Dampak Kepresidenan Trump terhadap Umat Islam dan Komunitas Muslim
Siaran Pers
Reaksi terhadap pelantikan Trump sebagai Presiden Amerika Serikat beragam, baik secara global maupun lokal. Bagi mereka yang memahami realitas politik AS dan bagaimana keputusan dibuat di Gedung Putih, jelas bahwa Trump dan pemerintahan yang ia bentuk terutama berfokus pada memajukan kepentingan elite kaya—para miliarder dan raksasa korporasi yang mendukung kenaikannya ke tampuk kekuasaan. Sayangnya, hal ini kemungkinan besar akan merugikan negara-negara yang terpinggirkan, bahkan rakyat Amerika sendiri.
Trump adalah bagian dari kelompok kapitalis dan miliarder—kelompok yang bertanggung jawab atas perpetuasi kemiskinan global dan penindasan. Dengan menimbun kekayaan dunia dan menghalangi akses orang lain terhadapnya, mereka memperburuk ketimpangan. Laporan yang diterbitkan oleh Oxfam pada 20 Januari 2025, mengungkapkan bahwa para miliarder meningkatkan kekayaan mereka sebesar $2 triliun pada tahun 2024—setara dengan $5,7 miliar per hari. Tingkat pertumbuhan ini tiga kali lebih cepat dibandingkan tahun sebelumnya, sementara jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan hampir tidak berubah sejak 1990. Pada tahun 2023, 1% orang terkaya di negara-negara seperti AS, Inggris, dan Prancis mengambil $30 juta per jam dari negara-negara Global Selatan melalui sistem keuangan. Meskipun hanya mewakili 21% populasi dunia, Global Utara mengendalikan 69% kekayaan dunia, 77% kekayaan miliarder, dan menjadi rumah bagi 68% miliarder dunia. Sejarah telah menunjukkan bahwa kekayaan ini dibangun di atas eksploitasi negara-negara yang lebih lemah, penjarahan sumber daya mereka, serta membebani masyarakat—termasuk rakyat mereka sendiri—dengan pajak, harga yang melambung, dan manipulasi mata uang. Sistem kapitalis, yang dipimpin oleh AS, tumbuh subur dengan praktik semacam itu. Sayangnya, hampir tidak ada alasan untuk berharap bahwa pemerintahan saat ini akan menyimpang dari prinsip-prinsip eksploitatif ini. Sebaliknya, dunia harus bersiap menghadapi lebih banyak skema licik dan aliansi strategis yang dirancang untuk melindungi dan memperkuat sistem predator ini.
Dampak pada Umat Islam
Dalam kaitannya dengan umat Islam, meskipun Trump tampaknya telah menekan "Israel" untuk menghentikan serangannya di Gaza, kenyataannya jauh dari mulia. Pemerintahan AS sebelumnya telah memungkinkan kehancuran yang luas, menyisakan sedikit yang bisa dihancurkan lagi di wilayah tersebut setelah pertumpahan darah dan kehancuran yang begitu besar. Saat ini, kita melihat entitas Yahudi, dengan persetujuan diam-diam Trump, terus melanjutkan kebijakan agresifnya di Tepi Barat.
Di Suriah, situasi setelah runtuhnya revolusi tidak memberikan harapan. Hubungan yang semakin dekat antara pemerintahan Trump dan rezim Suriah—yang terlihat dari pelonggaran sanksi dan pertukaran pesan selamat—menandakan niat yang berbahaya bagi kawasan dan rakyatnya.
Di tempat lain di dunia Islam, Trump, yang pernah dengan bangga menyebut Presiden Mesir Sisi sebagai "diktator favoritnya," tetap menjadi pendukung setia para penguasa tirani. Para pemimpin ini terus menjadi alat untuk mengeksploitasi tanah-tanah Muslim, memungkinkan korporasi Amerika untuk menjarah sumber daya sambil menindas rakyat mereka sendiri di bawah undang-undang yang represif.
Dampak pada Minoritas di AS
Secara domestik, kebijakan Trump diperkirakan akan semakin menekan minoritas, mencerminkan sejarah retorika yang memecah belah dan kebijakan diskriminatifnya. Meskipun ia mungkin memanfaatkan celah hukum untuk menargetkan minoritas, termasuk Muslim, hukum AS membatasi kekuasaannya untuk membuat perubahan besar. Oleh karena itu, komunitas Muslim di Amerika tidak perlu hidup dalam ketakutan terhadap pemerintahannya. Sebaliknya, mereka harus tetap teguh dalam membela hak-hak hukum mereka dan berdiri untuk keadilan. Selain itu, mereka memiliki tanggung jawab untuk mendukung saudara-saudara Muslim mereka di seluruh dunia melalui upaya politik dan intelektual.
Peran Komunitas Muslim Amerika
Muslim di Amerika, yang menikmati hak-hak yang dijamin oleh hukum sekaligus kewajiban iman mereka, memiliki peran penting. Mereka harus bertindak sebagai duta umat, memperjuangkan hak-haknya, dan mengingat hubungan tak terputus mereka dengannya, tidak peduli seberapa jauh jaraknya. Dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam dan hidup dengan bangga sesuai dengan keyakinan mereka, mereka dapat melawan asimilasi ke dalam kerangka sekularisme. Lebih dari itu, mereka memiliki misi mulia untuk mengajak orang lain pada kebenaran Islam, menawarkan alternatif bagi kegelapan liberalisme kapitalis. Misi ini adalah tindakan kasih sayang dan keadilan, sebagaimana yang diungkapkan dalam ayat Al-Qur'an:
"Dan Kami tidak mengutusmu (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam." [QS. Al-Anbiya: 107]
Muslim harus melaksanakan tanggung jawab ini dengan hikmah, menjadi mercusuar harapan bagi mereka yang tersesat dalam perjuangan hidup modern. Mereka seharusnya seperti pembawa parfum, menyebarkan keharuman mereka ke mana pun mereka pergi, sebagaimana yang diajarkan Al-Qur'an:
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk." [QS. An-Nahl: 125]
Media Office of Hizb ut Tahrir in America
Posting Komentar untuk "Dampak Kepresidenan Trump terhadap Umat Islam dan Komunitas Muslim"