Darurat Kualitas Output Pendidikan Indonesia, Selamatkan Dengan Syari’ah Segera
Ironis,saat output pendidikan yang digadang-gadang dapat menjadi generasi emas yang berkualitas justru akhir-akhir ini pendidikan Indonesia seolah ‘ditampar’ oleh serangkaian kasus memilukan.
ilustrasi |
Baru-baru ini, seorang siswi dengan inisial SF kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 4 di Kabupaten Jember, Jawa Timur, bikin heboh. Foto profil akun Facebook miliknya menampilkan adegan vulgar. Di semarang, salah satu Perguruan Tinggi Negeri ternama, seorang mahasiswa yang dikenal sebagai mahasiswa berperestasi, ia pernah menjuarai atlet sepak takraw dan mendapat medali emas pada ajang PON mewakili Jawa Tengah dilaporkan telah memperkosa gadis berumur 16 tahun yang kemudian ia di drop out langsung oleh pihak jajaran kampus.
Kasus yang serupa seperti ini sudah tidak asing di telinga kita. Telah banyak media pemberitaan yang mengangkat hal-hal yang sama. Remaja yang tabiatnya ia sebagai seorang pembelajar tentulah sangat diharapkan oleh bangsa menjadi generasi yang tak hanya kaya akan wawasan pengetahuan namun juga kaya kan moral dan tingkah laku dallam perbuatan. Terlebih lagi bagi mahasiswa, ia adalah garda terdepan tonggaknya sebuah generasi. Mahasiswa yang dikenal dengan title istimewa yang tersohor 4 peran “ Agent of Change, Iron Stock, Moral Force, Social Control” tentunya seharusnya menjadi penggerak perubahan dan pelindung dari rusaknya moral generasi. Namun, fakta tidak berkata demikian. Pendidikan Indonesia sangatlah lemah, yang masih melahirkan krisis moral bagi generasi.
Sebagai sebuah tatanan kehidupan, sistem Pendidikan merupakan tolak ukur pencapaian target pembentukan moral generasi. Pendidikan kita saat ini, yang menerapkan tatanan kehidupan Demokrasi memiliki asas kebebasan dalam berperilaku. Norma-norma yang telah diajarkan belum mampu menjadikannya asas dallam bertindak dan bertingkah laku. Tampaknya, memang generasi saat ini tidak memiliki standar tegas dan jelas dalam berbuat sehingga dengan mudah melakukan hal-hal yang lebih didorong oleh ‘hawa nafsu’ nya. Hal tersebut juga dikarenakan Demokrasi ditopang oleh pengaturan kehidupan Sekulerisme (yakni menjadikan agama hanya sebatas ranah individu saja, tidak pada ranah pengaturan publik dan pemerintahan) dan Kapitalisme yang menjadikan generasi memiliki tujuan matrealistik.
Sebagai manusia yang sangat lemah, tentu kita menghendaki kekuatan dalam berpijak. Seorang manusia ia adalah hamba dan makhluk sewajarnya sudah seharusnya berjalan atas kuasa aturan Sang Pencipta kehidupan. Islam yang tidak hanya sebagai agama namun juga memiliki aturan, termasuk dalam hal pendidikan yang telah terbukti mampu mencetak generasi mulia yang tunduk pada Nya, juga dikenal dunia sebagai perintis keilmuan jauh sebelum ilmuwan barat lahir yang saat itu Eropa masih mengalami Golden Age atau masa kegelapan yang pada saat itu di Eropa masih menganggap bahwa orang sakit adalah dikarenakan terkena sihir. Sepeti kita telah mengenal Ibnu Sina dialah ahli kedokteran modern dimana karya-karyanya hingga kini masih dipakai di Universitas Harvard. Juga ada ilmuwan Ibnu Firnas dialah yang melakukan percobaan ilmiah membuat pesawat terbang pertama kali, 1000 tahun sebelum ilmuwan barat Oliver & Wrigth.
Sistem pendidikan Islam yang demikian mampu membentuk generasi yang memiliki standar tegas dan jelas dalam setiap tingkah lakunya yaitu dengan menggunakan landasan syari’ah Islam. Ia akan bertindak ketika Allah memerintahkan dan begitu juga sebaliknya. Ia merasa takut jika melanggar aturanNya karena ia merasa diawasi disetiap perbuatannya dan akan diminta pertanggungjawaban atas perbuatannya. Hal demikian tentu akan terwujud apabila sistem ekonomi, sosial, politik , hukum juga mendukung untuk mencetak generasi berkualitas. Maka kini, generasi Indonesia sudah saatnya diselamatkan oleh Syari’ah Islam secara menyeluruh. [Zahbiadina Latifah, Mahasiswi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta]
Posting Komentar untuk "Darurat Kualitas Output Pendidikan Indonesia, Selamatkan Dengan Syari’ah Segera"