Sekularisme Sukses Mengikis Fitrah Keibuan

 




Oleh : L. Nur Salamah, S.Pd (Aktivis Muslimah Batam)


Miris dan seakan tidak percaya. Namun, inilah fakta. Jika dahulu kekejaman seorang Ibu dilakukan oleh orang yang tidak mengenal agama, tapi kini seorang muslimah sanggup melakukan pembunuhan terhadap anak kandung, dengan cara menggorok leher bocah yang lahir dari rahimnya. Benarkah hal itu dilakukan, karena tidak ingin melihat anaknya menderita? Ini jelas tidak wajar. Pasti terdapat tekanan yang luar biasa. 

Fitrah seorang ibu adalah sebagai pelindung bagi putra putrinya. Menciptakan sebuah keamanan, kehangatan, kenyamanan serta kedamaian dalam pelukannya. Senantiasa rela berkorban demi buah hatinya. Seorang ibu rela menjadi tong sampah, menghabiskan sisa-sisa suapan anaknya, asalkan mereka kenyang, tenang dan bahagia. Maka, sangat mengherankan jika fitrah dalam diri seorang ibu ini telah habis terkikis. Apa gerangan yang mampu mencerabut fitrah yang mulia ini?

Sosok ibu saat ini, hanya dipandang sebelah mata. Peran mulianya sebagai konstruktor peradaban, membina dan mendidik generasi tidaklah didukung oleh sebuah sistem yang baik. Sekularisme yang diadopsi dan diterapkan dalam aspek kehidupan hanya mengantarkan pada konflik lingkaran setan. Memicu munculnya berbagai persoalan.

Secara individu, fitrah kewanitaannya tergerus oleh propaganda kebebasan dan kesetaraan. Harus mandiri secara ekonomi, tidak boleh ditindas oleh laki-laki. Atas nama kebebasan berekspresi harus mencabut fitrahnya yang suci. Selanjutnya harus berhadapan dengan sebuah pilihan. Haruskah di rumah membersamai dan mendidik buah hati atau terjun ke ranah publik demi meraih eksistensi diri.

Sementara di lain sisi, mahligai rumah tangga yang dibangun terguncang oleh badai yang beraneka ragam. Karut-marut ekonomi akibat pandemi, yang tidak pernah tahu kapan berakhir. Mahalnya biaya hidup, meroketnya harga minyak dan bahan pokok yang lain, biaya pendidikan yang murah dan terjangkau hanya sebatas impian, biaya kesehatan yang sangat mahal dengan pelayanan yang jauh dari kata memuaskan menjadikan rumah tangga gamang. Sementara sistem sekuler (memisahkan agama dari kehidupan) menyulitkan orang untuk mendapatkan lapangan pekerjaan, sehingga pendapatan yang diterima belum mampu mencukupi semuanya.

Akhirnya, suami berusaha sekuat tenaga, banting tulang, peras keringat demi mencukupi kebutuhan keluarga. Berangkat pagi, pulang malam bahkan, tidak sedikit dari mereka yang harus jauh dari istri dan anak-anaknya, demi mengais pundi-pundi rupiah. Sehingga waktu untuk bercengkerama dengan keluarga nyaris tidak pernah ada. 

Belum lagi pengaruh media sosial yang tidak bisa dihindari. Gaya hidup konsumtif dan hedonis menjadi tren ibu masa kini. Disadari maupun tidak menjadikan tuntutan hidup menjadi tinggi. Akhirnya menuntut kaum ibu untuk terjun dalam menopang masalah keuangan. 

Padahal, beban yang harus dia pikul sudah sangat berat. Mulai mengurus rumah tangga, melayani suami, membersamai dan mendidik anak-anaknya. Kerepotan yang luar biasa ini akan menyebabkan para ibu jenuh, bosan dan rentan terhadap stres. Apalagi tidak atau kurang diperhatikan oleh suami. Jelas ini akan mengakibatkan rasa putus asa. Sehingga banyak yang mengambil jalan pintas dengan meminta cerai, bunuh diri, membunuh anaknya sendiri dan lain sebagainya. Semuanya tadi tidak lepas dari sebuah penerapan sistem yang bobrok yang terus dipertahankan. 

Oleh karena itu, diperlukan sebuah peran negara yang mengatur situasi dan kondisi agar menjadi lebih baik. Yang akan melahirkan individu-individu terbaik. Termasuk mengkondisikan ibu menjadi pemecah permasalahan dalam keluarganya. Mampu menyelesaikan problematika yang sangat rumit dengan akses pendidikan yang murah dan terjangkau, mencetak ibu tangguh dengan pemahaman Islam dan ketakwaan yang tinggi.

Adapun kondisi tersebut hanya bisa terwujud dengan penerapan Islam secara kafah dalam bingkai negara yang disebut dengan khilafah Islamiyah. Sejarah telah mencatat 13 abad lebih Islam diterapkan, tidak pernah terjadi kekejaman yang dilakukan oleh seorang muslimah terhadap darah dagingnya. Sebaliknya, keamanan, kedamaian dan kesejahteraan tercipta atas ridha-Nya. Allahu’alam bishowab.

Posting Komentar untuk "Sekularisme Sukses Mengikis Fitrah Keibuan"