BULAN PERUBAHAN - Ramadhan Hari-29: UBAH KADERISASI
Sesungguhnya
tidak ada orang maupun kaum, yang mengalami perubahan nasib tanpa
mereka mengubah dulu bagaimana mereka mempersiapkan generasi penerus
(kaderisasi).
Setiap pembaharu selalu datang ke dunia sendirian. Tak terkecuali Nabi Muhammad saw. Tetapi kemudian mereka dapat mengubah dunia, karena mereka mencetak kader.
Kaderisasi adalah kunci keberhasilan perubahan, from zero to hero.
Kaderisasi juga kunci bagaimana capaian perubahan itu akan bisa dipertahankan.
Kegagalan setiap usaha perubahan adalah ketika sang tokoh tidak mampu melakukan kaderisasi. Perjuangannya terlalu dipersonifikasi dengan dirinya, sehingga akhirnya perjuangannya meredup ketika dia beranjak tua dan lemah, dan perjuangannya pun ikut terlupakan ketika jasadnya terkubur ke dalam bumi.
Kehancuran sebuah bangsa yang maju juga bermula ketika estafet antar generasi dalam menjaga peradabannya tidak berjalan sempurna. Akibatnya, generasi penerus tidak lagi memiliki spirit penjaga, apalagi pembangun atau perintis. Mereka hanyalah generasi penikmat prestasi kakek moyangnya, padahal prestasi yang tidak dijaga pasti lambat laun akan rusak dan hancur dimakan usia, atau disusul oleh peradaban pesaingnya. Itulah yang pernah terjadi pada peradaban-peradaban besar dunia, China kuno, Persia kuno, Romawi kuno, Mesir kuno, bahkan peradaban Islam !
Karena itu kaderisasi adalah sesuatu yang mutlak harus dilakukan agar suatu bangsa berubah menjadi bangkit dan terus maju.
Kaderisasi dimulai dari edukasi. Para kader diasah agar memiliki jiwa yang dibutuhkan, ilmu yang diperlukan, dan ketrampilan yang membuat mereka mampu mengatasi ujian-ujian kehidupan.
Kemudian para kader ini akan menerima pendelegasian tugas, tanggungjawab dan wewenang, agar mereka semakin matang, menjadi copy dari sang pembaharu pemimpin perubahan. Maka sang pemimpin dapat memiliki daya jangkau perubahan yang semakin luas.
Pada akhirnya para kader ini akan menerima tampuk estafet, yaitu suksesi, penerus perjuangan. Pemimpin tua boleh mati, tapi muncul seribu kader yang siap meneruskannya.
Para kader itu tidak cuma akan merawat para pendahulu di masa senja mereka, tetapi akan meneruskan cita-cita mereka, mimpi-mimpi mereka, sekalipun masih berabad-abad mimpi itu menunggu terwujud. Lihatlah, bagaimana para guru ummat itu mengkader anak-anak muda Islam tentang mimpi Rasulullah atas penaklukan kota Konstantinopel, sampai akhirnya mimpi itu sampai ke benak seorang anak muda yang luar biasa, Muhammad al-Fatih. Dialah ternyata pemimpin terbaik yang disebut-sebut Rasulullah, hampir 830 tahun sebelumnya!
Namun kita semua tahu, tidak akan ada anak muda secemerlang Muhammad al-Fatih, manakala tidak ada para guru di seluruh zaman yang tanpa lelah melakukan kaderisasi. Tanpa kaderisasi, barangkali Islam sudah punah dengan wafatnya Rasulullah.
Mestinya Ramadhan adalah bulan untuk mengubah cara kita mengkader orang-orang yang akan meneruskan cita-cita kita. Mudah-mudahan, pada malam ke-29 bulan Ramadhan, kita sudah memperbaiki kaderisasi kita, agar Allah mengubah nasib kita. [Fahmi Amhar]
Setiap pembaharu selalu datang ke dunia sendirian. Tak terkecuali Nabi Muhammad saw. Tetapi kemudian mereka dapat mengubah dunia, karena mereka mencetak kader.
Kaderisasi adalah kunci keberhasilan perubahan, from zero to hero.
Kaderisasi juga kunci bagaimana capaian perubahan itu akan bisa dipertahankan.
Kegagalan setiap usaha perubahan adalah ketika sang tokoh tidak mampu melakukan kaderisasi. Perjuangannya terlalu dipersonifikasi dengan dirinya, sehingga akhirnya perjuangannya meredup ketika dia beranjak tua dan lemah, dan perjuangannya pun ikut terlupakan ketika jasadnya terkubur ke dalam bumi.
Kehancuran sebuah bangsa yang maju juga bermula ketika estafet antar generasi dalam menjaga peradabannya tidak berjalan sempurna. Akibatnya, generasi penerus tidak lagi memiliki spirit penjaga, apalagi pembangun atau perintis. Mereka hanyalah generasi penikmat prestasi kakek moyangnya, padahal prestasi yang tidak dijaga pasti lambat laun akan rusak dan hancur dimakan usia, atau disusul oleh peradaban pesaingnya. Itulah yang pernah terjadi pada peradaban-peradaban besar dunia, China kuno, Persia kuno, Romawi kuno, Mesir kuno, bahkan peradaban Islam !
Karena itu kaderisasi adalah sesuatu yang mutlak harus dilakukan agar suatu bangsa berubah menjadi bangkit dan terus maju.
Kaderisasi dimulai dari edukasi. Para kader diasah agar memiliki jiwa yang dibutuhkan, ilmu yang diperlukan, dan ketrampilan yang membuat mereka mampu mengatasi ujian-ujian kehidupan.
Kemudian para kader ini akan menerima pendelegasian tugas, tanggungjawab dan wewenang, agar mereka semakin matang, menjadi copy dari sang pembaharu pemimpin perubahan. Maka sang pemimpin dapat memiliki daya jangkau perubahan yang semakin luas.
Pada akhirnya para kader ini akan menerima tampuk estafet, yaitu suksesi, penerus perjuangan. Pemimpin tua boleh mati, tapi muncul seribu kader yang siap meneruskannya.
Para kader itu tidak cuma akan merawat para pendahulu di masa senja mereka, tetapi akan meneruskan cita-cita mereka, mimpi-mimpi mereka, sekalipun masih berabad-abad mimpi itu menunggu terwujud. Lihatlah, bagaimana para guru ummat itu mengkader anak-anak muda Islam tentang mimpi Rasulullah atas penaklukan kota Konstantinopel, sampai akhirnya mimpi itu sampai ke benak seorang anak muda yang luar biasa, Muhammad al-Fatih. Dialah ternyata pemimpin terbaik yang disebut-sebut Rasulullah, hampir 830 tahun sebelumnya!
Namun kita semua tahu, tidak akan ada anak muda secemerlang Muhammad al-Fatih, manakala tidak ada para guru di seluruh zaman yang tanpa lelah melakukan kaderisasi. Tanpa kaderisasi, barangkali Islam sudah punah dengan wafatnya Rasulullah.
Mestinya Ramadhan adalah bulan untuk mengubah cara kita mengkader orang-orang yang akan meneruskan cita-cita kita. Mudah-mudahan, pada malam ke-29 bulan Ramadhan, kita sudah memperbaiki kaderisasi kita, agar Allah mengubah nasib kita. [Fahmi Amhar]
Posting Komentar untuk "BULAN PERUBAHAN - Ramadhan Hari-29: UBAH KADERISASI"