Universitas-Universitas di ERA KHILAFAH
Meski Negara Khilafah sudah lama tiada, tetapi jejaknya masih bisa ditelusuri dari berbagai universitas tua yang masih berdiri di dunia Islam saat ini. Universitas al-Azhar Mesir, misalnya, adalah salah satu universitas tertua di dunia, yang hingga kini masih ada. Universitas ini didirikan tahun 378 H di era Khilafah ‘Abbasiyyah.
Di Kurkh, tahun 383 H, atas wakaf yang diberikan oleh Wazir Abu Nasr Sabur bin Ardasyir, berdiri Dar al-Ulum. Universitas ini mendahului Sekolah dan Universitas Nidzamiyyah. Dar al-Ulum ini diwakafkan oleh Abu Nasr kepada para fuqaha’.
Di Damaskus, tahun 391 H, berdiri Universitas Shadiriyyah. Universitas ini dibangun oleh Shadir bin Abdullah. Diikuti kemudian dengan berdirinya Universitas Rasa’iyyah, juga di Damaskus, atas wakaf yang diberikan oleh Wali Damaskus, Rasa’ bin Nadzif. Pembangunan dilakukan kurang lebih selama empat tahun.
Di Baghdad, kemudian berdiri Universitas Nidzamiyyah, yang pembangunannya dimulai tahun 457 H sampai 459 H. Dari sini, kemudian berkembang tidak hanya di Baghdad, tetapi menyebar ke berbagai pelosok wilayah Khilafah yang lain. Seperti Asfahan, Naisabur dan Muruwi. Di sini, tenaga pengajar, fuqaha’ dan ulama’ dibayar 300,000 Dinar per tahun [setara dengan 300,000 x 4,25 gram x Rp. 350,000 = Rp. 446,250,000,000].
Bahkan, ketika Baghdad diluluhlantakkan oleh Tatar, tahun 631 H masih bisa dibangun Universitas al-Muntashiriyyah. Universitas ini mengajarkan empat mazhab. Untuk setiap mazhabnya disediakan 72 ahli fikih, 4 asisten.. Bukan hanya di bidang fikih, tetapi juga riset dan kedokteran, dengan 10 peneliti, 10 kalangan ilmuan yang fokus mempelajari ilmu kedokteran.. Universitas ini gratis, bahkan mahasiswanya mendapatkan beasiswa dan akomodasi lainnya yang memadai. Bahkan, setiap hari Kamis bulan Rajab, di Universitas ini dikunjungi Khalifah al-Muntashir Billah, yang diikuti pejabat teras Khilafah ‘Abbasiyyah untuk beramahtamah dengan para mahasiswa, ulama’ dan para pihak yang terkait.
Selain Universitas al-Azhar, di Mesir, Shalahuddin juga mendirikan Universitas Shalahiyyah, Nashiriyyah, dan Qamhiyyah. Tak ketinggalan, saudari Shalahuddin, Rabi’ah Khatun binti Ayyub, mendirikan Universitas khusus kaum hawa di Puncak Gunung Fasiyun, Damaskus. Di sini, secara khusus mengajarkan Mazhab Hambali.
Tidak hanya di Timur, tetapi juga di Barat, Spanyol berdiri megah Universitas Cordoba. Dalam catatan sejarah saat itu, tercatat ada 17 Universitas, dari Baghdad hingga Cordoba. Di sana bukan hanya mengajarkan tsaqafah Islam, tetapi juga ilmu yang lain. Universitas ini juga dilengkapi dengan perpustakaan yang memadai. Di Universitas Cordoba, misalnya, perpustakaannya mempunyai 600,ooo koleksi buku. Mulai dari Sharaf, Nahwu, syair, sejarah, geografi, biologi, astronomi, kimia, matematika, kedokteran, arsitektur..
Tidak hanya di Cordoba, tetapi hampir tersebar di seluruh Spanyol. Berdirilah universitas-universitas di Granada, Tortoise, Sevilla, Murcia, Almeria, Valencia dan Cadiz.
Di Maroko, penguasa Maroko tak mau kalah dengan penguasa wilayah yang lain. Mereka pun mendirikan berbagai sekolah dan universitas di kota-kota dan lembah-lembah. Khususnya di daerah Suez, yang menjadi gudang para ulama’. Dalam catatan ahli sejarah, di sini ada sekitar 400 sekolah dan universitas. Di antara yang paling menonjol adalah sekolah dan universitas Sabtah. Selain itu juga ada sekolah dan universitas lain di wilayah Tanja, Aghmat, Sijilmasa, Tlemeen, dan Marakesh. Dari sini lahir ulama’-ulama’ hebat, seperti Qadhi ‘Iyadh dan Abu al-Walid bin Rusyd.
Di daerah Fez, tahun 721 H, penguasa Mariniyyah juga tak mau kalah. Mereka membangun sekolah dan universitas yang megah dan indah. Para pelajar dan mahasiswa yang menuntut ilmu di sana diberi beasiswa penuh. Para syaikh dan ulama’ yang mengajar di sana pun digaji dan dijamin kebutuhan hidupnya. Salah satu peninggalan penguasa Mariniyyah yang bertahan hingga hari ini adalah Universitas Qarawain di Fez, yang dibangun oleh Abu Said awal Sya’ban 723 H. Sekarang namanya menjadi Sekolah Atsarin. Di sinilah, Pastur Jairibir, atau yang dikenal dengan Pastor Silverter II menimba ilmu dari tahun 999-1003 M. Setelah sebelumnya mengenyam pendirikan di Universitas Cordoba.
Untuk universitas terapan, seperti ilmu eksperimental dan terapan, semisal kedokteran dan spesialisasinya, maka Universitas Dzahiriyyah di Damaskus adalah pusatnya. Tahun 724 H, seorang pakar kedokteran, Najamuddin Abdurrahman as-Syahham al-Maousuli, dipercaya mengajar di kampus ini. Ini setelah beliau mengembara dan mendalami kedokteran di Uzbekistan.
Selain Universitas Dzahiriyyah di Damaskus, juga ada Universitas Dakhawariyyah, yang berdiri sebelum Universitas Amawi di Damaskus. Universitas ini juga merupakan salah satu pusat kajian kedokteran yang sangat terkemuka di wilayah Syam. Berdiri tahun 621 H. Nama Dakhawariyyah diambil dari pendirinya, seorang dokter Damaskus yang terkenal, yaitu al-Muhadzzab ad-Dakhwar ‘Abdurrahim bin ‘Ali Hamid.
Dia bahkan banyak dipuji oleh Ibn Usaibiyah, “Salah seorang di zamannya, tiada duanya di zamannya, pakar di zamannya, atas jasanya di bidang kedokteran mendapatkan kedudukan yang pantas. Rela melelahkan diri dalam kesibukan penelitian, sehingga menjadi terkemuka di zamannya, dan mendapat kedudukan yang istimewa di pemerintahan.” [Ibn Usaibiyah, ‘Uyun al-Anba’ fi Tabaqat al-Athibba’, Juz IV/317]. [HAR dari berbagai sumber] [www.visimuslim.com]
Posting Komentar untuk "Universitas-Universitas di ERA KHILAFAH"