Harga BBM Subsidi Naik, Bisnis SPBU Asing Kian Menggurita
Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) telah memutuskan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp 3.000 per liter pada November 2014. Kenaikan harga itu akan mengecilkan selisih harga jual BBM subsidi dengan non subsidi.
Shell dan Total (SPBU Asing) |
Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Andy Noorsaman Sommeng berpendapat, hal ini akan membuka kesempatan luas kepada perusahaan swasta untuk berbisnis BBM di Indonesia. Kenaikan harga BBM bersubsidi akan membuat bisnis BBM yang dilakukan perusahaan asing akan semakin berkembang.
"Tapi kalau BBM non subsidi berkembang, ketersediaan BBMakan ada," kata Andy usai menghadiri rapat pimpinan di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (1/10/2014).
Tingginya disparitas harga antara BBM subsidi dengan non subsidi telah membuat operator stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) asing gulung tikar. Hal itu disebabkan produk yang dijualnya kurang diminati masyarakat karena lebih mahal dibanding BBM subsidi.
Menurut Andy, kenaikan harga BBM subsidi akan membuat perusahaan asing seperti PT Shell Indonesia dan PT Total Oil Indonesia semakin memperbanyak jumlah SPBU-nya.
"Swasta akan tumbuh, mereka akan menaikkan investasinya seperti Shell dan Total semakin banyak dibangun maka akan semakin baik," tuturnya.
Untuk menjual BBM di Indonesia, perusahaan asing tersebut harus izin pemerintah terlebih dahulu. Sedangkan BPH Migas akan mengatur harganya agar tidak terjadi kartel harga.
Andy juga menyambut baik keputusan Presiden terpilih Joko Widodo untuk menaikkan harga BBM bersubsidi Rp 3.000 per liter. Namun sarannya lebih baik Jokowi menaikkan Rp 4.000 per liter karena semakin dekat dengan harga non subsidi. [liputan6/visimuslim.com]
Posting Komentar untuk "Harga BBM Subsidi Naik, Bisnis SPBU Asing Kian Menggurita "