Kontesrasi Politik Dinasti Tidak Berhenti? Islam Memiliki Mekanisme Efektif




Oleh : Sri Widiastuti (Pegiat Literasi) 


Aroma politik semakin tercium baunya, padahal pemilu masih lama untuk diselenggarakan. Perhelatan akbar pemilihan umum per 5 tahun sekali tersebut akan diadakan 2 tahun lagi, yaitu di tahun 2024.

Bapak Presiden Joko Widodo menyampaikan tahapan pemilu 2024 segera dimulai. Beliau menghimbau seluruh jajarannya agar bekerja dengan baik sehingga tahapan pemilu bisa berjalan lancar. Para menteri bekerja dengan melaksanakan prioritas dan strategis negara (detik.com, 12/5/2022).

Namun, di sisi lain semua elit politik yang akan bersaing dalam mencapai kursi jabatan sudah memulai sosialisasi untuk meraih simpati masyarakat. Lebih penting lagi untuk meraih dukungan agar lolos bisa maju dalam pemilu nantinya.

Banyak cara yang mereka lakukan mulai dari memasang baliho, foto-foto berjejer menghiasi jalanan, dan mendatangi majelis taklim dalam rangka berkunjung ke tengah-tengah masyarakat secara langsung. Tentu saja, besar harapan para calon penguasa untuk dikenal publik lebih dekat. Tidak ada tujuan lain selain mengantongi restu dari khalayak guna memuluskan jalan yang harus ditempuh saat pemilu nanti. 

Sehingga, sokongan masyarakat mengalir deras di panggung Pilpres, pileg maupun pilkada. Sebagaimana pemakluman bahwa pemilu merupakan satu-satunya cara yang ideal dalam demokerasi. Cara paling pas untuk melanggengkannya. 

Bagi mereka yang menginginkan duduk dalam kursi kekuasaan harus memulai mensosialisasikan diri jauh sebelum agenda itu benar-benar dilaksanakan. 

Mereka akan memenuhi agenda hariannya dengan bersilahturahmi kesana-kemari demi capaian suara maksimal. Tidak ada satupun yang tidak mengemas visi misinya atas nama kepentingan negara dan masyarakat. 

Sehingga masyarakat meyakini dan memberikan dukungan atas siapa saja yang dinilai pro rakyat. Visi misi serupa obat bius yang melumpuhkan nalar berpikir masyarakat. Karena terbukti hingga saat ini, tidak banyak akhirnya para elit penguasa yang mampu memenuhi dan menunaikan semua visi misi yang sebelumnya digembar-gemborkan. 

Begitulah tabiat Demokrasi. 

Perlu diketahui, Islam ternyata memiliki mekanisme khas dalam urusan kekuasaan dan pengaturannya. Dalam institusi Negara Islam, pemilihan umum juga bisa digunakan sebagai salah satu cara memilih penguasa. Namun, hanya dalam pemilihan kepemimpinan tertinggi, yaitu kepala negara. 

Mekanismenya pun sangat efektif. Bermodal rasa tsiqoh terhadap ahlul hallo wal'aqdi untuk mengatur pencalonan yang hanya mengerucut pada orang-orang yang memenuhi kualifikasi. Pemilihan kepala negara terbatas maksimal di jumlah tertentu pula. 

Sedangkan kepala daerah, seluruh ya diangkat dan diberhentikan oleh kepala negara (khalifah). Hal ini pun berdasarkan pada syarat-syarat yang mengikat. Dari sini nampak bahwa Islam memiliki mekanisme efektif dalam menentukan penguasa dan jajarannya. 

Maka, tidaklah kita akan mendapati ongkos politik yang boros. Semua itu akan diatur sedemikian rupa agar efektif dan efisien. 

 "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"." (QS. Al-BaAl-Baqarah: 30) 


Wallahu'alam 

Posting Komentar untuk "Kontesrasi Politik Dinasti Tidak Berhenti? Islam Memiliki Mekanisme Efektif"