Generasi Sadis, Buah Sistem Bengis?
Ilustrasi |
Kasus seorang anak yang membunuh ayah dan neneknya, serta berusaha membunuh ibunya di sebuah perumahan di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, mengejutkan banyak pihak, terutama tetangga dan lingkungan sekolah pelaku. Pelaku, yang dikenal sebagai anak pendiam, penurut, dan ramah kepada tetangga, ternyata tidak menunjukkan perilaku negatif di sekolah. Pihak sekolah menyebutkan bahwa pelaku, MAS, adalah siswa pintar dan tidak menunjukkan gejala aneh atau perilaku negatif selama di sekolah. Hingga saat ini, polisi belum dapat memberikan penjelasan pasti mengenai penyebab perbuatan kejam tersebut.
Faktor Sistem
Psikolog klinis Liza Marielly Djaprie dalam keterangannya menganalisis kemungkinan adanya penumpukan trauma dan frustasi yang dialami oleh MAS sebagai pemicu tindakan kekerasan tersebut. Ia menjelaskan bahwa tidak ada orang yang secara tiba-tiba melakukan kekerasan, melainkan seperti balon yang terus dipompa hingga meledak pada titik tertentu.
Kasus pembunuhan oleh anak terhadap orang tua ini menyoroti tingkat kebengisan yang semakin mengerikan. Perilaku sadis seperti ini pada generasi muda tidak terjadi begitu saja, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang menyebabkan mereka berperilaku tidak manusiawi dan kehilangan akal sehat. Beberapa faktor yang mempengaruhi adalah:
Pertama, Pola Asuh Keluarga.
Pola asuh dalam keluarga saat ini sering kali mengutamakan pemenuhan kebutuhan materi anak tanpa memperhatikan pendidikan moral dan agama. Orang tua sering terjebak dalam standar kapitalisme yang mengukur kesuksesan anak dengan nilai akademik tinggi dan prestasi. Tekanan ini sering kali membuat anak merasa stres, frustasi, atau depresi, yang dapat mengganggu kesehatan mental mereka.
Meskipun pencapaian pendidikan tinggi itu penting, orang tua juga harus mengutamakan penanaman akidah Islam pada anak, agar anak melakukan segala sesuatu berdasarkan kesadaran sebagai hamba Allah, bukan karena tekanan atau ambisi orang tua yang berlebihan.
Kedua, Lingkungan Sekolah dan Masyarakat.
Banyak kasus kriminal yang melibatkan anak disebabkan oleh sistem pendidikan sekuler yang tidak memadai dalam membentuk karakter anak. Lingkungan sekolah dan masyarakat memainkan peran penting dalam membentuk kesalehan komunal, tetapi sistem sekuler lebih menormalisasi perilaku yang menyimpang dari ajaran Islam, seperti pergaulan bebas dan budaya hedonisme. Kehilangan nilai-nilai agama dalam masyarakat menyebabkan pengaruh negatif yang dapat merusak karakter anak, seperti kecanduan game online atau kekerasan dalam tontonan.
Ketiga, Kurangnya Peran dan Kontrol Negara.
Sistem pendidikan sekuler dengan kurikulum sekuler justru memperburuk karakter generasi muda, jauh dari visi mencetak generasi yang saleh dan berakhlak mulia. Kurangnya pengawasan terhadap konten negatif seperti pornografi, kekerasan, dan perilaku menyimpang lainnya turut berkontribusi dalam kerusakan moral generasi muda. Sistem sekuler yang menitikberatkan pada kebebasan dan materi telah mengurangi pemahaman agama yang seharusnya menjadi dasar dalam membentuk karakter anak.
Perilaku kriminal yang semakin sering terjadi menunjukkan bahwa kerusakan generasi bukan hanya disebabkan oleh satu aspek, melainkan merupakan masalah sistemik yang membutuhkan solusi mendalam dan menyeluruh, yakni dengan menerapkan sistem Islam sebagai acuan utama dalam membentuk keluarga, masyarakat, dan negara yang mendukung pendidikan dan pembentukan karakter anak.
Sistem dan Kepemimpinan Islam
Membangun generasi yang cerdas dan bertakwa adalah tanggung jawab negara sebagai penyelenggara sistem dan pelayan rakyat. Negara memiliki kewajiban penuh dalam mengatur dan mengawasi perkembangan generasi, karena kebijakan dan pengelolaan negara sangat mempengaruhi pembentukan karakter generasi muda.
Sistem Islam akan terwujud jika kepemimpinan Islam dijalankan dengan sempurna, yaitu negara bertugas sebagai ra'in (pengurus dan pelayan rakyat) dengan penuh amanah. Semua faktor penyebab munculnya perilaku kejam dalam generasi akan diatasi dengan penerapan aturan Islam di berbagai bidang. Untuk membentuk generasi yang cerdas dan bertakwa, negara dengan kepemimpinan Islam akan menjalankan peran-perannya sebagai berikut:
Pertama, menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam dan menjadikannya sebagai kurikulum utama di sekolah-sekolah. Tujuan pendidikan berbasis akidah Islam adalah membentuk generasi dengan pola pikir dan sikap yang sesuai dengan ajaran Islam. Negara menyediakan pendidikan gratis bagi semua anak di seluruh wilayah, dengan kurikulum Islam yang solid, fasilitas yang memadai, serta tenaga pengajar yang profesional. Kolaborasi ini akan menciptakan generasi unggul dalam aspek iman, takwa, dan ilmu pengetahuan.
Kedua, menerapkan sistem sosial dan pergaulan Islam. Dalam Islam, terdapat ketentuan yang menjaga pergaulan dalam keluarga dan masyarakat, seperti kewajiban menutup aurat bagi perempuan, larangan pacaran, zina, berkhalwat (berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahram), serta ikhtilat. Aturan-aturan ini bertujuan untuk mencegah generasi dari perbuatan maksiat dan perilaku bebas. Fungsi masyarakat sebagai kontrol sosial juga akan berjalan dengan baik melalui pembiasaan amar ma'ruf nahi munkar, di mana negara secara berkala memberikan edukasi kepada masyarakat untuk memperkuat iman dan ketaatan kepada Allah.
Ketiga, melakukan pengawasan terhadap media dan melarang penyebaran konten yang tidak mendukung perkembangan generasi, seperti pornografi, film sekuler liberal, serta media yang mempromosikan kemaksiatan dan pelanggaran terhadap syariat Islam.
Keempat, menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat dengan memberikan kemudahan akses dan pelayanan. Contohnya, kemudahan dalam bekerja, harga pangan yang terjangkau, harga tanah/rumah yang murah, serta layanan pendidikan dan kesehatan yang gratis. Dengan jaminan ini, para penanggung nafkah tidak akan terbebani dalam memenuhi kebutuhan keluarga, sementara ibu-ibu dapat fokus menjalankan perannya sebagai pendidik utama bagi anak-anak mereka tanpa dibayangi tekanan ekonomi.
Kelima, menerapkan sanksi hukum Islam yang tegas. Dalam pandangan Islam, tidak ada perbedaan antara anak di bawah umur dan yang telah mencapai usia balig (dewasa). Anak yang sudah mukallaf (terbebani kewajiban hukum) harus bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. Jika seorang anak yang telah balig melakukan tindakan kriminal, dia akan dikenakan hukuman sesuai ketentuan Islam, yang diharapkan dapat memberikan efek jera bagi pelaku.
Keenam, keluarga sebagai madrasah pertama dan utama. Orang tua harus memenuhi tanggung jawabnya dalam mendidik, merawat, mencukupi kebutuhan gizi, serta menjaga anak berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Setiap keluarga Muslim wajib menjadikan akidah Islam sebagai dasar pendidikan anak. Dengan pendidikan berbasis akidah Islam, akan terbentuk karakter iman dan ketaatan yang mencegah anak melakukan perbuatan maksiat. Anak juga diajarkan untuk bertanggung jawab atas setiap tindakannya, yang akan membentuk generasi yang dewasa dan menjadikan halal dan haram sebagai tolok ukur perbuatan mereka.
Demikianlah gambaran sistem Islam yang diterapkan oleh negara Khilafah untuk melindungi dan memenuhi kebutuhan generasi, dengan tujuan menciptakan generasi terbaik dalam membangun peradaban Islam yang unggul.[]
Posting Komentar untuk " Generasi Sadis, Buah Sistem Bengis?"