Mesir Dan Bukti Kebohongan Rezim
Berita bahwa pengadilan Mesir telah memerintahkan pembebasan mantan
presiden Hosni Mubarak menunjukkan bahwa rezim itu akhirnya telah
menghapus sesuatu yang disembunyikannya, suatu bukti kebohongan rezim.
Semua hal tersembunyi yang meliputi penggulingan mantan Presiden Mursi
telah dicampakkan – yakni 22 juta penandatangan petisi yang belum
disyahkan, orang yang turun ke jalan yang kononnya berjumlah 17-33 juta
yang muncul di Lapangan Tahrir yang terbukti adalah berlebihan, tokoh
“liberal” Mohammad el- Baradei yang sekarang bersembunyi di Wina dan
telah memenuhi perannya sebagai orang yang memungkinkan terjadinya
kudeta di hadapan Barat, kesalahan dari pemerintah teknokratis netral
pimpinan Hazem el-Beblawi (yang lebih peduli untuk memerangi “terorisme”
daripada membangun kembali ekonomi) dan ide bahwa Tamarod adalah
gerakan populis (yang sekarang terungkap sebagai kelompok fasis Nasseris
yang berperan untuk menggaungkan dan memperkuat setiap kata dari
rezim).
Klaim bahwa para pendukung kudeta tidak hanya merupakan anti-Islam
juga telah terbukti salah setelah partai salafi al-Nur diungkap sebagai
kelompok “idiot yang berguna” dan setelahnya mengakui bahwa semua
fasilitator dan pemodal kudeta mulai dari pengusaha Naguib Sawaris
hingga rezim negara-negara Teluk dan Arab Saudi secara terbuka bersikap
agresif terhadap “Islam politik.” Selain antara lain juga dukungan
terbuka dari mantan Perdana Menteri Tony Blair, pemerintah Israel saat
ini dan lobi Israel di Washington.
Sistem lama tetap tidak tersentuh oleh pemberontakan tahun 2011,
dimana kelompok oposisi kembali ke balik jeruji besi dengan dikenakan
banyak tuduhan, ribuan orang tewas, dipenjara, disiksa atau diburu oleh
pihak berwenang. Sekarang, rezim mengklaim bahwa mereka sedang melakukan
“perang melawan teror” yakni melawan kelompok oposisi dalam negeri –
suatu retorika yang tidak baru, namun kembali ke era tahun 1990-an.
Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang Jenderal Mesir kepada Le Monde:
“Ada 90 juta orang Mesir dan hanya ada 3 juta (anggota) Ikhwanul
Muslimin. Kami butuh enam bulan untuk membubarkan mereka atau
memenjarakan semua anggotanya. Ini tidak masalah, karena kami sudah
melakukannya pada 1990-an… ”
Mesin propaganda bekerja dalam kecepatan penuh, dengan negara yang
tidak mempertanyakan lagi dan keadaan media swasta yang mengingatkan
pada era pra-2011. Suatu perang melawan “Kelompok Islam” telah
dideklarasikan, dan rezim diktator sekuler yang dipraktekkan oleh
Mubarak telah sepenuhnya kembali muncul dari bayang-bayang, dan merasa
dirinya cukup kuat untuk melepaskan diri dari tuntutan-tuntutan.
Meskipun ada sebagian orang yang cemas di Washington, ini bukanlah
hal yang buruk sejauh berkaitan dengan pemerintah Amerika. Mesir di era
Mubarak adalah salah satu mitra terdekat Amerika dalam “perang melawan
teror,” yang berkesinambungan yang memiliki hubungan intelijen yang erat
dan rezim Mesir menyediakan lokasi bagi para korban rendisi untuk
“diinterogasi” selain juga menyediakan “interogator” bagi negara lain.
Sementara pelepasan Mubarak yang terhambat akan sangat memalukan,
tidak seorang pun yang akan mendorong kembalinya panggung politik bagi
sang diktator yang sebelumnya terbuang, dan perlu dicatat bahwa pada
saat pemberontakan tahun 2011 mantan Wakil Presiden Dick Cheney menyebut
Mubarak sebagai seorang “teman baik”, Presiden Obama menyebutnya
sebagai “kekuatan penjaga stabilitas dan orang yang baik “dan Senator
John McCain secara terbuka meratapi penggulingannya. Apakah dia
dibebaskan dalam beberapa hari ke depan atau tidak, simbolisme tentang
pergolakan politik saat ini di Mesir terdengar jelas. Sementara Mubarak
jelas melewati masa hukumannya, Jenderal Sisi dukungan Amerika memiliki
model yang lebih baru dan lebih populer sebagai ujung tombak mereka di
Kairo.
Ketika Menlu AS John Kerry membiarkannya – penggulingan mantan
Presiden Muhammad Mursi dianggap sebagai sebuah langkah menuju
“pemulihan demokrasi.” Atau dengan kata lain, mengembalikan rezim yang
tidak hanya akan setuju untuk melindungi kepentingan-kepentingan Amerika
seperti Perjanjian Camp David, tetapi juga akan bekerja keras untuk
membatasi ruang bagi aktivisme Islam politik di kalangan masyarakat
Mesir, sesuatu yang tentu saja tidak mau dilakukan oleh pemerintah
Mursi. Dan, sementara darah mengalir dan mengisi penjara-penjara di
Mesir, kita akan sangat sedikit mendengar selain kecaman kosong dan
suara bergumam dari “Barat,” yang mirip dengan protes yang kosong
terhadap rezim Suriah Bashar al-Assad – sekutu mereka yang lain dalam
“perang melawan teror.”
Sementara pembunuhan terhadap kaum Muslim dalam jumlah besar dan cara
terbuka dan berani baik di Mesir maupun Suriah mungkin terlalu
memalukan bagi pemerintah Amerika untuk mempertahankan hubungan terbuka
yang ramah sementara kerusuhan terus terjadi, yang kebijakan untuk
membunuh kaum “teroris” menjadi tindakan bersama, baik secara diam-diam
dan jauh dari kamera oleh serangan pesawat tak berawak di Pakistan dan
Yaman maupun secara kasar yang dilakukan dari balik mobil polisi. [Reza Pankhurst]
[rz/khilafah.com, 21/8/2013]
Posting Komentar untuk "Mesir Dan Bukti Kebohongan Rezim"