Perukyat Solo: Metode Rukyatul Hilal di Cakung Tidak Ilmiah
Ketua Tim Rukyatul Hilal Solo yang berasal dari CASA (Club Astronomi
Santri Assalaam) AR Sugeng menyatakan bahwa metode rukyatul hilal yang
di Cakung tidak ilmiah, demikian katanya saat dihubungi MuslimDaily, Kamis malam (19/7).
"Metode rukyat di Cakung itu tidak ilmiah. Selama ini bukti foto dan
video mereka tidak ada," kata ustadz Sugeng yang juga merupakan
Koordinator Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Falak (LP2IF) RHI
Surakarta.
Bahkan menurut ustadz Sugeng yang secara periodik dan rutin hampir
setiap bulan melakukan pengamatan langsung (rukyat) atas hilal selama
setahun, hasil rukyatul hilal di Cakung yang menyatakan berhasil melihat
hilal itu wajib ditolak hukumnya.
"Disamping tidak ilmiah, kesaksian mereka mustahil diterima mengingat
berdasarkan informasi yang kami peroleh waktu kemunculan hilal yang
mereka saksikan itu berada pada waktu sebelum maghrib dan sebelum
tenggelamnya matahari. Bagaimana mungkin hilal bisa tampak sebelum
tenggelamnya matahari?" urainya seraya menutup dengan kalimat retoris.
Ustadz Sugeng menganggap metode sulam yang dipakai oleh Tim
Rukyat di Cakung merupakan metode yang kuno dan sangat jauh dari
ketepatan. Metode tersebut hanya aproximasi atau pendekatan saja. Sangat
kasar. Bahkan, kata ustadz Sugeng, metode perhitungan astronomis
Muhammadiyah lebih tepat dibandingkan metode yang dipakai di Cakung.
"Perhitungan astronomis Muhammadiyah secara hisab bahkan lebih tepat
dibanding Cakung. Hasil perhitungan mereka bahkan bisa dibuktikan dengan
mengukur ketinggian bulan pada hari Jumat sore besok. Hasilnya akan
sama dengan ketinggian riil nantinya jika bulan telah berada pada
derajat ketinggian yang tinggi karena sebenarnya perhitungan kami pun
sama dengan Muhammadiyah. Hanya kita beda dalam mengambil metode
penetapannya saja," pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, perukyat di Cakung mengklaim telah
berhasil melihat hilal pada pukul 17.53 WIB pada posisi ketinggian 3,5
derajat selama 4 menit di atas ufuk dengan saksi-saksi ustadz H. M.
Labib, ustadz Afriyano, ustadz Nabil dan ustadz Muhammad Yusuf.
Meskipun mengklaim telah berhasil melihat hilal dan sudah disumpah,
hasil rukyat yang diselenggarakan di Cakung ditolak kesaksiannya karena
dianggap mustahil oleh Dewan Isbat Kementerian Agama dan beberapa ormas
Islam.
Kegiatan rukyat di Cakung, tepatnya di Pondok Pesantren Al Husainiah,
konon sudah berlangsung selama lebih dari 50 tahun. Rukyat di Cakung
tidak hanya dilakukan setahun sekali menjelang Lebaran saja, tapi
dilakukan setiap bulan untuk mencocokan dengan perhitungan hisab.
Pelaksanaan rukyat di Cakung Kamis sore tadi (19/7) dilakukan dengan mata telanjang tanpa alat bantuan teleskop.
"Penglihatan mata justru lebih jelas dan lebih luas dibanding
teleskop yang mengharuskan untuk fokus pada satu titik saja. Berbeda
dengan mata yang lebih luas dan jelas," kata salah seorang perukyat. [muslimdaily]
Posting Komentar untuk "Perukyat Solo: Metode Rukyatul Hilal di Cakung Tidak Ilmiah"