Beda Kegiatan, Beda Perlakuan





Oleh: Afiyah Rasyad (Aktivis Peduli Ummat)


Tak ada yang tersembunyi, sirkuit MotoGP di Mandalika sukses digelar selama tiga hari. Banyak petinggi negeri membanggakannya meski pembangunan dan pengadaan infrastruktur menguras APBN. Kegiatan skala internasional itu tetap eksis dan berlangsung tanpa ada warning dari pemerintah.

Pun dengan Joyland Festival yang berlangsung 25-27 Maret 2022 dihadiri petinggi negeri. Presiden Jokowi hadir bersama Menparekraf Sandiaga Uno, Menteri BUMN Erick Thohir, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, Kapolri Listyo Sigit Prabowo, dan Panglima TNI Andika Perkasa. Kegiatan konser akbar ini pun sukses dengan pemerintah (Jawapos.com, 27/3/2022).

Namun, ada perbadaan perlakuan pada kegiatan Muslim Life Fair yang digelar di Istora Senayan pada 25-27 Maret. Ada pembatalan kegiatan kajian dalam acara tersebut. Kegiatan kajian atau ceramah pada acara Muslim Life Fair di Istora Senayan, Gelora Bung Karno (GBK) disebut dibatalkan oleh aparat kepolisian.

CEO Lima Event, selaku pelaksana acara, Deddy Andu, membenarkan pembatalan itu. Ia menyebut, pihak pelaksana akan menuruti keputusan soal pembatalan kegiatan kajian. Padahal, sebelumnya pihaknya sudah mendapat izin, baik dari kepolisian maupun dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menggelar kegiatan itu (CNNIndonesia.com, 26/3/2022)

Kajian Dibatalkan, Konser Tetap Jalan

Jelas sekali tampak adanya beda perlakuan pada kegiatan yang sama-sama mendatangkan masa. Bukan soal pandemi, namun pada kegiatan apa yang diusung oleh panitia. Tentu saja para peserta Muslim Life Fair dan khususnya panitia harus menelan kekecewaan. Pembatalan kajian pada Muslim Life Fair ini seakan menegaskan adanya persekusi terhadap dakwah Islam. Sementara konser di Bali dihadiri punggawa negeri dan mendapatkan 100% dukungan pihak pemangku jabatan.

Pameran dalam kegiatan Muslim Life Fair tetap berjalan. Hanya kegiatan kajiannya yang dibatalkan. Betapa miris melihat kenyataan ini. Sebuah pengetahuan tentang Islam yang akan disampaikan gagal digelar. Sementara konser besar terus berjalan di waktu yang sama.

Konser adalah gaya hidup Barat yang dianut oleh negara pengusung ideologi kapitalisme. Konser yang identik dengan hura-hura dan cenderung kepada kemaksiatan dipelihara dan didukung negara. Kebebasan berekspresi atau bertingkah laku akan menjadi tameng kuat pada gelaran itu.

Sementara kajian yang bernapaskan Islam sebisa mungkin dihambat dan ditiadakan. Padahal, kajian Islam akan meyadarkan ummat manusia pada kebenaran hakikat hidupnya. Bahwa hidup bukan semata untuk bersenang-senang, mencari kekayaan, dan bergelimang kemewahan. Namun, hidup harus berjalan sesuai dengan visi penciptaan, yakni beribadah pada Sang Pemilik kehidupan. Namun sayang, kapitalisme tak akan membiarkan kaum muslim memahami hakikat hidupnya.

Ideologi kapitalisme akan terus ditanamkan dalam benak kaum muslim agar jaub dari aturan Islam. Sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan duniawi terus digencarkan pada kaum muslim. Walhasil, islamofobia mewabah menjadi pandemi bagi kaum muslim. Persekusi terhadap Islam dan dai masih merebak bagi penguasa kapitalisme.

Islam Agama yang Benar

Betapa pun kerasnga kaum kafir memusuhi Islam, Allahlah sebaik-baik Penjaga. Islam adalah haq, agama yang benar dan diridhai Allah SWT. Sebesar apa pun keinginan kaum kafir memadamkan cahaya Allah, mereka tak akan pernah mampu. Firman Allah SWT:

"Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah ialah Islam." (QS Ali Imron: 19)

"Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya." (QS Ash-Shof: 8)

Sungguh, apa pun bentuk upaya mereka menghalangi tegaknya Islam, baik dengan persekusi ulama, tuduhan dan fitnah radikal, atau moderasi, Allah tak tak akan memberikan jalan kemenangan bagi mereka. Kaum muslim yang berada di barisan dakwah jamaah pun akan senantiasa menolong agama Allah. Para pengemban dakwah tak akan pernah rela Islam dihalang-halangi apalagi direndahkan.

Meski penyakit islamofobia terus berembus, para pengemban dakwahjuga gencar mendakwahkan Islam agar syariat Islam diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan melalui institusi negara. Sebagaimana dulu Rasulullah pun tetap mendakwahkan Islam meski kebencian dan permusuhan kafir Quraisy sangatlah besar. Beliau Saw. tetap berdakwah dan berjuang menegakkan Islam hingga akhirnya terbentuklah Daulah Islam di Madinah. Beliau kemudian menerapkan Islam secara syamilan dan kamilan.

Maka, sungguh Islam kaffah saja yang akan membawa rahmat bagi seluruh alam, tak akan ada lagi persekusi terhadap kajian. Justru konser yang penuh kemaksiatan tak akan diberi panggung dalam tatanan syariat Islam karena dapat merusak pola pikir dan polas sikap kaum muslim.


Wallahu a'lam. 

Posting Komentar untuk "Beda Kegiatan, Beda Perlakuan"