BULAN PERUBAHAN - Ramadhan Hari-23: UBAH REKREASI
Sesungguhnya tidak ada orang maupun kaum, yang mengalami perubahan nasib tanpa mereka mengubah dulu cara mereka berrekreasi.
Manusia itu bukan robot, yang bisa melakukan suatu pekerjaan terus menerus tanpa istirahat. Kalaupun fisik badannya memungkinkan, tetapi jiwanya akan kelelahan, dan itu bisa lebih berbahaya. Karena itu Rasulullah pun mengajarkan, agar kita memberi hak istirahat pada tubuh kita. Istirahat dalam arti kita meninggalkan sejenak aktivitas utama kita, agar tubuh kita segar kembali, mampu berkreasi kembali. Itulah makna "rekreasi".
Persoalannya, rekreasi yang seperti apa yang seharusnya kita lakukan?
Kalau bicara rekreasi, pikiran kita sering lari ke "tempat rekreasi" alias tempat wisata, atau bahkan tempat hiburan. Kalau pas liburan panjang seperti lebaran, tempat rekreasi yang paling ramai - karena murah-meriah - adalah pantai, kebon binatang, atau alun-alun kota lengkap dengan kulinernya. Kadang-kadang, jalan menuju ke tempat-tempat rekreasi itu bahkan sampai macet panjang, mencari tempat parkir juga susah. Tetapi anehnya, orang tetap mau bersusah-payah ke sana. Kenapa? Karena justru itulah rekreasinya, selingan dari rutinitas. Mungkin bagi mereka yang sehari-harinya biasa jalanan lancar, kemacetan adalah rekreasi. Bisa menjadi bahan cerita!
Ada juga rekreasi yang lebih murah, yaitu cukup di rumah, baca buku, lihat TV, atau chatting via internet. Ada juga yang berkebun, membereskan rumah, atau berkemah di halaman belakang (bagi orang yang rumahnya punya halaman).
Kalau yang punya uang, mereka berrekreasi ke tempat yang istimewa. Mungkin ke Dufan di Ancol, mungkin juga ikut outbound-training sekaligus main golf di kawasan Puncak, melihat taman laut di Raja Ampat, atau bahkan belanja ke Singapur, atau Umrah. Jangan dikira yang pergi Umrah itu semua bermotif ibadah. Banyak juga yang sekedar rekreasi ...
Namun kita perlu bertanya: apakah cara-cara rekreasi kita selama ini akan mengubah nasib kita? Atau cara rekreasi yang seperti apa yang dapat mengubah nasib kita menjadi lebih baik?
Bagi sebagian pebisnis, rekreasi pun menjadi tempat bertemu dengan mitra potensial. Kelihatannya seperti main golf, padahal sambil melakukan lobby atau pendekatan ke pejabat atau pimpinan perusahaah mitra. Kelihatannya seperti bernyanyi bersama di tempat karaoke, padahal itu adalah cara mempererat hubungan antara dua perusahaan yang akan bersinergi di masa depan. Jadi bagi mereka: rekreasi adalah investasi.
Memang sangat menyenangkan, jika aktivitas utama kita sendiri memiliki elemen rekreatif. Oleh karena itu, ada beberapa pendidik yang mengajarkan sains seperti matematika atau fisika secara rekreatif. Beberapa jenis profesi juga sangat rekreatif. Lebih tepat mereka itu disebut "rekreasi yang dibayar", karena seandainya tidak dibayarpun, mereka tetap melakukannya. Contohnya adalah penulis, pengarang lagu, atau game-tester. Menteri BUMN Dahlan Iskan pernah ditegur karena sebagai menteri dia tetap rajin menulis di blog-nya. Ternyata, kata Dahlan, kalau menteri yang lain berrekreasi dengan main golf, dirinya berrekreasi dengan menulis.
Institusi atau organisasi yang mampu menjadikan rekreasi bagian manunggal dari aktivitas utamanya memang bisa menjadi sangat produktif. Di kantor pusat Google misalnya, di sana diberikan fasilitas yang sangat menyenangkan. Karyawan boleh datang dan pulang kapan saja. Tidak harus pakai seragam. Tersedia kantin 24 jam dengan puluhan jenis kuliner. Ada tempat bermain anak. Ada kolam renang. Ada fitness center. Ada home teater dengan koleksi jutaan film. Dan semuanya gratis. Hasilnya: Nyaris semua programmernya merasa sedang berrekreasi. Maka Google jadi sangat produktif dan inovatif karena para pekerjanya memang memiliki passion (gairah) untuk bekerja di sana.
Bagi seorang muslim, ada beberapa rekreasi yang diajarkan Nabi. Nabi memang memubahkan rekreasi dengan bersendagurau bersama keluarga. Nabi sendiri pernah berlomba-lari dengan Aisyah ra., sebagai rekreasi. Nabi pernah bermain gulat dengan seorang sahabat yang jago gulat. Nabi juga pernah menonton atraksi suatu rombongan akrobat yang menunjukkan kebolehannya di masjid. Semua adalah hal yang dibolehkan di dalam Islam, asal tidak berlebihan, tidak sampai mengalahkan kewajiban.
Namun, ada bentuk rekreasi yang istimewa. Rekreasi yang memang bisa mengubah nasib seseroang. Tidak cuma untuk beberapa tahun ke depan, namun hingga melampaui batas usia kita.
Mereka yang sudah merasakan nikmatnya sholat tahajud, sudah sama "frekuensinya" dengan getar energi Ilahi, akan menjadikan tahajud sebagai rekreasi. Demikian juga dengan banyak amal sholeh yang lain. Bagi para kekasih Allah itu, nikmatnya membaca Qur'an tidak bisa digantikan dengan menonton film box-office di XXI. Nikmatnya makan bersama anak yatim tidak bisa digantikan dengan makan di restoran kelas premium di Nusa Dua Bali. Nikmatnya berdakwah, memberi pencerahan ke ummat, tidak bisa digantikan dengan main golf di Puncak sekalipun dikelilingi caddy yang cantik-cantik. Dan nikmatnya ikut dalam barisan jihad fii sabilillah tidak bisa digantikan dengan berlibur gratis ke Hawaii.
Mestinya Ramadhan adalah bulan untuk mengubah bentuk rekreasi dalam hidup kita. Mudah-mudahan, pada hari ke-23 bulan Ramadhan, kita sudah memperbaiki cara rekreasi kita, agar Allah mengubah nasib kita. [Fahmi Amhar]
Manusia itu bukan robot, yang bisa melakukan suatu pekerjaan terus menerus tanpa istirahat. Kalaupun fisik badannya memungkinkan, tetapi jiwanya akan kelelahan, dan itu bisa lebih berbahaya. Karena itu Rasulullah pun mengajarkan, agar kita memberi hak istirahat pada tubuh kita. Istirahat dalam arti kita meninggalkan sejenak aktivitas utama kita, agar tubuh kita segar kembali, mampu berkreasi kembali. Itulah makna "rekreasi".
Persoalannya, rekreasi yang seperti apa yang seharusnya kita lakukan?
Kalau bicara rekreasi, pikiran kita sering lari ke "tempat rekreasi" alias tempat wisata, atau bahkan tempat hiburan. Kalau pas liburan panjang seperti lebaran, tempat rekreasi yang paling ramai - karena murah-meriah - adalah pantai, kebon binatang, atau alun-alun kota lengkap dengan kulinernya. Kadang-kadang, jalan menuju ke tempat-tempat rekreasi itu bahkan sampai macet panjang, mencari tempat parkir juga susah. Tetapi anehnya, orang tetap mau bersusah-payah ke sana. Kenapa? Karena justru itulah rekreasinya, selingan dari rutinitas. Mungkin bagi mereka yang sehari-harinya biasa jalanan lancar, kemacetan adalah rekreasi. Bisa menjadi bahan cerita!
Ada juga rekreasi yang lebih murah, yaitu cukup di rumah, baca buku, lihat TV, atau chatting via internet. Ada juga yang berkebun, membereskan rumah, atau berkemah di halaman belakang (bagi orang yang rumahnya punya halaman).
Kalau yang punya uang, mereka berrekreasi ke tempat yang istimewa. Mungkin ke Dufan di Ancol, mungkin juga ikut outbound-training sekaligus main golf di kawasan Puncak, melihat taman laut di Raja Ampat, atau bahkan belanja ke Singapur, atau Umrah. Jangan dikira yang pergi Umrah itu semua bermotif ibadah. Banyak juga yang sekedar rekreasi ...
Namun kita perlu bertanya: apakah cara-cara rekreasi kita selama ini akan mengubah nasib kita? Atau cara rekreasi yang seperti apa yang dapat mengubah nasib kita menjadi lebih baik?
Bagi sebagian pebisnis, rekreasi pun menjadi tempat bertemu dengan mitra potensial. Kelihatannya seperti main golf, padahal sambil melakukan lobby atau pendekatan ke pejabat atau pimpinan perusahaah mitra. Kelihatannya seperti bernyanyi bersama di tempat karaoke, padahal itu adalah cara mempererat hubungan antara dua perusahaan yang akan bersinergi di masa depan. Jadi bagi mereka: rekreasi adalah investasi.
Memang sangat menyenangkan, jika aktivitas utama kita sendiri memiliki elemen rekreatif. Oleh karena itu, ada beberapa pendidik yang mengajarkan sains seperti matematika atau fisika secara rekreatif. Beberapa jenis profesi juga sangat rekreatif. Lebih tepat mereka itu disebut "rekreasi yang dibayar", karena seandainya tidak dibayarpun, mereka tetap melakukannya. Contohnya adalah penulis, pengarang lagu, atau game-tester. Menteri BUMN Dahlan Iskan pernah ditegur karena sebagai menteri dia tetap rajin menulis di blog-nya. Ternyata, kata Dahlan, kalau menteri yang lain berrekreasi dengan main golf, dirinya berrekreasi dengan menulis.
Institusi atau organisasi yang mampu menjadikan rekreasi bagian manunggal dari aktivitas utamanya memang bisa menjadi sangat produktif. Di kantor pusat Google misalnya, di sana diberikan fasilitas yang sangat menyenangkan. Karyawan boleh datang dan pulang kapan saja. Tidak harus pakai seragam. Tersedia kantin 24 jam dengan puluhan jenis kuliner. Ada tempat bermain anak. Ada kolam renang. Ada fitness center. Ada home teater dengan koleksi jutaan film. Dan semuanya gratis. Hasilnya: Nyaris semua programmernya merasa sedang berrekreasi. Maka Google jadi sangat produktif dan inovatif karena para pekerjanya memang memiliki passion (gairah) untuk bekerja di sana.
Bagi seorang muslim, ada beberapa rekreasi yang diajarkan Nabi. Nabi memang memubahkan rekreasi dengan bersendagurau bersama keluarga. Nabi sendiri pernah berlomba-lari dengan Aisyah ra., sebagai rekreasi. Nabi pernah bermain gulat dengan seorang sahabat yang jago gulat. Nabi juga pernah menonton atraksi suatu rombongan akrobat yang menunjukkan kebolehannya di masjid. Semua adalah hal yang dibolehkan di dalam Islam, asal tidak berlebihan, tidak sampai mengalahkan kewajiban.
Namun, ada bentuk rekreasi yang istimewa. Rekreasi yang memang bisa mengubah nasib seseroang. Tidak cuma untuk beberapa tahun ke depan, namun hingga melampaui batas usia kita.
Mereka yang sudah merasakan nikmatnya sholat tahajud, sudah sama "frekuensinya" dengan getar energi Ilahi, akan menjadikan tahajud sebagai rekreasi. Demikian juga dengan banyak amal sholeh yang lain. Bagi para kekasih Allah itu, nikmatnya membaca Qur'an tidak bisa digantikan dengan menonton film box-office di XXI. Nikmatnya makan bersama anak yatim tidak bisa digantikan dengan makan di restoran kelas premium di Nusa Dua Bali. Nikmatnya berdakwah, memberi pencerahan ke ummat, tidak bisa digantikan dengan main golf di Puncak sekalipun dikelilingi caddy yang cantik-cantik. Dan nikmatnya ikut dalam barisan jihad fii sabilillah tidak bisa digantikan dengan berlibur gratis ke Hawaii.
Mestinya Ramadhan adalah bulan untuk mengubah bentuk rekreasi dalam hidup kita. Mudah-mudahan, pada hari ke-23 bulan Ramadhan, kita sudah memperbaiki cara rekreasi kita, agar Allah mengubah nasib kita. [Fahmi Amhar]
Posting Komentar untuk "BULAN PERUBAHAN - Ramadhan Hari-23: UBAH REKREASI"