Barat Dibalik Tragedi-Tragedi
Sangatlah menipu membayangkan “penjajahan” berkedok pembudayaan dan modernisasi oleh negara-negara Eropa dan Amerika Serikat dengan mengandaikan dampak kerusakan yang terjadi seolah nol. Kita bisa menyimpan cadangan energi untuk berdebat soal perbedaan madzhab fiqih. Akan tetapi siapa yang mau meributkan soal Afghanistan dan Iraq dijajah Barat atau bukan? Dalam banyak argumentasi, masyarakat dunia menuduh AS dan Eropalah tersangkanya.
ilustrasi |
Ya, intelektual yang jujur percaya bahwa Kapitalis Raksasa AS dan Eropa dengan “New World Order” nya menjadi aktor yang paling bertanggung jawab terhadap bencana demografis terbesar dalam sejarah umat manusia. Istilah kerennya genocide alias pemusnahan manusia. Tanpa menyangkal malapetaka penyakit menular akibat imperialisme, perang, perbudakan dan eksportasi, seks bebas, perlindungan terhadap kartel narkoba, eksplioitasi tenaga buruh, bencana alam karena perusakan alam, kelaparan dan kekurangan pangan, hilangnya harapan untuk hidup dan bereproduksi, termasuk pembunuhan anak, bunuh diri dan aborsi sebagai faktor-faktor yang penting menjelaskan masyarakat lebih rentan terhadap penyakit.
oleh karena itu epidemi penyakit dan bencana alam menjadi tidak netral, diakibatkan imperialisme yang menjadi jembatan berjangkitnya penyakit-penyakit lama dan baru agar negara-negara berkembang dan miskin mengalah bahkan kepada penyakit-penyakit ringan sekalipun. Menunggu dengan sabar vaksin dari Barat. Kejahatan konspirasi dunia medis mengakar.
Kelakuan Rezim Boneka
Rejim negara-negara berkembang dan miskin telah dikendalikan, mengubah produsen di rumahnya sendiri menjadi buruh bayaran, mencabut hak-hak rakyat atas kepemilikan umum kekayaan alam yang melimpah ruah. Menata pikiran dan kemauan penduduk agar tunduk dalam genggaman peradaban Kapitalisme Sekuler, menempatkan orientasi kebijakan ekonomi mengejar tujuan destruktif dan kemandirian yang absurd.
Kekuasaan Barat mengarahkan rejim-rejim boneka yang bercokol di segenap penjuru untuk mengorganisir masyarakat dengan konsepsi, loyalitas kebangsaan semu, simbol-simbol dan falsafah-falsafah ala Eropa dan amerika Serikat. Dari waktu ke waktu, Kebijakan Rejim-rejim sekuler merespon logika kaum kapitalis tentang liberalisasi, kapitalisasi, eksploitasi segala lini, tak terkendali. Peran rakyat dipinggirkan, penguasa sibuk memenuhi tuntutan-tuntutan konstan pertarungan kaum kapitalis yang terkonsentrasi di negara-negara Barat. Amerika Serikat berhasil menghancurkan monopoli penjajahan Eropa, Eropa hendak mengambil kembali kekuasaannya, efeknya kehancuran dahsyat di negara-negara dunia ketiga.
Globalisasi, ACFTA, MEA sebagai alat penjajahan, berlanjut menjadi proses pengrusakan ekonomi, sosial, kultural, dan ekologis. Sekali lagi, rakyatlah korban pertama dari eksploitasi kaum kapitalis. Banyak sarana penjajahan mengalami perubahan bentuk tidak lebih dari 2 dasar soft power dan hard power. Manifestasi hard power terwakili oleh agresi militer ke Palestina, Vietnam, Iraq, Afghanistan, Bosnia dan Suriah. Manifestasi lainnya muncul penyiksaan, diskriminasi, rasisme, pembersihan etnis, eksploitasi, isolasi dan pemiskinan.
Identitas umat Islam dirusak, sebagian generasi intelektualnya mengidentifikasi dirinya menjadi bagian dari budaya dan berpemikiran AS dan Eropa yang sarat dengan budaya kekerasan, liar tanpa hukum, dimana humanitasnya sendiri mengalami krisis. Ironis. Gejolak-gejolak perlawanan dari masyarakat di negara-negara terjajah, terutama kaum muslim dari akar rumput segera dihambat dan dibasmi, protes dan kritik dianggap hama yang membahayakan kursi-kursi kekuasaan antek Barat. Rakyat bertahan di tengah-tengah rejim kapitalis, mencoba membangun kembali perlawanan terhadap imperialisme yang berubah-ubah strateginya dalam merespon kemarahan masyarakat muslim.
Kerusakan-kerusakan besar dunia merupakan refleksi spiritual dan keadaan moral dunia saat ini. Hukum-hukum Islam dicampakkan, hukum-hukum kapitalis diterap paksakan. Rakyat ingin damai tapi Barat menghambur-hamburkan serangan. Rejim sekuat-kuatnya mempertahankan demokrasi, tapi demokrasi tidak mampu bertahan terlalu lama. Saat ini sedang menunggu digulingkan oleh rakyat sendiri, terlanjur sadar akan cacat bawaan demokrasi.
Cahaya di Ufuk Timur
Barat dan antek-anteknya mahir memanipulasi sejarah dan fakta penjajahan dan ingin mengekalkannya, yang terjadi adalah kegagalan. Karena sebagian besar masyarakat muslim dunia terlanjur merapatkan barisan penentangan. Jika Barat mengumumkan bahwa akhir sejarah dunia adalah milik mereka, maka kaum muslim saat ini cenderung membayangkan awal sejarah yang baru, imajinasi yang berbeda secara frontal dengan impian Barat. Kesadaran untuk menjadikan Islam sebagai pondasi diri, keluarga, bermasyarakat dan bernegara menjadi penawar racun atas penjajahan Barat.
Kebangkitan umat Islam yang digerakkan gerakan Islam seperti Hizbut Tahrir yang bergerak tersebar di banyak negara, mengarahkan rasio masyarakat menuju pembebasan, meninggalkan para penindas yang terus menggerus mereka. Umat yang tertindas mulai mampu mengeluarkan pesan dan visi penyelamatan dunia secara komperehensif. Pada saat yang sama kaum kapitalis berkuasa dan berkata bahwa tidak ada masa depan Islam, dan musuh-musuh kapitalisme pasti runtuh, karena bagi kaum kapitalis bahwa kapitalisme adalah keniscayaan global. Argumentasi tersebut patah, Amerika Serikat dan Uni Eropa mengidap inflasi tingkat tinggi dan korosi luar biasa generasi penerusnya akibat liberalisme. Kejatuhan Barat di depan mata.
Di atas semuanya, pertunjukan perusakan dunia oleh Barat harus dihentikan. Umat Islam harus mampu segera mengartikulasikan kembali konsep Islam politik dalam tataran praktis. Itulah konsep Khilafah Islamiyah ala minhajin nubuwah menjadi tuntutan dan keniscayaan zaman. Sehingga umat wajib melakukan perlawanan yang genuine melawan kapitalisme Barat yang anti Islam dan anti pembangunan. 500 tahun imperialisme Barat harus diakhiri. Peradaban Islam harus tegak menjadi harga mati. Betul betul betul? [Umar Syarifudin (Lajnah Siyasiyah Hizbut Tahrir Kota Kediri)] [visimuslim.com]
1 komentar untuk "Barat Dibalik Tragedi-Tragedi"