BULAN PERUBAHAN - Ramadhan Hari-27: UBAH ESTIMASI
Sesungguhnya
tidak ada orang maupun kaum, yang mengalami perubahan nasib tanpa
mereka mengubah dulu bagaimana mereka menaksir diri, lingkungan maupun
masa depannya.
Setiap saat sebenarnya kita selalu melakukan estimasi. Estimasi adalah pengukuran secara taksiran. Setidaknya ada tiga macam estimasi:
Pertama: estimasi diri. Kita menaksir apakah kita ini sesungguhnya mampu melakukan sesuatu, atau butuh sesuatu, benda atau pertolongan misalnya. Kalau kita menaksir diri terlalu tinggi, lebih hebat dari kenyataan, maka kita disebut “over confidence” (terlalu percaya diri). Orang yang over confidence memang jadi pemberani atau optimist tetapi juga kadang malas untuk meningkatkan kapasitas dirinya. Sebaliknya orang yang under-confidence jadi rendah diri, penakut, pesimist, akibatnya malas menghadapi tantangan. Padahal dia hanya akan berubah nasibnya bila tantangan itu telah ditaklukkan.
Kedua: estimasi lingkungan. Kita hidup di dunia berhadapan dengan lingkungan maupun orang lain. Lingkungan kadang tidak bersahabat. Orang lain tidak selalu sepakat dengan kita. Karena itu, kita mesti menaksir, apakah lingkungan yang ganas, atau orang yang tidak sepaham itu bisa kita “taklukkan”. Kalau kita menaksir mereka terlalu tinggi, disebut “over estimate” – kita jadi terlalu khawatir. Sedang kalau kita menaksir mereka terlalu rendah, disebut “under estimate” – kita bisa jadi takabur. Jadi kuncinya, kita harus dapat mengestimasi lingkungan seakurat mungkin.
Ketiga: estimasi masa depan. Masa depan adalah sesuatu yang pasti akan kita datangi, suka ataupun tidak. Apakah semua yang tersedia di masa depan bakal sesuai dengan harapan kita, atau justru mengancam kita, tergantung pengukuran kita saat ini. Kalau taksiran kita mengatakan, masa depan harus dihadapi lebih serius, sehingga nanti kita pasti dapat mengatasinya, maka boleh jadi apa yang kita raih malah “beyond expectation”. Tetapi bila kita tidak menganggap serius, maka hasil yang kita raih semua akan “below expectation”.
Semua berasal dari estimasi. Kita bisa belajar dari melihat masa lalu. Seberapa hebat sih sebenarnya capaian kita itu? Apakah itu hasil maksimum, atau hasil kemalasan saja? Kita belum memeras semua potensi yang kita miliki.
Di mana posisi kita sekarang berada sebenarnya tidak terlalu signifikan. Yang penting adalah, ke mana trend kita ke depan? Apakah bertendensi terus meningkat (membaik), atau sama saja?
Konon di dunia tidak ada yang tetap kecuali perubahan. Tetapi ketahuilah, bahwa perubahan itu sendiri juga bisa berubah, misalnya makin cepat (ter-akselerasi). Kalau dulu harga-harga naik rata-rata 8% per tahun (seperti inflasi), maka ternyata sekarang naiknya makin cepat, tidak per tahun, tetapi per semester. Mungkin lama-lama angka itu adalah per-quartal, atau bahkan per-bulan. Mungkin ada beberapa kebijakan yang berasal dari estimasi yang salah. Estimasi dirinya OVER CONFIDENCE, estimasi lingkungannya UNDER ESTIMATE, akibatnya, hasilnya BELOW EXPECTATION.
Karena itu, tidak apalah kita sekarang berangkat dari bawah. Kita mengestimasi diri bahwa kita memang masih kecil, lemah dan bodoh. Dengan begitu kita tidak akan takabbur. Dan kita menganggap lingkungan kita lebih hebat dari sesungguhnya, agar kita tertantang untuk meningkatkan kapasitas diri. Jadi yang penting kita berpikir besar (BIG THINK), dan segera dimulai meski dengan langkah-langkah kecil (SMALL STEPS), asalkan kita bergerak cepat (FAST MOVE). Big Think, Small Step, but Fast Move !!!
Kita bisa melakukan seperti itu, kalau kita memiliki keimanan, bahwa meski kita mengestimasi diri kecil dan lingkungan kita besar, tetapi kita adalah hamba Allah Yang Maha Besar. Dan kita sedang bergerak ke masa depan, dengan estimasi yang sangat kuat, bahwa Allah akan membalas segala kebaikan dengan kebaikan, Allah akan mendekati kita dengan berlari bila kita mendekati-Nya dengan berjalan, dan Allah mempergilirkan kekuasaan di dunia pada siapa saja yang Dia kehendaki.
Mestinya Ramadhan adalah bulan untuk mengubah cara kita mengukur diri, lingkungan dan masa depan kita dengan benar. Mudah-mudahan, pada hari ke-27 bulan Ramadhan, kita sudah memperbaiki semua estimasi kita, agar Allah mengubah nasib kita. [Fahmi Amhar]
Setiap saat sebenarnya kita selalu melakukan estimasi. Estimasi adalah pengukuran secara taksiran. Setidaknya ada tiga macam estimasi:
Pertama: estimasi diri. Kita menaksir apakah kita ini sesungguhnya mampu melakukan sesuatu, atau butuh sesuatu, benda atau pertolongan misalnya. Kalau kita menaksir diri terlalu tinggi, lebih hebat dari kenyataan, maka kita disebut “over confidence” (terlalu percaya diri). Orang yang over confidence memang jadi pemberani atau optimist tetapi juga kadang malas untuk meningkatkan kapasitas dirinya. Sebaliknya orang yang under-confidence jadi rendah diri, penakut, pesimist, akibatnya malas menghadapi tantangan. Padahal dia hanya akan berubah nasibnya bila tantangan itu telah ditaklukkan.
Kedua: estimasi lingkungan. Kita hidup di dunia berhadapan dengan lingkungan maupun orang lain. Lingkungan kadang tidak bersahabat. Orang lain tidak selalu sepakat dengan kita. Karena itu, kita mesti menaksir, apakah lingkungan yang ganas, atau orang yang tidak sepaham itu bisa kita “taklukkan”. Kalau kita menaksir mereka terlalu tinggi, disebut “over estimate” – kita jadi terlalu khawatir. Sedang kalau kita menaksir mereka terlalu rendah, disebut “under estimate” – kita bisa jadi takabur. Jadi kuncinya, kita harus dapat mengestimasi lingkungan seakurat mungkin.
Ketiga: estimasi masa depan. Masa depan adalah sesuatu yang pasti akan kita datangi, suka ataupun tidak. Apakah semua yang tersedia di masa depan bakal sesuai dengan harapan kita, atau justru mengancam kita, tergantung pengukuran kita saat ini. Kalau taksiran kita mengatakan, masa depan harus dihadapi lebih serius, sehingga nanti kita pasti dapat mengatasinya, maka boleh jadi apa yang kita raih malah “beyond expectation”. Tetapi bila kita tidak menganggap serius, maka hasil yang kita raih semua akan “below expectation”.
Semua berasal dari estimasi. Kita bisa belajar dari melihat masa lalu. Seberapa hebat sih sebenarnya capaian kita itu? Apakah itu hasil maksimum, atau hasil kemalasan saja? Kita belum memeras semua potensi yang kita miliki.
Di mana posisi kita sekarang berada sebenarnya tidak terlalu signifikan. Yang penting adalah, ke mana trend kita ke depan? Apakah bertendensi terus meningkat (membaik), atau sama saja?
Konon di dunia tidak ada yang tetap kecuali perubahan. Tetapi ketahuilah, bahwa perubahan itu sendiri juga bisa berubah, misalnya makin cepat (ter-akselerasi). Kalau dulu harga-harga naik rata-rata 8% per tahun (seperti inflasi), maka ternyata sekarang naiknya makin cepat, tidak per tahun, tetapi per semester. Mungkin lama-lama angka itu adalah per-quartal, atau bahkan per-bulan. Mungkin ada beberapa kebijakan yang berasal dari estimasi yang salah. Estimasi dirinya OVER CONFIDENCE, estimasi lingkungannya UNDER ESTIMATE, akibatnya, hasilnya BELOW EXPECTATION.
Karena itu, tidak apalah kita sekarang berangkat dari bawah. Kita mengestimasi diri bahwa kita memang masih kecil, lemah dan bodoh. Dengan begitu kita tidak akan takabbur. Dan kita menganggap lingkungan kita lebih hebat dari sesungguhnya, agar kita tertantang untuk meningkatkan kapasitas diri. Jadi yang penting kita berpikir besar (BIG THINK), dan segera dimulai meski dengan langkah-langkah kecil (SMALL STEPS), asalkan kita bergerak cepat (FAST MOVE). Big Think, Small Step, but Fast Move !!!
Kita bisa melakukan seperti itu, kalau kita memiliki keimanan, bahwa meski kita mengestimasi diri kecil dan lingkungan kita besar, tetapi kita adalah hamba Allah Yang Maha Besar. Dan kita sedang bergerak ke masa depan, dengan estimasi yang sangat kuat, bahwa Allah akan membalas segala kebaikan dengan kebaikan, Allah akan mendekati kita dengan berlari bila kita mendekati-Nya dengan berjalan, dan Allah mempergilirkan kekuasaan di dunia pada siapa saja yang Dia kehendaki.
Mestinya Ramadhan adalah bulan untuk mengubah cara kita mengukur diri, lingkungan dan masa depan kita dengan benar. Mudah-mudahan, pada hari ke-27 bulan Ramadhan, kita sudah memperbaiki semua estimasi kita, agar Allah mengubah nasib kita. [Fahmi Amhar]
Posting Komentar untuk "BULAN PERUBAHAN - Ramadhan Hari-27: UBAH ESTIMASI"