Muslimah Dalam Demokrasi dan Muslimah Dalam Khilafah

 

Ilustrasi


Oleh : Raihun Anhar (Sahabat Visi Muslim Media)


Perempuan muslimah di India, beberapa waktu terakhir ini viral dengan video yang memperlihatkan bagaimana muslimah India yang tidak gentar saat ada massa yang meminta agar dikampus tidak memberlakukan atau mengizinkan aturan untuk berhijab bagi para muslimah. 

Kemudian video selanjutnya yang viral, masih di India juga yang mana ia di bully oleh massa dan dibuka kerudungnya dengan paksa serta disirami tepung untuk mengotorinya. 

Kedua video yang viral itu adalah bagian terkecil yang dialami oleh muslimah di India, namun tidak bisa di pungkiri banyak peristiwa serupa yang tidak diliput media.

Ternyata aturan pelarangan hijab di sekolah telah dikeluarkan Pengadilan India, dan aksi masyarakat tersebut sebagai respon mereka akan aturan tersebut. (Sindonews)

Sungguh sedih melihat muslimah India yang di diskriminasi oleh rezim dan masyarakat karena muslim merupakan minoritas di sana. 

Seperti itulah gambaran perempuan dalam negara demokrasi yang katanya demokrasi membebaskan dalam berperilaku, namun itu sepertinya tidak berlaku di India. Para perempuan tidak bebas berhijab di negaranya sendiri. Dimana kebebasan berperilaku itu?

Demokrasi hakikatnya datang bukan untuk melindungi hak-hak muslimah karena demokrasi sejatinya adalah sistem pemerintahan kufur yang telah diadopsi oleh hampir seluruh Negera di dunia karena kafir telah berhasil meruntuhkan sistem pemerintahan Islam/khilafah.

Keruntuhan khilafah yang merupakan sistem pemerintahan Islam adalah kerjasama antara kafir untuk menggantikannya dengan demokrasi yang telah mereka rancang untuk keberlanjutan peradaban kufur di dunia. 

Dari keruntuhan sistem pemerintahan Islam itulah menjadi bencana besar untuk para muslimah terutama yang menjadi minoritas. Misalnya di India, Rohinya, Uyghur, dan masih banyak lagi.

Hilangnya perisai itu membuat penderitaan perempuan tidak pernah berhenti selalu terdengar dari tahun ke tahun.

Untuk itu kita harus mengembalikan sistem pemerintahan yang akan melindungi dan menjamin hak-hak perempuan terutama muslimah dalam berhijab.

Satu-satunya negara yang melindungi dan menjamin dengan baik hak-hak muslimah adalah khilafah, hal itu telah terbukti dalam sejarah peradaban Islam sejak hijrahnya Nabi Saw dan para sahabat ke Madinah hingga masa khilafah Utsmaniyah di Turki.

Kisah pertama terkait Islam menjaga kehormatan muslimah, pernah terjadi dimasa Rasulullah Saw. Ada seorang muslimah yang disingkap jilbabnya oleh seorang Yahudi Qainuqa kemudian ada muslim yang melihat hal itu langsung menyerang lelaki kafir itu namun ternyata lelaki muslim itu dibunuh oleh Yahudi. Hal ini membuat Rasul marah dan meminta mengepung Bani Yahudi Qainuqa selama 15 hari dan mereka akhirnya menyerah.

Kisah kedua terukir dalam sejarah Islam yakni dimasa kepemimpinan Khalifah Al Muktashim, ada seorang muslimah yang meminta tolong kepada Khalifah karena disingkap jilbabnya oleh seorang kafir dan saat kabar itu didengar Khalifah, kemudian langsung disiapkan pasukan untuk membela sang muslimah tersebut hingga menaklukkan Amuriyyah yang merupakan wilayah strategis Kristen Romawi sebagaimana Konstantinopel.

Itulah perbedaan antara demokrasi dan khilafah dalam melindungi dan menjamin hak-hak muslimah. Sudah tentu pelayanan khilafah lah yang lebih baik dari pada demokrasi. Oleh sebab itu tidak ada cara lain untuk menghentikan diskriminasi dan penderitaan muslimah di dunia hanyalah dengan mewujudkan kembali khilafah yang akan melindungi muslimah karena fungsi khilafah adalah sebagai junnah (perisai) yang bertugas melindungi nyawa, kehormatan, dan hak-hak setiap muslimah. Wallahualam


Referensi :

https://international.sindonews.com/read/683793/40/pengadilan-india-larang-siswi-muslim-pakai-hijab-di-sekolah-1644613342

https://www.hidayatullah.com/kajian/oase-iman/read/2015/02/27/39594/beginilah-islam-membela-para-muslimah.html#:~:text=Islam%20Membela%20Para-,Muslimah,-Wanita%20dan%20anak

Posting Komentar untuk "Muslimah Dalam Demokrasi dan Muslimah Dalam Khilafah"