkan amanah (anak) maka, sosok ibu harus memiliki sifat yang adil.
Adil yang dimaksud dalam pandangan syariat yaitu orang yang senantiasa menjaga dirinya dengan menghindari dosa-dosa kecil. Senantiasa berusaha menerapkan Islam secara sempurna. Ketaatan yang terus-menerus hingga sampai pada ketaatan sempurna.
Lantas, muncul suatu pertanyaan. Apakah ada orang yang sempurna? Jawabannya ada. Mereka adalah para nabi dan rasul. Mereka selalu terus-menerus dalam beribadah , terus-menerus dalam melakukan kebaikan meskipun jumlahnya sedikit/ kecil.
Demikian juga bagi seorang Ibu yang mendambakan predikat adil, harus senantiasa menuntut ilmu. Harus mempunyai cita-cita untuk menjadi muslimah sejati, tidak berputus asa hingga mampu berperilaku sesuai dengan apa yang telah dikaji. Adapun yang jadi pedoman dan standarnya adalah Islam kaffah.
Sebagaimana kisah para ulama. Baik Imam Syafi'i maupun Imam Bukhari rahimakumullah. Beliau dilahirkan dan didik oleh seorang Ibu yang sholihah dan faqih fiddin. Sangat berhati-hati dalam sikap dan perilaku, termasuk dalam hal makanan. Dikisahkan bahwa Imam Bukhari ini pernah mengalami kebutaan. Karena doa dari sosok Ibu yang faqih dan adil, atas izin Allah sembuh dari kebutaan.
Kembali pada masalah penciptaan. Mengenai hal penciptaan ternyata harus melalui rangkaian proses yang panjang.
Mulai dari nutfah, segumpal darah, segumpal daging, kemudian diberikan tulang-belulang dan ditiupkan ruh. Hingga berwujud manusia yang sempurna.
Demikian juga halnya untuk menjadi seorang ulama, juga membutuhkan proses yang sangat panjang dan tidak mudah. Oleh karenanya kita senantiasa berusaha mengikuti sebuah proses untuk melayakkan diri menjadi sosok Ibu yang adil dan menjadi individu yang mendekati sempurna.
2). Qadar
Kata qodar ini sifatnya mustarok artinya memiliki banyak makna.
Dalam pembahasan ini, qadar didefinisikan sebagai ketetapan Allah ta'ala.
Adapun kalimat yang menunjukkan bahwa qadar berasal dari Allah adalah
...و يؤمر بابع كلمات : بكتب رزقه ...
Qadar yang berarti ketetapan Allah, dalam kalimat di atas terbagi menjadi empat yaitu : rezeki, ajal, amal perbuatan, sengsara atau bahagianya seseorang.
Meyakini adanya qadar tidak terlepas dari empat keyakinan yaitu :
a. Meyakini ilmunya Allah SWT yang meliputi segala sesuatu.
b. Meyakini iradah Allah, yang terbagi menjadi dua :
1. Iradah Kauniyyah (tusaitiru atau disebut sebagai area yang menguasai manusia, merupakan pengertian qadla dan qadar menurut kitab Nidhomul Islam). Manusia tidak punya pilihan, tidak bisa memilih maupun menghindar, dalam kondisi dipaksa. Sebagaimana kelahiran manusia di muka bumi ini. Dilahirkan oleh orangtua yang mana dan dalam kondisi seperti apa bukanlah keinginan kita.
2. Iradah Syar'iyyah (tusaitiru/ area yang dikuasai manusia) Di sini, Allah menghendaki kebaikan untuk manusia. Manusia dengan segala potensi serta bakat yang dimilikinya, manusia bisa memilih untuk mengikuti atau tidak. Karena setiap pilihan berlaku hisab atasnya.
c. Meyakini Kitabah
Adalah meyakini bahwa apa-apa yang ditulis oleh Allah Swt di Lauhul Mahfudz, serta apa-apa yang Allah perintahkan untuk ditulis, contohnya yang terjadi dalam rahim, Lailatul qadar dan amal harian.
Sebagaimana tertuang dalam firman Allah Swt surah Qaf ayat 17 - 18, yang artinya, "(Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri."
"Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)."
d. Meyakini terhadap qadar bahwa, hanya Allah yang menciptakan segala sesuatu. Berbeda dengan apa-apa yang diyakini oleh orang-orang atau paham atheis.
WaAllahu'alam Bishowwab.
Posting Komentar untuk "Hakikat Penciptaan dan Qodar Sumber : Hadits ke-4 Arbain Nawawi, part 2"