Lobi Toilet dan Penguasa Ruwaibidhoh

Kembali DPR terkena kasus tidak sedap. Kali ini tentang dugaan praktik suap dalam fit and proper test calon hakim agung di komisi III DPR. Meski masih dalam penyelidikan, geger ‘lobi toilet’ ini kembali mencoreng lembaga tertinggi dalam sistem demokrasi di Indonesia.
 
Praktik suap menyuap atau pencaloan ini terungkap ketika calon hakim agung Sudrajat Dimyati terlihat oleh wartawan menyerahkan sesuatu yang mirip amplop kepada Bahrudin di toilet DPR.

Meskipun keduanya membantah, namun dugaan praktik penyuapan ini bukanlah yang pertama kali. KPK pernah menyeret sejumlah anggota DPR dalam kasus cek pelawat pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Gultom ke penjara. Sang sosialita , Miranda sendiri juga dijebloskan dalam penjara.
Berdasarkan pengakuan Imam Ansyori Saleh, Wakil Ketua Komisi Yudisial, saat fit and profer test calon hakim agung pada tahun 2012, terjadi upaya menyuap tujuh anggota komisioner Komite Yudisial. Tidak tanggung-tanggung tiap orang disuap 200 juta. Tujuannya, apalagi kalau bukan untuk menggolkan calon tertentu.

Waduh, bisa kita bayangkan apa yang terjadi kalau hakim agung ternyata terpilih dari proses ‘haram’ suap menyuap. Padahal namanya saja hakim agung, yang posisinya tentu paling tinggi dan diharapkan memberikan keadilan yang paling tinggi pula kepada rakyat.

Siapapun yang biasa menyuap, tentu gampang pula disuap, atau paling tidak menganggap menerima suap adalah hal biasa. Bisa hampir dipastikan hakim agung seperti ini akan melacurkan dirinya untuk para pemilik modal yang berani menyuap. Tidak peduli kebijakan itu bertentangan dengan agama atau menyengsarkan rakyat.

‘Lobi Toilet’ yang mencoreng wajah DPR ini kembali melengkapi gelar-gelar buruk lembaga demokrasi ini. Sebelumny dari beberapa hasil survey , DPR dianggap merupakan lembaga yang terkorup.   KPK sendiri mendaulat DPR termasuk lembaga terkorup. Hasil survei terbaru Indonesia Network Election Survey (Ines) mempublis masyarakat anggap 89,3 persen anggota DPR RI tukang bohong dan tidak jujur.

Pertanyaannya kepada kita, masihkah kita percaya lembaga tempat maraknya percaloan dan suap menyuap ini, bahkan mendapat gelar lembaga dengan gelar terkorup dan tukang bohong ditambah tidak jujur, akan melahirkan hukum atau kebijakan untuk kebaikan rakyat ?

Berulang-ulang kita menegaskan pangkal dari korupsi ini adalah sistem demokrasi itu sendiri. Demokrasi yang memberikan hak membuat hukum kepada manusia yang diwakili oleh mereka yang mengklaim wakil rakyat.

Sementara yang paling berpengaruh pada manusia adalah uang . Apalagi dalam zaman dimana uang atau materi dianggap sebagai panglima kehidupan bahkan dewa yang disembah.

Ditambah lagi dengan demokrasi mahal, para pelaku demokrasi, harus mengembalikan modal politiknya atau untuk mempertahankan kedudukan politiknya. Saat itulah praktik suap menyuap, percalaon, menjadi tumbuh subur.

Berbeda dengan sistem politik Islam dimana kedaulatan  ada ditangan Allah SWT. Hukum pun menjadi jelas hanya bersumber dari Al  Quran dan As Sunnah. Tidak perlu biaya yang mahal untuk membuat hukum, lewat lobi-lobi yang bertele-tele di hotel mewah pula. Hal ini akan mempersempit ruang untuk praktik suap menyuap.

Tidak pernah henti, kita kembali menyerukan umat untuk meninggalkan sistem demokrasi ini. Sistem yang yang menjadi habitat bahkan melahirkan penguasa-penguasa ruwaibidhoh. Penguasa bodoh yang bicara tentang urusan umat.  Penguasa seperti inilah yang diingatkan Rosulullah SAW kepada kita.

“Akan datang kepada kalian masa yang penuh dengan tipudaya; ketika orang-orang akan mempercayai kebohongan dan mendustakan kebenaran. Mereka mempercayai para pengkhianat dan tidak mempercayai para pembawa kebenaran. Pada masa itu, ruwaibidhah akan berbicara.” Mereka bertanya, “Apakah itu ruwaibidhah?” Rasulullah berkata, “Ruwaibidhah adalah orang-orang bodoh (yang berbicara) tentang urusan umat.” (HR Ibnu Majalah dari Abu Hurairah ra.).

Mereka penguasa bodoh karena lebih memilih mengabdi kepada penjajah dibanding untuk melayani rakyat.  Mereka penguasa bodoh, karena membiarkan penjajah merampok dan merampas kekayaan alam negeri ini, tanpa perduli rakyat harus hidup menderita dan dijerat kemiskinan.

Mereka penguasa bodoh, karena tidak mau menerapkan syariah Islam yang merupakan sistem yang sempurna. Mereka justru lebih memilih sistem kufur kapitalisme yang membawa derita. Mereka penguasa bodoh, karena lebih takut kepada tuan-tuan mereka dari negara imperialis, dibanding takut kepada Allah SWT. [Farid Wadjdi]

Posting Komentar untuk "Lobi Toilet dan Penguasa Ruwaibidhoh"