Organisasi Kerja Sama Islam: Alat Kolonial untuk Menjamin Keberlangsungan Entitas Yahudi

 


Bismillahirrahmanirrahim

Berita:

Pada Senin, 17 Februari 2025, Menteri Luar Negeri Pakistan, Ishaq Dar, mendesak Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk mendukung inisiatif Saudi yang bertujuan mendirikan negara Palestina sebagai syarat utama normalisasi di seluruh kawasan. Ia menyatakan, "Kita harus segera mengambil langkah konkret untuk mengamankan solusi dua negara." (Sumber: The Daily Pakistan)

Komentar:

Organisasi Konferensi Islam (sekarang OKI) didirikan sebagai respons terhadap kemarahan umat Islam setelah pendudukan Zionis membakar Masjid Al-Aqsa pada 21 Agustus 1969. Namun, sejak didirikan pada 25 September 1969, organisasi ini gagal menangani berbagai permasalahan umat Islam, baik di Palestina, Kashmir, Bosnia, Myanmar (Burma), Turkistan Timur, Afghanistan, Sudan, Suriah, maupun di wilayah lain. Setiap kali terjadi serangan terhadap umat Islam di mana pun, OKI hanya berkumpul untuk mengeluarkan pernyataan kecaman dan menyerukan kepada Amerika Serikat dan sistem internasional untuk bertindak—padahal Amerika sendiri adalah pelopor utama perang melawan Islam dan kaum Muslim!

Terkait Palestina secara khusus, baik di era pemerintahan Joe Biden maupun Donald Trump, Amerika telah dengan jelas menunjukkan kesiapannya untuk melakukan segala cara demi menjamin keberlangsungan dan ekspansi entitas Zionis.

Adapun mengenai kelangsungan eksistensi Israel, Trump terus melanjutkan rencananya dengan mendorong negara-negara lain di kawasan untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, guna mengakui perampasan terhadap tanah Palestina. Salah satu negara yang didorong ke arah normalisasi ini adalah Arab Saudi, terutama karena hubungan erat Putra Mahkotanya dengan Trump.

Pemindahan paksa (deportasi massal) adalah salah satu cara perluasan wilayah entitas Zionis. Tampaknya, Trump ingin menciptakan kondisi yang memungkinkan para penguasa boneka untuk melaksanakan rencana pemindahan paksa ini, meskipun sebelumnya Mesir dan Yordania menolaknya. Dengan kata lain, ini adalah upaya untuk menguji sejauh mana para penguasa tersebut dapat menekan rakyat mereka agar menerima rencana Trump dalam mengusir penduduk Gaza dari tanah mereka, mengosongkan wilayah itu, lalu mencaploknya ke dalam Israel. Jika rakyat Mesir dan Yordania menentang dan menghalangi langkah ini, maka rencana tersebut mungkin akan ditunda hingga waktu yang dianggap lebih sesuai oleh Trump. Namun, tetap saja, ini adalah bentuk pengkhianatan terhadap Allah, Rasul-Nya, dan kaum mukminin.

Sementara itu, para penguasa Pakistan tidak mau kalah dalam hal pengkhianatan dibanding penguasa Mesir, Yordania, dan Arab Saudi. Oleh karena itu, Menteri Luar Negeri Pakistan dengan cepat mendukung inisiatif Saudi dan menyerukan normalisasi hubungan dengan Israel.

Wahai kaum Muslimin!

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

"Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya." (QS. Al-Isra: 1)

Para penguasa Muslim telah melewati batas merah yang berkaitan langsung dengan akidah kalian. Mereka bekerja sama untuk menormalisasi hubungan dengan perampas tanah suci, tempat Isra dan Mi’raj, serta Masjid Al-Aqsa. Mereka juga berusaha memperluas wilayah entitas Zionis. Oleh karena itu, kalian harus mengangkat suara kalian menentang pengkhianatan ini. Ajaklah saudara dan teman-teman kalian di militer untuk bergerak dan menyingkirkan hambatan yang menghalangi mereka dalam membela Palestina.

Bulan Ramadan, bulan kemenangan, semakin dekat. Biarkan bulan ini menjadi saksi atas jatuhnya para penguasa pengkhianat, berdirinya Khilafah ala minhaj an-nubuwwah, serta pembebasan Masjid Al-Aqsa.

Ditulis untuk Radio Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir
Syahzad Sheikh – Wilayah Pakistan

Posting Komentar untuk "Organisasi Kerja Sama Islam: Alat Kolonial untuk Menjamin Keberlangsungan Entitas Yahudi"