Kemiskinan Tuntas dengan Sistem Islam
Presiden Joko Widodo optimistis pemerintahannya bisa menghapus kemiskinan ekstrem di Indonesia pada 2024. Penanggulangan kemiskinan ekstrem ini memang menjadi salah satu program di periode kedua Jokowi dengan target cukup ambisius, yakni nol persen. Ambisi Jokowi untuk menghapus kemiskinan ekstrem tentunya merujuk pada tujuan pertama pembangunan berkelanjutan (SDGs) Perserikatan Bangsa-Bangsa. Agenda ini menargetkan, antara lain, mengentaskan kemiskinan ekstrem bagi semua orang yang saat ini berpendapatan kurang dari 1,25 dolar Amerika per hari pada 2030. “Berkaitan dengan kemiskinan ekstrem ini sebetulnya sudah kita rencanakan di periode yang kedua ini agar nanti di 2024 itu sudah pada posisi 0 kemiskinan ekstrem kita. Kita akan kerja keras dan mati-matian,” kata Jokowi usai menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III PDIP, Jakarta Selatan, Selasa (6/6/2023). www.tirto.id
Rancangan Presiden yang akan menyelesikan kemiskinan hingga 0 persen tentu patut kita apresiasi, namum sebab akibat kemiskinan yang di derita oleh masyarakat juga perlu dianalisa dengan tepat. Jika dicermati kemiskinan di negeri ini adalah kemiskinan yang terstruktur akibat penerapam sistem kapitalis sekuler. Sistem kapitalis telah menjadian kekayaan hanya berputar pada orang-orang tertentu yang memiliki modal sehingga rakyat biasa mengalami kesusahan dalam mencukupi kehidupan sehari-hari. Sistem inilah yang membuat kekayaan milik umum atau rakyat dikuasai oleh segelintir orang. Di sisi lain rakyat seolah dibiarkan hidup mandiri. Penguasa berlepas tangan daripada menjamin kebutuhan hidup rakyatnya.
Negara hanya menjadi regulator saja, sehingga rakyat yang lemah tidak bisa mendapat kesejahteraan. Kapitalisme mendorong terjadinya eksploitasi kekayaan alam yang dimiliki suatu negara oleh para kapitalis dengan alasan investasi atau pemilik modal, sehingga hal ini akan mewujudkan kemiskinan massal pada individu, keluarga, bahkan negara. Karena sistem kapitalisme ini memfasilitasi kerakusan pemilik modal untuk melipatgandakan kekayaan pribadinya, sehingga menimbulkan kesengsaraan permanen yang rentan melahirkan masalah baru di masyarakat seperti maraknya kriminalitas dan problem sosial lainnya yang ditimbulkan oleh dampak sistem kapitalisme ini. Sistem kapitalis juga tidak mampu menyelesaikan kemiskinan negara, sehingga kesejahteraan kurang bisa dirasakan oleh rakyat.
Berbicara kesejahteraan sesungguhnya Islam memiliki solusi yang pasti. Negara akan menjamin kesejahteraan rakyat melalui pos-pos yang telah diatur oleh syariat melalui baitul mall. Sistem keuangan negara Khilafah mempunyai banyak pos penerimaan negara yang terangkum dalam 3 pos besar (fai-kharaj, milkiyyah amm, zakat), tanpa pernah terjerat utang luar negeri yang ribawi. Ada 1 pos tambahan lagi yang bersifat extraordinary jika kas negara mengalami kekurangan yakni pos dharibah (pajak). Artinya juga, pajak ternyata bukan sumber pemasukan utama negara. Hanya tambahan saja, itupun dalam keadaan yang sangat khusus dan objeknya hanya orang kaya. Setelah kondisi normal, maka pungutan pajak dihentikan kembali.
Sejarah mencatat selama 1300 tahun kaum muslimin dipimpin seorang kholifah dalam bingkai khilafah maka kesejahteraan di rasakan oleh seluruh rakyat. Sebagai contoh pada , pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin al-Khaththab, selama 10 tahun kesejahteraan merata ke segenap penjuru negeri. Khalifah Umar bin al-Khaththab pernah memberikan harta dari Baitul Mal (Kas Negara) kepada para petani di Irak agar mereka dapat mengolah lahan petanian mereka (An Nabhani, 2004).
Sejarah juga mencatat bahwa ketika khilafah diterapkan maka aspek pendidikan sangat diperhatikan, setiap warga negara mendapatkan hak untuk memperoleh pendidikan sehingga mampu mencetak ilmuwan-ilmuwan besar pada masanya seperti Ibnu sina (Avicenna) yang mendapat gelar father of docter yang merupakan bapak kedokteran, Ibnu Rusyd (Averoes) yang merupakan ahli astronomi, Al-Khawarizmi yang diijuluki bapak matematika, Ibnu hayyan yang mendapat gelar the father of modern chemistry atau lebih dikenal dengan istilah bapak kimia, Ibnu haytam yang terkenal dengan gelar bapak ilmu optik, dan masih banyak yang lainnya.
Dalam bidang kesehatan pun sistem khilafah juga memberikan pelayanan yang berkualitas seperti pada masa Khilafah Abbasiyah, banyak rumah sakit dibangun di Baghdad, Kairo, dan Damaskus. Pada masa itu pula, untuk pertama kalinya, ada rumah sakit berjalan (semacam ambulans).
Penerapan Sistem khilafah telah terbukti membawa berkah dan rahmat bagi alam. Sistem khilafah adalah sistem yang berasal dari Allah Swt yang menerapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan seperti masalah ibadah, makanan, pakaian, ekonomi, pergaulan, pendidikan, hukum, hingga pemerintahan sehingga jelas membawa kebaikan kepada manusia. Islam tidak bisa diterapkan secara sempurna tanpa khilafah sehingga penerapan Islam dan khilafah saling berhubungan.
Dari paparan diatas tentu kita dapat memahami dengan bijak bahwa khilafah merupakan bagian dari ajaran Islam, sehingga tidak perlu ditakuti atau justru dibenci. Barangsiapa membenci khilafah berarti telah mencederai ajaran Islam. Mari kita berfikir cerdas sehingga kita tidak salah dalam memahami khilafah dan tentunya sebagai seorang muslim yang taat kita akan memperjuangkan tegaknya khilafah. []
Posting Komentar untuk " Kemiskinan Tuntas dengan Sistem Islam"