Andai Bunda Kartini Hidup Pada Zaman Khilafah
Dok. Pribadi |
Oleh: Abu Mush'ab Al Fatih Bala (Penulis Nasional dan Pemerhati Politik Asal NTT)
Andai Bunda kita Kartini hidup pada zaman Khilafah tentu Beliau akan melihat bagaimana Islam diterapkan secara sempurna. Dan bagaimana Islam memuliakan wanita dan pria tanpa merendahkan keduanya.
Sebuah sistem yang berbeda dengan peradaban Barat yang telah memandang buruk wanita sejak masa kegelapan (dark age). Di Barat jauh sebelum masa kolonial, wanita dipandang buruk sebagai penyihir. Bahkan dalam ajaran tertentu lebih rendah dari iblis.
"Pada tahun 1481–1499 terjadi pembantai besar-besaran terhadap kaum wanita. Kondisinya saat itu sedang terjadi banyak kekacauan dalam masyarakat, salah satunya adalah sedang maraknya wabah penyakit. Menurut kepercayaan mereka sihir adalah sumber dari semua musibah yang ada. Sehingga Mahkamah Inkuisisi Gereja memutuskan untuk membakar 10.220 orang dan 70% diantarannya adalah wanita, terutama janda, orang miskin, kaum lansia, dan tabib wanita. Karena wanita dianggap sebagai tempat penampung setan dan roh jahat (Medium.com,23/5/2018)".
Bahkan di zaman penjajahan Belanda wanita sama seperti pria banyak yang tidak mengecap pendidikan.
Pendidikan terbatas bagi anak-anak kalangan bangsawan yang jumlahnya tidak banyak. Sedangkan rakyat biasa dibiarkan buta huruf. Ini menjadi bahan perjuangan Bunda Kartini.
Padahal dalam Sistem Islam (Khilafah), wanita amat dimuliakan. Ungkapan "Habis Gelap Terbitlah Terang" yang diambil bunda Kartini dari ajaran Islam hanyalah sebagian kecil dari penghormatan Islam kepada wanita.
Islam pun datang menjadi tren setter pemuliaan wanita dengan langkah awal revolusioner menghapus penguburan bayi perempuan di kalangan Arab Jahiliyah. Islam kemudian menjadi kiblat pendidikan bagi Pria dan Wanita.
Pria dan wanita diberikan pendidikan dan kesehatan gratis. Banyak pria dan wanita yang menjadi Ulama. Pendidikan di zaman Khilafah tidak berbasis emansipasi gender. Islam tidak memandang wanita lebih rendah dari pria. Yang paling mulia adalah yang paling bertakwa entah wanita atau pria.
Pada zaman Khilafah, para Khalifah sangat menghargai wanita karena teringat pesan Rasulullah SAW bahwa wanita (ibu) lebih tinggi derajatnya 3 tingkatan di atas pria (ayah). Surga itu di bawah telapak kaki ibu. Wanita yang mengandung, melahirkan dan mendidik anak-anaknya sama pahalanya dengan para pria yang pergi berjihad. Sama-sama mulia di mata Allah SWT.
Kemulian khusus yang diberikan kepada wanita bukan untuk menunjukkan bahwa pria lebih rendah dari wanita. Pria dan Wanita itu setara dalam level keimanan. Di sisi lain malah pria adalah pelindung wanita. Mereka mulia disamping wanita. Misalnya seorang suami mengayomi istrinya dan seorang Ayah mendidik putri-putrinya. Jika seorang taat kepada suaminya dan anak gadis kepada Ayahnya maka akan mendapatkan surga.
Dalam sebuah hadis disebutkan seorang Ayah yang memiliki tiga anak putri dan mendidik mereka dengan Islam maka baginya Surga.
Saking mulianya, kaum wanita bahkan diberikan kesempatan untuk mengkritik penguasa. Misalnya seorang wanita yang menemui Khalifah Umar bin Khattab ra dan mengkritiknya karena membatasi mahar kawin.
Dalam kebijakan tersebut, Umar menetapkan bahwa mahar maksimal yang boleh diminta oleh seorang Muslimah adalah empat ratus dirham. Khalifah langsung merevisi kebijakan tersebut agar tidak menjadi Undang-Undang Negara sehingga para Pria yang mampu memberikan mahar lebih bisa menyerahkan kepada wanita yang dinikahinya. Ini sangat memuliakan wanita.
Penurunan mahar kawin ini secara politis menyulitkan posisi wanita dalam pernikahan dan rumah tangga. Khalifah Umar pun mengatakan kepada para sahabatnya bahwa wanita ini benar dan Umar yang salah.
Andai Bunda Kartini hidup pada zaman Khilafah tentu Beliau akan menyaksikan bagaimana Khalifah Al Mu'tashim Billah mengirim pasukan yang kepalanya sudah ada di Amuria, Turki ekornya masih ada di Baghdad, Irak. Tentunya Bunda Kartini akan lebih semangat lagi menyuarakan Islam sebagai solusi bagi kaum Wanita.
Bunda sadar bahwa kehidupan di Eropa tak seindah kemajuan infrastrukturnya. Tak semesra banyaknya sekolah-sekolahnya.
Bunda waktu itu memperjuangkan ide bahwa wanita itu adalah partnert bagi pria dan pendidik awal yang sejati bagi anak-anak.
Andai Bunda lebih duluan mengenal sejarah Khilafah yang ditutup-tutupi oleh Penjajah Kolonial Belanda, tentu Bunda akan mengatakan bahwa Khilafah anti penjajahan. Dan wanita lebih mulia dalam peradaban Islam daripada peradaban Barat yang mengeksploitasi sisi kecantikan wanita. Wanita pun pantas memperjuangkan Khilafah sebagai sistem kehidupan bagi seluruh wanita di dunia. []
Bumi Allah SWT, 21 April 2020
Posting Komentar untuk "Andai Bunda Kartini Hidup Pada Zaman Khilafah"