Pemberitaan Selektif Tentang Suriah
Pertempuran di Suriah kini telah berkecamuk selama lebih dari dua
tahun. Sementara sebagian besar perhatian telah difokuskan pada berbagai
peristiwa dan perkembangan yang terjadi di lapangan, ada aspek lain
perang ini. Yakni informasi tentang perang. Jika seseorang mengikuti
pemberitaan media Barat mengenai revolusi di Suriah, orang akan
mendapatkan kesan bahwa tentara rezim yang memenangkan pertempuran demi
pertempuran dan pendulum berayun secara pasti ke arah tentara rezim
bengis Assad. [1] Dalam hiruk-pikuk pemberitaan media ini, sebagian
bahkan sampai pada klaim bahwa pasukan Assad berada di ambang waktu
untuk merebut kembali seluruh Aleppo. [2]
Surat kabar dan saluran berita secara berlebihan mengulangi terobosan
besar yang dilakukan tentara Assad di al-Qusayr, seperti
menggambarkannya sebagai “‘kota strategis yang merupaka rute pasokan
utama dari Libanon.” [3] Demikian pula, ketika tentara Assad tentara
merebut kembali Khirbet Ghazaleh di awal Mei, yang juga digambarkan
sebagai “kota penting untuk blokade di selatan.” [4] Bahkan terdapat
prediksi lebih mengerikan yang dibuat tentang kota Otaiba yang terletak
kurang dari 2 kilometer dari Bandara Internasional Damaskus. Reuters
melaporkan bahwa seorang pejuang dari Otaiba mengatakan kepada mereka
melalui Skype: “… bencana telah datang, tentara memasuki Otaiba. Rezim
telah berhasil mematikan keran senjata …”. [5] Pemberitaan ini dan yang
lainnya meramalkan runtuhnya perlawanan bersenjata terhadap rezim Assad,
atau cerita atas setiap terobosan besar bagi tentara Assad, yang perlu
diusut keabsahannya untuk membedakan kebenaran dari antusiasme
jurnalistik. Suatu studi kasus yang baik atas hal ini adalah
perkembangan yang terjadi di kota al-Qusayr.
Media Barat menekankan pentingnya nilai strategis atas Qusayr pada
tingkat dimana seseorang mungkin berpikir bahwa kota ini adalah titik
tumpu atas seluruh perang di Suriah. Kenyataannya adalah hal yang tidak
begitu dramatis. Bahkan jika memandang secara sekilas pada peta wilayah
ini akan terungkap nilai sebenarnya. Qusayr masih jauh dari daerah
paling strategis dalam perang ini, melainkan hanyalah sebuah kota kecil
dengan lebar kurang dari 2 km dan lebih dari 10 km jauhnya dari jalan
raya utama dari pantai ke Damaskus, yang merupakan tempat tujuan, daerah
yang sudah diputus oleh pejuang Islam di Nabk dan Morek. Selain itu,
peta berikut menempatkan pentingnya Qusayr dari sudut pandang para
pejuang Islam. Sisi perbatasan Lebanon, yang paling dekat dengan Qusayr,
terdapat wilayah yang didominasi Syiah dan dikontrol oleh Hizbullah.
Sangat sedikit aliran senjata yang melalui daerah ini dalam mendukung
para pejuang Islam. Oleh karena itu klaim bahwa Qusayr bernilai sangat
strategis bagi pejuang Islam adalah suatu hal yang mengejutkan, dan
tidak didukung oleh fakta-fakta di lapangan. Sebaliknya, bagian Qusayr
yang paling penting sebenarnya dimiliki oleh Hizbullah, karena wilayah
ini memberikan mereka wilayah yang bersebelahan dengan wilayah dari
Libanon ke Homs, yang memungkinkan kepentingan Syiah tetap dapat
dipertahankan dalam memecah belah Suriah yang merupakan skenario yang
mungkin di masa depan.
Jadi pertanyaan yang penekanan: bagaimana seorang analis yang serius
dapat menyimpulkan bahwa Qusayr adalah kemenangan besar bagi Assad,
ketika mereka perlu lebih dari dua minggu untuk mengumpulkan pasukan-
dan bantuan dari ribuan kelompok Hizbullah – untuk mengambil alih sebuah
kota dengan lebar kurang dari 2 km, yang berjarak hanya satu lemparan
batu dari Homs, yang merupakan pusat kekuasaan utamanya di utara? Hal
yang sama bisa dikatakan terhadap kota Khirbet Ghazaleh. Tentara Assad
menghabiskan hampir dua bulan dengan berusaha untuk menguasai kembali
daerah ini, dan hanya berhasil melakukannya setelah para pejuang Islam
kehabisan amunisi. Peta berikut menunjukkan Khirbet Ghazaleh terletak
dekat dengan jalan toll M5, dan merebut kembali wilayah ini mungkin
dapat membuka kembali jalan toll ini jika belum dipotong lebih jauh oleh
para pejuang di selatan. Selain itu, meskipun pasukan Assad merebut
kembali kota ini mereka tidak mampu mendorong lebih jauh perebutan
wilayah ke selatan dan memperkuat pasukan mereka di Daraa.
Hal ini mengarah kepada suatu titik ringkasan atas perang ini, jika
Assad mengkonsentrasikan pasukannya di suatu daerah manapun dia
kemungkinan besar akan mengambil alih wilayah tersebut, tetapi jika
kekuatan mereka maju lebih jauh mereka akan tersebar dan melemah,
sehingga mengakibatkan penguasaan kembali wilayah itu tidak berjalan
efektif. Oleh karena itu, Assad mendapat keuntungan meskipun semua
senjatanya adalah sederhana. Meskipun tentara Assad telah mengontrol kembali beberapa wilayah, hal ini menjadi latar belakang kerugian besar di banyak tempat lainnya, yang meliputi:
1. Deir Ez-Zour: pasukan Islam merangsek maju di wilayah industri kota dan merebut Institut Perindustrian [6].
2. Raqqah:. Merebut banyak bangunan dan perlengkapan amunisi di wilayah Basis Militer 17 [7]
3. Pangkalan Udara Mennagh dekat Aleppo: mematikan pasokan air untuk pasukan rezim bengis Assad dan menguasai menara kontrol udara dan instalasi radar [8].
4. Mengusai basis Angkatan Darat dekat desa Salba [9].
5. Kota Aleppo: mengepung gedung Intelijen Angkatan Udara, rumah sakit penjara Al-Kindi, dan Pusat Penjara Aleppo [10] [11].
6. Idlib:. Menguasai base camp pemuda yang merupakan salah satu dari dua basis utama tentara Assad di utara [12]
7. Menguasai Pangkalan Militer As-Sakeen dan membunuh sekitar 350 milisi Assad. [13]
2. Raqqah:. Merebut banyak bangunan dan perlengkapan amunisi di wilayah Basis Militer 17 [7]
3. Pangkalan Udara Mennagh dekat Aleppo: mematikan pasokan air untuk pasukan rezim bengis Assad dan menguasai menara kontrol udara dan instalasi radar [8].
4. Mengusai basis Angkatan Darat dekat desa Salba [9].
5. Kota Aleppo: mengepung gedung Intelijen Angkatan Udara, rumah sakit penjara Al-Kindi, dan Pusat Penjara Aleppo [10] [11].
6. Idlib:. Menguasai base camp pemuda yang merupakan salah satu dari dua basis utama tentara Assad di utara [12]
7. Menguasai Pangkalan Militer As-Sakeen dan membunuh sekitar 350 milisi Assad. [13]
Jadi kita melihat pola di media Barat, di mana kemajuan yang dibuat
oleh rezim Assad dibesar-besarkan dan kemajuan yang diperoleh para
pejuang Islam diabaikan, baik sengaja ataupun tidak. Jika dilakukan
dengan sengaja, pola pemberitaan yang menyesatkan ini merupakan upaya kampanye untuk meyakinkan para pejuang Islam bahwa kemenangan mereka adalah mustahil tanpa bantuan Barat.
Para pejuang Islam di Suriah harus memahami bahwa kesempatan bersejarah
untuk mencapai kebebasan dari tirani ini juga merupakan kesempatan
untuk pada akhirnya membebaskan diri dari hegemoni Barat. Revolusi
Suriah tidak jangan jatuh ke dalam perangkap kompromi dan gangguan pihak
asing, yang hanya akan mengalihkan revolusi-revolusi lain untuk
mencapai perubahan rezim dan kemerdekaan yang sesungguhnya. [Muzammil Hussain] Sumber : hizbut-tahrir.or.id
Posting Komentar untuk "Pemberitaan Selektif Tentang Suriah"