PNS Kiamat, Solusikah Bagi Negara?
Oleh: Susi Aisyah (Ibu Pegiat Literasi)
Hari Kiamat menurut bahasa adalah hari kehancuran dunia, kata ini diserap dari bahasa Arab “Yaum al Qiyamah” , yang arti sebenarnya adalah hari kebangkitan umat. sering disebut dengan “As-Saa'ah“.
Dalam Al-Quran, kiamat juga banyak dikabarkan Allah SWT. Salah satunya terdapat dalam Surat Al-Zalzalah ayat 1-8
Artinya: "Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: 'Mengapa bumi (menjadi begini)?', pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka, Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula."
Ayat dan pengertian kiamat diatas sangat cocok menggambarkan kondisi rakyat di negeri ini terkhusus para PNS. Bagaimana tidak, baru-baru ini pemerintah mewacanakan bahwa pegawai negeri sipil (PNS) akan digantikan dengan robot kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Hal ini diharapkan dapat mempercepat pelayanan birokrasi seperti mimpi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan mengurangi beban negara. Kepala Biro Hubungan Masyarakat Satya Pratama mengatakan "kedepannya pemerintah akan menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan pelayanan kepada publik. Jumlah PNS tidak akan gemuk dan akan dikurangi secara bertahap," (28/11/2021).
Beberapa hal yang bisa kita cermati dari rencana pemerintah yang telah diwacanakan tersebut. Pertama, beban gaji yang besar dalam pandangan pemerintah menjadi beban tersendiri bagi APBN. Padahal jika diakumulasikan besaran gaji, tunjangan dan birokrasi lainnya hanya mencapai komposisi 15% dari APBN atau setara dengan Rp. 400 triliun. Jika dibandingkan dengan jumlah besaran bunga hutang yang harus dibayar secara periodik oleh negara dan belum termasuk hutang pokok ternyata lebih besar lagi yaitu mencapai Rp. 500 triliun.
Namun pemerintah tidak memberikan respon atau perlakuan yang sama untuk mengurangi jumlah hutang negara agar pengeluaran APBN untuk membayar bunga dan hutang secara periodik mengecil. Malah PNS yakni pelayan masyarakat yang sangat penting perannya bagi negara yang akan dihabisi. Padahal bisa saja kita mengurangi beban negara dengan tidak menambah hutang dan mengelola SDA secara mandiri untuk memenuhi segala kebutuhan negara. Alih-alih mengurangi, hutang semakin bertambah beberapa tahun terakhir saat ada covid-19.
Kedua, kekhawatiran rakyat adalah hal yang wajar, apalagi ditengarai kesejahteraannya diancam oleh negaranya sendiri. Bagaimana dengan nasib rakyat kedepannya, jika wacana ini benar dijalankan. Tentu hal ini menjadi pukulan yang sangat menyakitkan, bahkan seperti kiamat telah datang. Agaknya penguasa lebih peka terhadap kebutuhan lapangan pekerjaan untuk mengurangi angka peengangguran, bukan malah sebaliknya. Sebelum wacana ini diungkapkan, kita sama-sama mengetahui bagaimana banyaknya jumlah pengangguran, dan apalagi jika disahkan, pasti jumlah pengangguran dan gelandangan akan meningkat.
Anehnya tidak ada penjelasan strategi apa yang akan dianut oleh negeri ini. Mengenai mekanisme dan rancangan secara matang untuk menerapkan rencana penguasa diatas. Maka wajar masyarakatnya gelisah. Ditambah hubungan antara pemerintah dengan rakyat hari ini bukan hubungan pelayanan tapi hanya hubungan profit orientid. Dalam Islam pun tidak ada pandangan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk menggaji atau memberikan hak-hak pegawai negara dianggap sebagai beban. Melainkan sebagai kewajiban yang diberikan kepada rakyat yang telah bekerja untuk negaranya. Pegawai negara pun tidak pernah merasa resah dan gelisah karena takut kehilangan pekerjaannya.
Ada tiga hal yang harus dipenuhi dalam manajemen para pegawai pemerintah saat melakukan pelayanan. Pertama: sederhana, mudah dan praktis. Kedua: Kecepatan dalam transaksi. Ketiga: Pelaksananya adalah orang yang mampu serta profesional, maka akan terciptalah kinerja yang harmonis dan menguntungkan bagi semua pihak. Sistem Islam memiliki prinsip yang sempurna dan paripurna. tidak tebang pilih dan tumpang tindih dalam melayani rakyatnya.
Penguasa dalam Islam akan menjadi riayatul syuyuil ummah (pengayom dan pelindung umat). Negara tidak menambah beban masyarakat. Penguasa dalam Islam bahkan wajib memberikan jaminan terhadap sandang, pangan, papan, keamanan, kesehatan dan pendidikan. Beda sekali dengan sistem kapitalis sekuler seperti saat ini. Maka sudah selayaknya kita beralih pada sistem Islam yang pasti mampu menjamin kesejahteraan rakyatnya. Sudah selayaknya pula kita mencampakkan sistem buatan manusia yang cacat dari lahir yaitu sistem kapitalis sekuler. Wallahu’alam.
Posting Komentar untuk "PNS Kiamat, Solusikah Bagi Negara? "