Aroma Pertarungan Pilpres Menguat Kala Rakyat Makin Sekarat


Ilustrasi


Oleh: Tati Sunarti, S.S


Tahun 2024 menjadi masa akhir periode pemerintahan Pak Jokowi beserta kabinet kerja yang dipimpinnya. Selain itu, di tahun yang sama akan digelar hajat akbar pemilihan umum anggota perwakilan rakyat dari tingkat daerah hingga nasional. Vibes pertarungan pilpres bahkan kian menguat akhir-akhir ini.

Dinukil dari harian online detik.com (Senin, 7/2/2022), DPD Laskar Ganjar Puan (LGP) Jawa Timur mengibarkan bendera berwarna dasar merah dengan tampilan foto Puan Maharani dan Ganjar Pranowo. 

Hal ini dibenarkan langsung oleh ketua DPD LGP Jatim, Saleh Ismail Mukadar (Sabtu, 5/2/2022). “Betul, itu memang suara relawan yang menginginkan Pak Ganjar dan Mbak Puan maju dalam pilpres 2024” ujarnya. Bendera ini menghiasi flyover Pasar Kembang sampai Jembatan Merah Plaza. 

Di lain tempat, Abdul Muhaimin Iskandar atau akrab disapa Cak Imin yang merupakan pucuk pimpinan Partai Kebangitan Bangsa didukung penuh sebagai capres oleh Jaringan Petani dan Peternak Blora Jawa Tengah. Wacana ini dipertegas oleh koordinator jaringan tersebut dengan membentuk tim guna langkah Cak Imin maju sebagai capres bukan hanya sekedar wacana semata (kompas.com)

Jika Cak Imin didorong penuh oleh Jaringan Petani dan Peternak di Blora, maka deklarasi dukungan yang muncul dari pengemudi ojek online tertuju pada Menteri BUMN, Erick Thohir. Dikutip dari wartaekonomi.co.id (Senin, 7/2/2022), Menteri BUMN di era kabinet kerja saat ini mengantongi dukungan pengemudi ojek online dan ojek pangkalan dari Tangerang Raya, Jakarta, Bogor, Bekasi hingga Depok yang tergabung dalam Jack Etho.

Aroma kontestasi untuk pilpres menguar bahkan sejak setahun terakhir. Semua jajaran elit politik melakukan ancang-ancang agar tidak kalah start. Mengapa? Tentu butuh mensosialisasikan para calon jauh-jauh hari. Bukankah bersegera menanam sedari sekarang, hingga siap panen kemudian. 

Namun, ini berbanding terbalik dengan kondisi rakyat yang justru makin sekarat. Mulai dari tidak stabilnya harga kebutuhan, rancangan-rancangan pembangunan sarat kepentingan ologarki justru banyak melahap dana APBN, hingga kesusahpayahan rakyat dalam menghadapi pandemi yang belum menemukan titik akhir. 

Apapun Kondisinya, Kontestasi Must Go on 

Bukan tanpa alasan, jika berbagai upaya terutama gencarnya kontestasi menuju pemilu Tahun 2024 sudah dimulai. Pasalnya, membutuhkan waktu yang cukup mencitrakan diri sebagai calon yang “mumpuni” kepada khalayak. Apalagi, waktu untuk ajang pertarugSayangnya, fakta ini malah menunjukkan sikap nir empati. 

Bagaimana tidak, rakyat masih berjibaku dengan persoalan ekonomi yang kian menghimpit. Teranyar adalah kasus ovid-19 varian baru semakin meningkat. 

Walaupun, beberapa pihak menyatakan dukungan penuh yang diberikan pada orang tertentu pun memiliki pertimbangan yang kuat. Salah satu diantaranya koordinator Jack Etho, Adnan Mamluhadi menyatakan aliansi ojek online dan pangkalan memandang Erick Thohir memiliki kemampuan untuk memimpin Indonesia setelah 2024. Pendapat ini diperkuat dengan Erick Thohir yang berlatar belakang sebagai pengusaha. Adnan mengatakan Menteri BUMN tersebut sudah memberikan kontribusi dalam membuka lapangan pekerjaan (wartakota.co.id)

Terlepas dari latar belakang seorang elit politik yang mungkin saja berlatar pengusaha, praktisi pendidikan atau lainnya, yang harus menjadi fokus utama adalah seberapa besar justru upaya yang dilakakukan untuk menyudahi segala macam permasalahan di negeri ini. kemudian, solusi yang dihadirkan itu merupakan solusi yang bersifat hakiki. Bukan solusi tambal sulam atau solusi berbau komersil.

Indonesia sudah merasakan bagaimana dipimpin oleh seorang politikus, kalangan militer, ahli agama, intelektual, hingga pengusaha. Nyatanya, kondisi negeri ini kian hari kian memilukan. Kesejahteraan tidak merata, pendidikan yang masih merangkak, beban utang luar negeri meningkat, dan hal urgent yakni penanangan pandemi covid-19 pun belum sepenuhnya baik dan terarah.

 Islam Melahirkan Politisi Mumpuni dan Bertakwa

Adalah jauh panggang dari api jika mengharapkan lahirnya seorang politisi yang mumpuni dan bertakwa dari sistem demokrasi. Hal ini karena demokrasi menyajikan jalur tempuh yang salah dalam mencapai kekuasaan. Sistem rusak seperti ini tidak akan mampu menghadirkan politisi baik.

Sistem demokrasi meniscayakan politisi itu akan senantiasa bergandengan tangan dengan para Kapitalis. Biaya politik yang tinggi inilah yang menjadi penyebabnya. Oleh karena itu, dari sejak politisi itu memunculkan diri sebagai calon baik sebagai calon wakil rakyat ataupun calon presiden, sejak saat itu pula orang tersebut akan berkutat pada kepentingan orang-orang yang mendukungnya.

Maka, tidak aneh jika kondisi rakyat seringkali terabaikan. Inilah watak politisi ala demokrasi. 

Berbeda dengan Islam, sistem shahih yang berasal dari Sang Pencipta, Allah azza wajalla, tidak memiliki celah sedikit pun untuk bagi orang-orang yang memiliki kepentingan pribadi untuk menguasai. Islam dengan biaya politik yang minim, mekanisme pemilihan yang efektif, serta calon-calon penguasa itu dari kalangan orang-orang bertakwa meniscayakan tidak adanya kontestasi serupa yang berlebihan.

Riwayat menjelaskan bagaimana para penguasa di era Islam memilih dan menempatkan seorang dalam tampuk kekuasaan. Misalnya, khalifah kedua Umar Ibnu Khattab, sebelum wafat hanya menunjuk enam orang dari kalangan sahabat untuk bermusyawarah dalam memilih khalifah pengganti. Mekanisme ini dicontoh oleh generasi Islam berikutnya.

Sebagai hamba dari Sang Pencipta, Allah SWT, sudah seyogianya kita kembali pada aturan-Nya. Hamba yang seharusnya menelaah dan menggali hukum dari dinul Islam. Pengembalian segala persoalan hidup, serta meneladani generasi salafu shalih ketika menjadi khalifah fil ardl.

“Maka supaya binasalah orang-orang yang binasa setelah jelasnya petunjuk dari Allah dan hiduplah hati orang-orang yang beriman setelah jelasnya petunjuk dari Allah dan sesungguhnya Allah swt benar-benar Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS Al-anfal: 82)

Wallahu’alam 

Posting Komentar untuk "Aroma Pertarungan Pilpres Menguat Kala Rakyat Makin Sekarat"