Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perubahan Dari Bilik Suara Hanya Ilusi

DISTORSI MJ STMIK Dipanegara
Makassar, VisiMuslim.Com - Setelah Bumi Pertiwi dihebohkan dengan berita RUU Pilkada pada pengujung September, banyak pihak beranggapan bahwa Demokrasi Indonesia telah mati, berbagai kecaman di lancarkan dari berbagai media sosial khususnya di republik twitter, orang beramai - ramai menggunakan hashtag #RIPDemokrasi dan #ShameOnYouSBY sebagai bukti kekecewaannya terhadap kebijakan pemerintah saat ini.

Pada bulan yang sama. Tepatnya di hari Selasa (30/09/14), Mahasiswa yang tergabung dalam UKM LDK Majelis Jihad STMIK Dipanegara Makassar, kembali menggelar Diskusi Tokoh Revolusioner Mahasiswa #5 (DISTORSI) yang bertajuk “Perubahan Dari Bilik Suara Hanya Ilusi”. Acara yang berlangsung di pelataran Front Office STMIK Dipanegara tersebut menghadirkan empat panelis dari Kampus berbeda.

Bermula dari penjabaran tuan rumah yakni Khaerul Zaman Rauf. Tanpa berbasa – basi beliau menuturkan. “buah dari pemerintahan yang berkuasa di Indonesia hanyalah mengubah bentuk penjajahan fisik menjadi penjajahan gaya baru seperti pada bidang ekonomi, sistem yang di anut Indonesia memberikan peluang yang amat besar bagi para kapitalis untuk mengeksploitasi kekayaan alam negeri ini.” Kecamnya.

Senada dengan pemateri pertama. Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Islam Makassar ini mengungkapkan, “Sistem Demokrasi yang di pakai saat ini sudah jelas salah, Demokrasi hanya memberikan harapan palsu bagi rakyat Indonesia, contoh kecilnya adalah pekerjaan (Lapangan Kerja red) sangat sulit di dapatkan.” Terang Sahrul yang juga aktivis LK – ISME UIM.

Andi Cakra Makmur perwakilan dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menjelaskan, “Saya pikir terlalu cepat kita mengambil kesimpulan jika di katakan perubahan dari bilik suara hanya ilusi, karena tak ada seorangpun yang mampu meramalkan bagaimana kondisi kita kedepannya, kalaupun hari ini kita tidak percaya pada sistem demokrasi berarti kita harus mengganti ideologi, dengan melihat jumlah penduduk islam terbanyak di dunia, otomatis yang sangat potensial kita pakai adalah islam.” Tegasnya.

Tak ketinggalan, aktivis Kampus Merah Universitas Hasanuddin merangkumnya secara gamblang, “apakah telah terjadi perubahan mendasar di Indonesia? Apakah belum? Pemilu yang di adakan selama ini tidak lebih dari sekadar mencari pemimpin baru, dan tetap dengan sistem yang ada sebelumnya yaitu demokrasi.”

Ia melanjutkan. “ternyata kerusakan yang terjadi, tidak lain adalah akibat penerapan dari demokrasi, karena demokrasi membuka peluang ideologi apapun untuk masuk, dan sistem politik yang ada, membiarkan adanya intervensi asing. Contohnya, pada pemilihan Presiden tidak terlepas dari siapa orang di belakangnya (pemilik modal red), tentu hal itu akan berpengaruh pada kebijakan kedepannya. Jadi, ada semacam perselingkuhan antara penguasa dan pengusaha.”

Sebelum menutup argumennya beliau meneruskan, “jadi jangan heran jika pemerintah baru yang berupaya menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) karena ada intervensi asing, sebagai muslim tidak pantas mengadopsi demokrasi sebab bertentangan dengan akidah islam. Dalam islam yang berhak menentukan hukum adalah Allah, berbeda dengan demokrasi. Dengan mekanisme demokrasi maka yang haram bisa menjadi halal begitupun sebaliknya. Tambah Mu’min Nursalim (Ketua Umum LK-USWAH).

Perbincangan dalam Distorsi tersebut terbilang alot, hal itu terlihat dari antusiasme peserta yang ingin bertanya tak terpenuhi, berhubung waktu salat asar telah masuk, panitia penyelenggara menghentikan acara dan memberikan penjelasan bahwa diskusi tersebut bukanlah akhir dari segalanya.

Diskusi ilmiah seperti Distorsi adalah agenda rutin yang dilakukan Majelis Kajian Mahasiswa Dipanegara, kegiatan tersebut sebagai ajang edukasi kepada kalangan akademik sebab perguruan tinggi adalah lumbung bersemainya aktivis kampus.[arul batik/visimuslim.com]

Posting Komentar untuk "Perubahan Dari Bilik Suara Hanya Ilusi"

close