Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menajamkan Empati

Empati, menurut Daniel Goleman, yang menulis buku Kecerdasan Emosional, adalah kemampuan memahami dan turut merasakan perasaan orang lain. Empati itu hakikatnya adalah perwujudan kasih sayang sesama manusia. Dengan demikian, empati tidak saja baik untuk ukuran manusia, tetapi juga dipandang baik oleh agama.

Ketika Daniel Goleman baru membicarakan tentang pentingnya empati di abad ini, kaum Muslimin, sebenarnya sudah mengetahuinya sejak 15 abad yang lalu. Rasulullah SAW bersabda, ''Hak (kewajiban) seorang Muslim atas seorang Muslim yang lain ada lima, yaitu: menjawab salam, mendoakan orang yang bersin, memenuhi undangan, mengunjungi yang sakit, dan mengiringi jenazah.'' (HR Bukhari). Bahkan, dalam salah satu ayat Alquran, Allah SWT menyebutkan bahwa di antara karakter yang menjadi ciri khas kaum Muslimin adalah membagi kasih sayang terhadap sesama (QS Al-Fath:29).

Begitu pentingnya empati ini, sehingga ketika menjalankan ibadah mahdhah (yang berhubungan langsung dengan Allah), Allah masih memerintahkan agar tetap memperhatikan perasaan orang lain. Rasulullah SAW adalah orang yang terkenal memiliki empati yang begitu tinggi. Kalau beliau sedang menjadi imam shalat, beliau memendekkan bacaannya saat mendengar tangisan anak kecil yang merengek pada ibunya, atau ketika beliau tahu bahwa dalam jamaah shalat terdapat orang-orang tua.

Sikap yang demikian tidak hanya untuk beliau, tetapi juga harus dimiliki oleh setiap umatnya. Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, ''Apabila salah seorang di antara kalian menjadi imam shalat, maka pendekkanlah bacaannya. Sebab, di antara mereka itu ada orang-orang yang lemah, sedang sakit, dan tua. Namun, apabila ia shalat sendirian, maka perpanjanglah sesukanya.'' (HR Jamaah).

Ilustrasi [Credit Picture : DepokNews]
Sayang, meski pendidikan tentang pentingnya empati telah lama dikenal, kita belum bisa menjalankan sepenuhnya. Buktinya, masih banyak di sekitar kita orang yang menderita kelaparan, balita kekurangan gizi, busung lapar, dan berbagai penderitaan lain yang biasa menyelimuti orang-orang miskin. Lebih menyedihkan lagi, sampai saat ini masih banyak kebijakan penguasa yang kurang memihak rakyat kecil. Padahal, sikap demikian inilah yang mendatangkan bencana bagi kita semua. Jika kita tajam dalam berempati, hal seperti itu tidak semestinya terjadi.

Rasulullah SAW bersabda, ''Jika orang-orang tidak lagi mempedulikan orang miskin, memamerkan kekayaannya, bertingkah seperti anjing (menjilat atasan, menendang bawahan), dan hanya mengeruk keuntungan, maka Allah mendatangkan empat perkara: paceklik, kezaliman penguasa, pengkhianatan penegak hukum, dan tekanan dari pihak musuh.'' (HR Ad-Dailami).

Untuk itu, belajarlah berempati. Sehingga, bukan hanya kasih sayang sesama yang dirasakan, tapi juga kasih sayang Allah. Rasulullah SAW memastikannya lewat sabda beliau, ''Orang-orang yang menyayangi sesamanya akan disayangi Allah.'' (HR Ahmad). Betapa nikmatnya jika kita termasuk golongan manusia yang disayangi Allah SWT. [Ust. Muhammad Bajuri]

Posting Komentar untuk "Menajamkan Empati"

close