3 Orientasi Kesuksesan
Ilustrasi |
Coba kita tanyakan pada seorang anak kecil; seperti apa sih orang sukses
itu? Jawabannya kemungkinan besar adalah orang yang punya mobil banyak
dan bagus-bagus, rumahnya bagus, uangnya banyak dan kalau memberi
pastinya banyak.
Itu bukan hanya gambaran sukses dalam benak anak kecil, orang dewasa juga umumnya berpandangan sama. Mendengar kata sukses maka deskripsi seperti itulah yang terbayang. Memang tidak salah. Itu amat manusiawi. Allah SWT. juga menyebutkan dalam QS. Ali Imran ayat ke-14 bahwa manusia itu punya kecenderungan terhadap famili yang baik, deposit kekayaan, hewan ternak (termasuk usaha), dsb. Jadi bila kita punya hasrat ke arah sana maka sah saja. Lagipula Allah memang menciptakan dunia dan semua keindahannya untuk manusia.
Bila kita telusuri ada 3 orientasi kesuksesan bagi manusia: pertama, kesuksesan finansial. Kedua, kesuksesan sosial. Ketiga, kesuksesan spiritual.
Orientasi sukses paling umum bagi manusia adalah secara finansial. Itu paling gampang dilihat dan dideskripsikan. Orang sekarang menyebutnya kebebasan finansial. Mau beli apapun bisa, makan apa saja dan dimana saja oke, mau beli baju merk apapun dari butik manapun bisa, rumah tinggal dan kendaraan juga nyaman dan mentereng. Hidup pun makin fun karena bebas hutang, karena banyak orang nampak glamor penampilannya tapi setiap bulan dikejar deretan cicilan.
Orientasi sukses kedua adalah secara sosial. Banyak orang begitu berharap eksistensinya diakui oleh orang lain. Secara naluriah manusia ingin dipuji, dihormati dan dicintai. Tidak sedikit orang mau mengeluarkan biaya besar untuk mendapatkan itu yaitu melalui pencitraan. Media massa dibayar untuk membuat opini baik tentangnya agar ia dicintai, dihormati dan dibela. Akan tetapi kesuksesan sosial seperti iti tidak akan bertahan lama karena tidak natural. Penuh rekayasa.
Kesuksesan sosial yang natural didapat karena amal yang dikerjakan penuh ketulusan. Membangun mesjid dengan ikhlas, memberi bantuan kepada yang membutuhkan tanpa embel-embel promo supaya dipilih menjadi caleg, menyebarkan ilmu kepada banyak orang tanpa ingin disebut-sebut, dll. Tidak sedikit orang yang mau berpayah-payah melakukan aksi sosial tapi tak berharap imbalan materi. Mereka ingin mencicipi kesuksesan sosial.
Bentuk kesuksesan yang lain adalah kesuksesan spiritual. Tidak banyak orang yang tahu dan mau meraihnya. Sebabnya ia tak tampak di depan mata orang lain, juga tak terasa materinya. Maka tak banyak orang yang tahu dan mau. Padahal kesuksesan ini ada.
Kelompok orang yang bisa mendeteksi dan berebut ingin meraihnya adalah orang-orang beriman. Merekalah yang sadar bahwa sukses terbesar dalam hidup bukanlah materi, pujian dan kecintaan orang, tapi MARDLOTILLAH!
Orang yang berjuang untuk mendapatkan kesuksesan jenis ini akan memiliki daya juang dan daya tahan yang lebih keras ketimbang dua golongan sebelumnya. Orang yang ingin mencicipi kesuksesan materi akan berhenti berjuang manakala ia tahu deposito kekayaannya tak akan bertambah. Bukankah kita sering mendengar atau mungkin mengalami penolakan dai-dai kondang karena bayarannya kecil? Kita bisa melihat apa sebenarnya orientasi kesuksesan pada mereka.
Ada juga orang menghentikan perjuangan ketika sadar ia hanya sedikit mendapat tepuk tangan dari orang lain. Namanya tidak menjadi buah bibir banyak orang. Ada juga trainer atau dai yang menolak mengisi kajian kalau jumlah audiensnya sedikit atau di tengah kampung. Di sini kita juga bisa melihat apa sebenarnya orientasi kesuksesan baginya.
Karenanya orang yang memiliki orientasi sukses spiritual adalah kelompok orang yang paling tangguh dan tahan banting. Mereka tak peduli tepuk tangan orang ataupun deposit kekayaan. Mereka malah ingin menebus mardlotillah dengan harta dan status sosial yang mereka punya. Dalam sejarah kita bisa membaca orang-orang hebat seperti Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Ia tebus akhirat dengan hartanya baik untuk membebaskan mukmin yang masih menjadi budak, atau untuk bersedekah yang tak ada orang lain yang bisa mengalahkannya, juga mendampingi Rasulullah saw. Berhijrah dengan membawa semua hartanya. Di Perang Badar pun ia pun siap berduel sampai mati melawan anaknya yang masih musyrik.
Para pembaca budiman, jika kita ingin menjadi orang yang memiliki enduro luar biasa, maka milikilah orientasi kesuksesan yang terakhir ini. Kita akan menjadi insan yang tak kenal lelah seolah punya enerji yang unlimited. Semoga Allah meluruskan setiap amal kita dan membalasnya dengan ridloNya di akhirat kelak. [Iwan Januar]
Itu bukan hanya gambaran sukses dalam benak anak kecil, orang dewasa juga umumnya berpandangan sama. Mendengar kata sukses maka deskripsi seperti itulah yang terbayang. Memang tidak salah. Itu amat manusiawi. Allah SWT. juga menyebutkan dalam QS. Ali Imran ayat ke-14 bahwa manusia itu punya kecenderungan terhadap famili yang baik, deposit kekayaan, hewan ternak (termasuk usaha), dsb. Jadi bila kita punya hasrat ke arah sana maka sah saja. Lagipula Allah memang menciptakan dunia dan semua keindahannya untuk manusia.
Bila kita telusuri ada 3 orientasi kesuksesan bagi manusia: pertama, kesuksesan finansial. Kedua, kesuksesan sosial. Ketiga, kesuksesan spiritual.
Orientasi sukses paling umum bagi manusia adalah secara finansial. Itu paling gampang dilihat dan dideskripsikan. Orang sekarang menyebutnya kebebasan finansial. Mau beli apapun bisa, makan apa saja dan dimana saja oke, mau beli baju merk apapun dari butik manapun bisa, rumah tinggal dan kendaraan juga nyaman dan mentereng. Hidup pun makin fun karena bebas hutang, karena banyak orang nampak glamor penampilannya tapi setiap bulan dikejar deretan cicilan.
Orientasi sukses kedua adalah secara sosial. Banyak orang begitu berharap eksistensinya diakui oleh orang lain. Secara naluriah manusia ingin dipuji, dihormati dan dicintai. Tidak sedikit orang mau mengeluarkan biaya besar untuk mendapatkan itu yaitu melalui pencitraan. Media massa dibayar untuk membuat opini baik tentangnya agar ia dicintai, dihormati dan dibela. Akan tetapi kesuksesan sosial seperti iti tidak akan bertahan lama karena tidak natural. Penuh rekayasa.
Kesuksesan sosial yang natural didapat karena amal yang dikerjakan penuh ketulusan. Membangun mesjid dengan ikhlas, memberi bantuan kepada yang membutuhkan tanpa embel-embel promo supaya dipilih menjadi caleg, menyebarkan ilmu kepada banyak orang tanpa ingin disebut-sebut, dll. Tidak sedikit orang yang mau berpayah-payah melakukan aksi sosial tapi tak berharap imbalan materi. Mereka ingin mencicipi kesuksesan sosial.
Bentuk kesuksesan yang lain adalah kesuksesan spiritual. Tidak banyak orang yang tahu dan mau meraihnya. Sebabnya ia tak tampak di depan mata orang lain, juga tak terasa materinya. Maka tak banyak orang yang tahu dan mau. Padahal kesuksesan ini ada.
Kelompok orang yang bisa mendeteksi dan berebut ingin meraihnya adalah orang-orang beriman. Merekalah yang sadar bahwa sukses terbesar dalam hidup bukanlah materi, pujian dan kecintaan orang, tapi MARDLOTILLAH!
Orang yang berjuang untuk mendapatkan kesuksesan jenis ini akan memiliki daya juang dan daya tahan yang lebih keras ketimbang dua golongan sebelumnya. Orang yang ingin mencicipi kesuksesan materi akan berhenti berjuang manakala ia tahu deposito kekayaannya tak akan bertambah. Bukankah kita sering mendengar atau mungkin mengalami penolakan dai-dai kondang karena bayarannya kecil? Kita bisa melihat apa sebenarnya orientasi kesuksesan pada mereka.
Ada juga orang menghentikan perjuangan ketika sadar ia hanya sedikit mendapat tepuk tangan dari orang lain. Namanya tidak menjadi buah bibir banyak orang. Ada juga trainer atau dai yang menolak mengisi kajian kalau jumlah audiensnya sedikit atau di tengah kampung. Di sini kita juga bisa melihat apa sebenarnya orientasi kesuksesan baginya.
Karenanya orang yang memiliki orientasi sukses spiritual adalah kelompok orang yang paling tangguh dan tahan banting. Mereka tak peduli tepuk tangan orang ataupun deposit kekayaan. Mereka malah ingin menebus mardlotillah dengan harta dan status sosial yang mereka punya. Dalam sejarah kita bisa membaca orang-orang hebat seperti Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Ia tebus akhirat dengan hartanya baik untuk membebaskan mukmin yang masih menjadi budak, atau untuk bersedekah yang tak ada orang lain yang bisa mengalahkannya, juga mendampingi Rasulullah saw. Berhijrah dengan membawa semua hartanya. Di Perang Badar pun ia pun siap berduel sampai mati melawan anaknya yang masih musyrik.
Para pembaca budiman, jika kita ingin menjadi orang yang memiliki enduro luar biasa, maka milikilah orientasi kesuksesan yang terakhir ini. Kita akan menjadi insan yang tak kenal lelah seolah punya enerji yang unlimited. Semoga Allah meluruskan setiap amal kita dan membalasnya dengan ridloNya di akhirat kelak. [Iwan Januar]
Posting Komentar untuk "3 Orientasi Kesuksesan"