Pemilihan Presiden Lebanon ke-14 dan Pengaruh Amerika Serikat

 



Pada hari Kamis, 9 Januari 2025, parlemen Lebanon berkumpul untuk memilih presiden ke-14 negara tersebut, setelah dua tahun kekosongan kepemimpinan sejak Michel Aoun meninggalkan Istana Kepresidenan pada 30 Oktober 2022. Mayoritas mutlak tercapai dengan terpilihnya Panglima Angkatan Darat Jenderal Joseph Aoun, yang mendapatkan 99 suara dari 128 suara pada putaran kedua. Pada putaran pertama, ia hanya memperoleh 71 suara, sementara ia membutuhkan 86 suara (dua pertiga suara parlemen) untuk menang dalam putaran pertama.

Pemilihan yang Penuh Kontroversi
Proses ini memunculkan berbagai dinamika yang menunjukkan adanya rencana yang telah disiapkan sebelumnya. Selama dua tahun, anggota parlemen gagal mencapai konsensus terkait calon presiden, bahkan nama Joseph Aoun sempat menjadi perdebatan. Sebagian melihatnya sebagai figur yang dapat merusak popularitas mereka di kalangan umat Kristen karena ia berasal dari luar lingkaran politik tradisional dan tidak memiliki catatan buruk seperti para politisi Lebanon lainnya.

Selain itu, ada keberatan terkait konstitusi Lebanon yang melarang pegawai negara tingkat tinggi mencalonkan diri sebagai presiden kecuali dua tahun setelah mereka meninggalkan jabatannya. Joseph Aoun sendiri baru-baru ini diperpanjang masa jabatannya sebagai Panglima Angkatan Darat, yang menambah kerumitan. Sebagian pihak lainnya menuduhnya sebagai “orang Amerika” dan memperingatkan bahwa terpilihnya dia akan membawa risiko bagi negara.

Namun, semua hambatan ini tiba-tiba lenyap. Persetujuan muncul dari pihak-pihak yang sebelumnya menentang, termasuk mereka yang sebelumnya menyebut hubungan Aoun dengan Amerika sebagai ancaman. Mereka beralasan bahwa suara mayoritas dalam pemilihan ini setara dengan amandemen konstitusi, meskipun cara ini dianggap manipulatif.

Pengaruh Amerika Serikat
Jelas bahwa perubahan politik di Lebanon tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Amerika. Setelah peristiwa Operasi Badai Al-Aqsha, disusul kesepakatan gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel pada 27 November 2024, serta jatuhnya rezim Suriah pada 8 Desember 2024, peran Iran dan Hizbullah di wilayah tersebut mulai melemah. Perubahan ini memberikan ruang bagi Amerika untuk memengaruhi politik Lebanon secara langsung, sebagaimana diakui oleh beberapa anggota parlemen sendiri.

Misalnya, anggota parlemen Michel Moawad menyebut bahwa “bantuan Arab dan internasional” memungkinkan pemilu ini terjadi. Anggota parlemen Paula Yacoubian mengakui bahwa ia memberikan suara untuk Joseph Aoun di tengah tekanan besar dari luar negeri. Bahkan anggota parlemen Osama Saad menyebut pemilu ini sebagai pelanggaran konstitusi yang merupakan bagian dari agenda Amerika untuk memajukan kepentingannya di wilayah tersebut, termasuk proyek-proyek gas dan minyak.

Kehadiran Duta Besar Amerika Lisa Johnson, yang tampak bolak-balik antara kantor Ketua dan Wakil Ketua Parlemen, menjadi bukti nyata keterlibatan langsung Amerika dalam memastikan hasil pemilu ini.

Tanda-Tanda Fase Baru
Pemilihan Joseph Aoun mencerminkan perubahan besar di Lebanon, menandai akhir dari satu fase dan awal fase baru di bawah kendali Amerika. Meski bertentangan dengan hukum dan prinsip-prinsip politik yang mereka klaim, mayoritas faksi di Lebanon tunduk pada kehendak Amerika, menunjukkan lemahnya kedaulatan negara-negara Muslim di wilayah tersebut.

Namun, bagi umat Islam yang melihat dengan mata hati, rangkaian peristiwa sejak Operasi Badai Al-Aqsha hingga jatuhnya rezim Suriah adalah bukti kemampuan umat dalam menghadapi kekuatan besar dengan sumber daya yang terbatas. Peristiwa-peristiwa ini menunjukkan bahwa kekuatan umat Islam terletak pada semangat dan kesatuan mereka, yang dapat menghasilkan perubahan besar jika diarahkan dengan benar.

Kepemimpinan yang Diperlukan
Saat ini, umat Islam membutuhkan kepemimpinan yang benar untuk mengarahkan energi besar ini. Sebuah kepemimpinan yang tidak lain adalah Khilafah Rasyidah, yang diperjuangkan oleh Hizbut Tahrir. Perubahan yang terjadi di dunia Islam merupakan penghapusan hambatan menuju tegaknya kepemimpinan ini. Dengan kesadaran yang terus tumbuh, saatnya umat Islam bersatu dan merealisasikan janji Allah untuk memberikan kemenangan kepada mereka yang berjuang di jalan-Nya, sebagaimana firman-Nya:

“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi dan hendak menjadikan mereka pemimpin serta menjadikan mereka pewaris (bumi ini).” (QS. Al-Qashash: 5). []


Sumber: alraiah.net

Posting Komentar untuk "Pemilihan Presiden Lebanon ke-14 dan Pengaruh Amerika Serikat"