[Wawancara] Jubir HTI: “Persoalannya bukan pada Konflik, Tapi pada Penting Tidaknya Ideologi Diganti”

Dengan judul: “Mahfud MD: Mengganti Ideologi hanya akan Munculkan Konflik”, Harian Pelita, Selasa (1/10) menulis sudut pemberitaan (angle) sebagai berikut: “Mengganti ideologi negara menjadi sistem khilafah, hanya memunculkan konflik baru. Sebab khilafah tersebut, merupakan produk sahabat Rasul sepeninggalnya Rasul wafat. Artinya, sebuah ijtihad para sahabat, dalam menyelesaikan krisis kepemimpinan pasca Rasul wafat di tanah Arab waktu itu.”
 
Meski dalam pemberitaan tersebut tidak menyebut nama Hizbut Tahrir, namun tentulah wacana “konflik” yang dilontarkan Ketua Presidium Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI)di sela-sela pelantikan Pengurus Majelis Wilayah KAHMI Jawa Barat di Purwakarta Ahad (29/9) malam tersebut terkait erat dengan aktivitas dakwah Hizbut Tahrir. 

Karena secara faktual Indonesia menerapkan sekularisme sebagai ideologi dan demokrasi sebagai sistem pemerintahannya. Sedangkan Hizbut Tahrir hadir mengingatkan penduduk yang mayoritas Muslim ini untuk mengganti sekularisme dengan  Islam dan demokrasi dengan khilafah. 

Untuk menanggapi masalah itu, maka  wartawan mediaumat.com Joko Prasetyo mewawancarai Jubir Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto. Berikut petikannya.

Benarkah pergantian ideologi akan menimbulkan konflik?

Tidak selalu. Ya memang bukan hanya pergantian ideologi saja, pergantian rezim juga kadang-kadang menimbulkan konflik, tapi kan tidak selalu.

Dulu Rasulullah SAW merubah masyarakat jahiliah menjadi masyarakat Islam. Itu pergantian segala hal, bukan hanya ideologi. Ada pergantian sistem, budaya, dan lainnya, tetapi kan tidak ada konflik. Sehingga pergantian itu bisa berlangsung dengan damai.

Bahwa setelah itu ada perlawanan, penentangan, itu wajar. Di mana-mana juga seperti itu. hanya persoalannya adalah bukan pada konfliknya itu. tetapi apakah memang sebuah ideologi itu penting untuk diganti atau tidak.

Benarkah sistem pemerintahan khilafah merupakan produk sahabat Rasul dan ijtihad sahabat?

Begini, memang ada yang merupakan ketentuan dari Rasulullah SAW dan ada yang ijma sahabat.

Cara mengganti atau memilih itu ijma sahabat. Tetapi bahwa khilafah itu sistem pemerintahan Islam, itu dari Allah SWT dan Rasulullah SAW. Jadi kalau dikatakan bahwa itu hanya produk sahabat ya tidak tepat. Sebab kata “khilafah” itu kan dari lisan Rasul yang dicatat dalam banyak hadits.

Ideologi apa yang sebenarnya yang dipraktikan di Indonesia?

Memang orang menyebut ini ideologi Pancasila. Tetapi di dalam kenyataannya Pancasila hanya seperangkat gagasan-gagasan filsafat yang tidak ada sistem aplikasinya, sehingga dalam prakteknya dia membutuhkan ideologi lain, yaitu ideologi sekuler. Baik itu sosialisme di era Orde Lama, kapitalisme di era Orde Baru dan liberalisme di era Reformasi sekarang ini.

Ideologi apa yang ingin diubah oleh Hizbut Tahrir?

Hizbut Tahrir itu ingin menegakkan sistem Islam. dan ketika berupaya menegakkan sistem Islam, Hizbut Tahrir berhadapan dengan sistem sekuler. Jadi yang ingin diubah Hizbut Tahrir itu adalah sesuatu yang ditegakkan di atas sekularisme yang berlaku di negeri ini menjadi sesuatu yang berlaku berdasarkan Islam.

Mengapa Hizbut Tahrir ingin mengubah sekularisme itu menjadi Islam?

Pertama, secara faktual sekularisme telah gagal memenuhi harapan masyarakat dalam mewujudkan cita-cita yang dijanjikan yakni masyarakat adil, makmur. Begitu juga masyarakat yang berbudaya, bermoral, semakin jauh dari kenyataan.

Kedua, ini prinsip yang sangat penting. Sistem apa pun namanya, sepanjang sistem itu mengabaikan ketentuan syariah Islam, itu pasti akan berdampak buruk. Maka bila kita memang ingin mewujudkan cita-cita di atas, tidak bisa tidak kita harus menegakkan sistem dari Allah Sang Maha Pencipta yakni syariah Islam.

Bagaimana Hizbut Tahrir berjuang mewujudkan cita-citanya itu?

Ya dakwah dengan mengikuti metode Rasulullah SAW. Pertama, memahamkan umat dengan akidah dan syariah Islam serta berbagai sistem aturan kehidupan yang terpancar dari akidah dan syariah Islam tersebut. Kedua, melakukan thalabun nushrah, kepada orang-orang yang memiliki kekuatan riil di tengah-tengah masyarakat.

Dengan demikian mereka paham, dan akan mendukung perubahan itu.

Bisakan dipastikan upaya yang dilakukan Hizbut Tahrir ini tidak menimbulkan konflik?

Ya tentu saja kita tidak bisa memastikan. Karena konflik itu kan terjadi bisa karena reaksi yang tidak rasional dari mereka yang tidak suka kepada Islam. Sama halnya dengan Rasulullah SAW. Kurang baik apa Rasulullah SAW? Tetapi saja ada yang benci.

Jadi persoalannya itu, konflik bukan muncul dari perubahannya itu sendiri, tetapi dari sikap orang-orang yang tidak suka pada perubahan, meskipun perubahan itu menuju kepada yang lebih baik. [MU/Visimuslim.Com, 2/10/2013]

Posting Komentar untuk "[Wawancara] Jubir HTI: “Persoalannya bukan pada Konflik, Tapi pada Penting Tidaknya Ideologi Diganti”"