Rekomendasi IMF, Jebakan Bagi Kaum Perempuan
Direktur Pelaksana IMF, Christine Lagarde menilai Indonesia memiliki peluang untuk mengatasi perlambatan ekonomi dunia karena tingginya jumlah usia produktif. Oleh karena itu, ia merekomendasikan tiga upaya penting agar peluang tersebut dapat terealisasi.
Rekomendasi IMF tersebut adalah :
- Membangun infrastruktur terutama listrik dan transportasi.
- Memperbaiki iklim investasi yang kondusif bagi penyerapan teknologi baru dan kapasitas untuk bersaing dalam memproduksi banyak barang dan jasa.
- Kebijakan perdagangan internasional yang mendukung proses integrasi ekonomi Indonesia dengan dunia.
IMF juga menekankan pentingnya membangun ekonomi inklusif atau bisa dirasakan ke semua lapisan masyarakat. Misalnya dengan meningkatkan partisipasi angkatan kerja wanita, mempermudah mobilitas tenaga kerja dan memudahkan akses usaha kecil dan mikro terhadap jasa keuangan dan perbankan.
Lagarde juga meminta peran perempuan Indonesia di sektor keuangan dapat ditingkatkan lagi. Menurutnya peran perempuan di sektor keuangan Indonesia masih minim. Hal itu disampaikan Lagarde di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (2/8/2015).
Lagarde mengakui, sebelum melakukan kunjungannya di Indonesia, juga telah mengatur jadwal untuk bertemu dengan tokoh-tokoh perempuan di Indonesia.
Pertemuan itu, lanjutnya, untuk membahas peran perempuan di Indonesia untuk terlibat jauh dalam menentukan kebijakan-kebijakan di sektor keuangan. Peningkatan akses perempuan ke layanan keuangan memiliki manfaat ekonomi dan sosial yang luar biasa. Hal ini dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang sedang mengalami pelemahan. Hal tersebut dikatakannya sesuai dengan hasil penelitian IMF yang telah dilakukan mengenai pendalaman sektor keuangan. Menurutnya, sektor keuangan memiliki andil besar dalam pembangunan perekonomian suatu negara.
Terlebih lagi, hampir 350 juta warga miskin di Asia yang kebanyakan tidak memiliki rekening bank. Hal ini menunjukkan besarnya ketimpangan yang terjadi di negara berkembang di Asia. Menurut Lagarde, rendahnya tingkat inklusif keuangan merupakan hambatan bagi kesuksesan Asia.
Jebakan Mematikan
Melihat rekomendasi IMF tersebut, sungguh upaya-upaya tersebut merupakan jebakan. Penulis terutama ingin mengkritisi terkait kebijakan pembangunan ekonomi Inklusif IMF. Dimana, perempuan digiring untuk eksis di ranah publik terutama bidang keuangan dan perbankan.
Perempuan dipuji-puji agar keluar bahu membahu memperbaiki kondisi ekonomi Indonesia, terlebih juga dunia. Padahal posisi utama perempuan adalah sebagai Umm wa Rabb al-Bayt (ibu dan pengatur rumah tangga), bukan sebagai pencari nafkah, apalagi harus bertanggung jawab memperbaiki ekonomi bangsa dan dunia. Sungguh ini sebuah pemikiran yang sesat dan menyesatkan.
Ketika perempuan diberikan beban untuk bisa berkontribusi memperbaiki ekonomi bangsa dengan keluarnya mereka untuk bekerja, meninggalkan kewajiban utamanya, sungguh ini merupakan sebuah design strategy penghancuran generasi di masa depan. Bagaimana tidak? Ibu adalah seorang pendidik pertama dan utama, jika mereka disibukkan bekerja, diberikan beban berat memperbaiki ekonomi bangsa, tentulah mereka tak memiliki waktu yang cukup untuk mengurus rumah, keluarga dan anak-anak. Jika pun mereka memiliki waktu luang untuk memperhatikan anak-anak, tentulah tidak akan optimal. Lantas bagaimana bisa akan melahirkan generasi pemimpin yang akan melanjutkan kepemimpinan bangsa ini di masa yang akan datang, jika ibu-ibu nya disibukkan dengan bekerja di luar rumah? Lalai dari tanggung jawabnya sebagai pendidik generasi?
Fungsi Utama Ibu Sebagai Umm wa Rabb al-Bayt
Tentu kita tidak ingin bangsa ini hancur, tidak memiliki generasi pemimpin yang akan membawa bangsa ini menuju kegemilangan peradaban. Oleh karena itu, kita tidak boleh terjebak dengan pujian yang digelontorkan oleh mereka, orang-orang Barat, yang mengusung ide kesetaraan gender, mengusung ide feminisme. Ide-ide feminisme atau kesetaraan gender sesungguhnya merupakan racun yang sangat mematikan. Kehancuran generasi tidak terelakkan ketika para wanita digiring keluar rumah, meninggalkan kewajiban mereka mendidik generasi penerus.
Maka, kembalikan fungsi utama perempuan sebagai Umm wa Rabb al-Bayt. Biarkan para wanita sibuk mengurus, mendidik generasi yang kelak akan membawa bangsa ini menuju peradaban yang gilang gemilang, sebagaimana dahulu pernah lahir para generasi tangguh, pemimpin peradaban. Sejarah telah mencatat dengan tinta emas, bagaimana Imam Syafi’i telah meletakkan dasar-dasar bagi penggalian hukum. Siapa tak kenal Imam Syafi’i? Dunia mengakuinya sebagai ulama yang faqih. Tentu keberhasilan seorang Imam Syafi’i tidak bisa dilepaskan dari pendidikan ibunya.
Dunia juga telah mengenal para ilmuwan dan pemikir muslim yang telah berkontribusi bagi kemajuan umat manusia, seperti Ibnu Sinna, al-Khawarizmi, al-Biruni, al-Farabi, Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun, al-Ghazali, Ibnu Hayyan, Al Kindi, Ibnu Qurroh, Al Battani, Ar Razi, Az Zahrawi, Al Buzjani, Ibnu Al Haitham, dan lain-lain.
Maka, para perempuan masa kini pun akan mampu mencetak generasi-generasi yang akan membangun bangsa dan dunia jika mereka serius mendidik generasi, tidak disibukkan bekerja keluar rumah.
Wa Allahu ‘alam Bishshawab. [Lilis Holisah (Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia)] [www.visimuslim.com]
Posting Komentar untuk "Rekomendasi IMF, Jebakan Bagi Kaum Perempuan"