Tragedi Mesir, Menolak Jalan Demokrasi

Pembantaian rezim militer Mesir terhadap umat Islam seharusnya membuat kita mengokohkan hati dan pikiran untuk menolak penjajahan Barat yang dipimpin Amerika di Dunia Islam. Sebab, semua tindakan militer Mesir selalu di bawah restu Amerika Serikat.
 
Pembantaian rezim militer Mesir ini memang sungguh sangat mengerikan. Lebih dari 2000 terbunuh. Tangisan Muslimah  dan anak-anak yang harus dilindungi oleh seorang laki-laki Muslim, tidak membuat nurani mereka bergetar untuk mencegah pembunuhan.

Ayat-ayat al-Quran yang  dibacakan para demonstran, al-Quran yang dipegang oleh demonstran, tidak lagi menghentikan nafsu militer untuk membunuh saudara Muslimnya sendiri. Tentara keji dukungan Amerika ini tidak lagi melihat masjid sebagai tempat suci umat Islam. Mereka masuk ke dalam, mengotori masjid dengan sepatu mereka, mengejar para demonstran dan membakar masjid.

Sebagian besar korban terbunuh akibat tembakan peluru. Sebagian mayat bahkan hangus terbakar. Aksi brutal ini lagi-lagi membuktikan militer Mesir telah menjadi mesin pembantai rakyat Mesir yang seharus mereka lindungi.

Secara resmi AS telah mengecam aksi itu,. Namun sesungguhnya, tindakan militer Mesir ini tidaklah lepas dari restu AS. AS memang senantiasa mendukung militer Mesir sejak era Gamal Abdul Nasir, Anwar Sadat dan Husni Mubarak. Keceman Amerika pun hanya basa-basi. Meski mengecam, Amerika masih mempertimbangkan apakah tetap untuk  mempertahankan bantuannya ke Mesir.

Selama lebih dari 30 tahun, AS terus menyalurkan bantuan militer ke Mesir. Bantuan ini merupakan bantuan AS kedua terbesar setelah ke Israel, termasuk bantuan mesin perang dan jet-jet tempur F-16.

Ada pula 500 pejabat militer Mesir yang menempuh pascasarjana militer di Amerika setiap tahun. Bahkan Jenderal al-Sisi, pria yang memimpin militer dan menggulingkan Mursi, adalah alumni US Army War College di Pennsylvania.

Kita juga wajib mengutuk sikap hipokrit negara-ngera Barat, khususnya AS. Di satu sisi mereka selalu menyerukan demokrasi. Di sisi lain mereka mendukung tindakan militer Mesir yang menggulingkan Presiden Mursi yang telah dipilih secara demokratis. Di satu sisi mereka selalu menyerukan penghormatan terhadap HAM. Di sisi lain mereka cenderung membiarkan bahkan mendukung tindakan brutal militer Mesir yang membantai ribuan rakyat Mesir.

Pembantaian ini juga menegaskan kepada kita pengkhianatan kelompok-kelompok liberal sekular, gereja koptik dan  sebagian ulama al-Azhar yang menjadi ulama bayaran penguasa bengis. Mereka berkerjasama dengan militer untuk membunuh umat Islam.  Mereka ini adalah para komprador penjajah Barat untuk menghancurkan umat Islam. Slogan-slogan perang melawan terorisme dan ekstremisme yang mereka usung tidak lain merupakan legitimasi bagi pembunuhan terhadap umat Islam.

Pembunuhan ini adalah sebuah kejahatan yang nyata. Insya Allah, sebelum dihisab Allah SWT di akhirat, dengan tegaknya Khilafah mereka akan dihukum dengan sekeras-kerasnya. Mereka harus bertanggung jawab terhadap pembunuhan yang mereka  lakukan terhadap umat Islam yang mulia ini.

Di sisi Allah SWT, membunuh seorang Mukmin dengan sengaja maka balasannya adalah neraka Jahanam (QS an-Nisa’ [4]: 93).

Sikap para penguasa Arab yang mendukung rezim pembantai militer Mesir semakin memperjelas  pengkhianatan mereka terhadap umat. Para pelayan penjajah Barat ini pun menggunakan bahasa yang sama dengan tuan besar mereka, menuduh umat Islam teroris, pengobar kebencian dan penghasut.

Alih-alih bersimpati dengan ribuan korban pembantaian, Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdul Aziz malah mendukung pemerintahan  Mesir dalam perang “melawan terorisme.” Dia juga mengatakan stabilitas Mesir sedang ditargetkan oleh para “pembenci.” Dia memperingatkan bahwa siapa pun yang mencampuri urusan dalam negeri Mesir adalah “penghasut.” Hal yang sama ditunjukkan Pemerintahan Raja  Yordania dan Emir Uni Emirat Arab. Mereka  juga memuji dukungan Raja Abdullah untuk pemerintah Mesir yang dibentuk militer.

Pengkhianatan para penguasa Arab ini akan mempercepat kejatuhan mereka. Inilah yang dikabarkan oleh Rasulullah saw. tentang keberadan para penguasa diktator (mulkan jabriyah). Kekuasaan mereka ini akan dicabut oleh Allah SWT. Allah SWT pasti menghinakan mereka dan mengganti mereka dengan para khalifah yang akan menerapkan Khilafah ‘ala Minhaj an-Nubuwah.

Pembantaian yang dilakukan militer Mesir ini, sudah seharusnya juga menyatukan hati dan pikiran kita untuk menolak sistem demokrasi yang ditawarkan oleh Barat. Sistem demokrasi merupakan sistem kufur yang hanya akan mengokohkan penjajahan Barat. Jalan demokrasi pun tidak bisa dipercaya untuk menghantarkan keberhasilan untuk menegakkan syariah Islam.

Umat Islam harus menolak cara-cara yang ditentukan oleh Barat, termasuk jalan demokrasi, yang pada faktanya hanya untuk kepentingan mereka. Ketika melalui jalan itu, kekuatan politik Islam naik ke tampuk kekuasaan, mereka akan menghentikannya, seperti yang terjadi pada FIS di Aljazair atau Refah di Turki, dan kini di Mesir. Jelas sekali, jalan demokrasi penuh dengan kebohongan dan kebusukan.

AS dan Barat akan melakukan apapun terhadap siapapun yang mengancam kepentingan politiknya atau bertentangan dengan kepentingan penjajahannya pihak itu meskipun terpilih secara demokratis.

Saatnya kita bersama, berjuang dengan sungguh-sungguh bagi tegaknya kembali syariah dan Khilafah. Hanya inilah yang akan mengembalikan kejayaan Islam. Perjuangan itu dilakukan hanya melalui jalan atau metode yang telah ditunjukkan oleh Baginda Rasulullah saw. Itulah jalan dakwah yang tidak berkompromi dengan sistem kufur meskipun sedikit, yang dengan tegas menyerukan hanya Islam, bukan yang lain.

Mengikuti thariqah Rasulullah saw., kita harus membangun kesadaran umat untuk mendukung  Khilafah yang akan menegakkan syariah Islam secara totalitas. Kita juga berdakwah untuk mendapatkan dukungan dari ahlul quwwah, termasuk militer. Militer harus disadarkan dengan dakwah, bahwa mereka adalah hamba Allah, bagian dari umat Islam. Loyalitas mereka haruslah semata-mata kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, bukan kepada Amerika dan sekutunya. Kekuatan yang mereka miliki bukanlah untuk membantai umat Islam sendiri, tetapi melindungi umat. Kekuatan mereka bukan untuk mengokohkan sistem kufur yang menyengsarakan umat, tetapi untuk melindungi dan mengokohkan penerapan syariah Islam.   Hanya dengan berpegang teguh pada Islamlah mereka menjadi mulia.

‘Ala kullihal, pembantaian umat Islam di Mesir bukanlah kemenangan Amerika Serikat dan para antek sekular-liberalnya. Pembantaian ini justru akan menjerumuskan mereka lebih mendalam lagi ke dalam jurang kekalahan. Sebab, umat semakin tidak percaya kepada mereka dan sistem demokrasinya yang busuk yang mereka tawarkan. Insya Allah, umat akan semakin bersatu memperjuangkan tegaknya Khilafah Islam.

HasbunalLah wa ni’mal wakil, ni’mal mawla wa ni’mal nashir, wa la hawla wala quwwata ilLa billah. [Farid Wadjdi]

Posting Komentar untuk "Tragedi Mesir, Menolak Jalan Demokrasi"