Arogansi ‘Donald Trump’ Menyerang Islam


Publik Indonesia sempat dibuat heboh oleh aksi Donald Trump (DT). Gegara politisi Setya Novanto dan Fadli Zon hadir di kampanyenya sebagai capres Amerika. Foto selfi dan pujian dialamatkan kepada kedua politisi Indonesia. Kini, Donald Trump menggegerkan jagat dengan pernyataan “larangan Muslim masuk AS”. Sontak, pernyataan DT itu ditanggapi serius oleh berbagai kalangan. Tak terkecuali Muhammad Ali, petinju legendaris AS, yang membela habis-habisan Islam. Miliarder Timur Tengah mengaku kecewa telah mendukung DT dalam berbagai bisnisnya. Masyarakat di London pun mengumpulkan petisi untuk menolak kehadiran DT di Inggris. Kecaman-demi kecaman pun menghampiri kandidat presiden dari Partai Republik itu. Sebelumnya, Hillary Clinton kandidat dari Partai Demokrat menyatakan bahwa muslim bisa menjadi presiden Amerika.

Pergantian presiden AS memang menarik perhatian seluruh dunia. Ibaratkan pembelajaran, AS-lah contoh dalam berdemokrasi. Pernyataan kontroversial dalam kampanye bukan hal baru. Begitu pula pernyataan yang seolah adem dan meraih simpatik sudah biasa menjadi bumbu kampanye. Hal itu dikarenakan demokrasi menjunjung tinggi kebebasan individu dalam segala hal. Sebagaimana di Indonesia, pada masa kampanye presiden 2014, bumbu-bumbu kampanye yang menjatuhkan dan menggunggulkan salah satu kandidat pun ditemui.

Tampaknya, isu Islam dan Muslim dijadikan mainan kampanye untuk meraih loyalitas pemilih. Kandidat presiden AS tak merasa malu untuk menghinakan Islam dan umatnya. Jika demikian adanya, sesungguhnya demokrasi dijadikan alat untuk menjatuhkan Islam. Keagungan Islam dan umatnya dikaburkan. Mereka pun tak berniat untuk mendekat kepada Islam. Tak lebih ungkapan manisnya hanya lips service. Horor dan teror pun ditebar agar manusia semakin jauh dari Islam.
Hakikat Bangsa Amerika

Taqiyuddin an-Nabhani (Konsepsi Politik HT, 2005:97) menjelaskan karakter khusus bangsa Amerika adalah ‘pragmatisme’. Bangsa Amerika telah memeluk ideologi Kapitalisme, sehingga ada dua faktor yang tarik menarik, yakni: (1) Faktor sikap menerima dan menjaga diri, dan (2) Faktor asas manfaat dan semangat menjajah. Karakter itu merupakan turunan dari bangsa Eropa.

Amerika mempunyai rakyat yang giat bekerja dengan kekayaan alam yang melimpah-ruah. Amerika Serikat (AS) telah mendirikan sebuah sistem pemerintahan. Meskipun sistem itu masih sistem demokrasi, tetapi ia dirancang dengan pemikiran mendalam, dan berdasarkan kesadaran yang praktis terhadap arti kekuasaan. Yaitu bahwa pemerintahan adalah untuk manusia yang dikendalikan olehmanusia. Jadi, mereka tidak menggambarkan suatu pemerintahan ideal dengan berdasarkan logika, melainkan memahami pemerintahan secara faktual dan aplikatif. Hal itu dapat dicermati dengan seksama dalam tata cara pengangkatan presiden, otoritasotoritas luas yang diberikan kepadanya, perannya dalam negara, pembatasan otoritas aparatur-aparatur negara lainnya, dan dalam hal kesatuan kekuatan yang direpresentasikan oleh negara.

Politisi AS berpikir secara mendalam yang mengunggulli kebanyakan politisi di dunia, berfikir cepat. Unggul di segala hal. Karakter sombong dan arogan melekat kuat. Watak ini bisa dilihat dari Donald Trump, Gorge W Bush, dan lainnya. Faktor pendidikan tinggi dan karakter sosio kultural turut membentuk watak bangsa Amerika. 

Di AS ada dua partai utama, yaitu Partai Demokrat dan Partai Republik. Orang hampir-hampir tidak dapat mengetahui perbedaan yang besar di antara program-program dua partai tersebut, bahkan juga pada kebijakan politik yang diambil. Dua partai itu hampir-hampir menempuh satu metode yang sama, dan hampir-hampir tidak ada perbedaan apapun dalam pergantian kekuasaan di antara dua partai tersebut, baik politik dalam negeri maupun politik luar negeri. Kalaupun terjadi perubahan-perubahan, itu hanya perubahan yang ditutut oleh situasi dan kondisi, bukan tuntutan yang muncul dari perbedaan program kedua partai tersebut.

Burung garuda dalam lambang Amerika melambangkan keindahan dan keanggunan, selain merupakan kekuasaan dan keganasan. Demikianlah kurang lebih watak bangsa Amerika-ambivalen (Crabb 1988:107). Albertine Minderop (Pragmatisme: Sikap Hidup dan Prinsip Politik Luar Negeri Amerika, 2006:135) menjelaskan Kekuasaan menurut ‘pragmatisme’ ditinjau dari dua sudut pandang. Pertama, kekuasaan (power) dilambangkan sebagai keagungan, kehebatan, pengetahuan, dan keindahan. Kedua, kekuasaan dapat diibaratkan sebagai senjata, manakala dibutuhkan, boleh digunakan. Nuansa ini melambangkan keganasan bila dikatikan dengan pentingnya rasa aman, terutama mengamankan demokrasi. Pada hakikatnya, bangsa Amerika tidak rela bila ada yang mencoba mengusik rasa aman mereka. Sebab, sebagaimana yang dianut Barat, hidup untuk kebahagiaan lahir/batin dan bila mereka merasa terganggu, mereka akan menggunakan berbagai cara, termasuk senjata dan perang untuk mengatasinya.

Kesimpulan-kesimpulan Penting

Tampaknya, Islam bagi Amerika adalah ancaman besar, baik mereka menyikapinya secara dingin ataupun arogan. Terlebih jika karakter Islam itu sebagai politik. Sebab hal itu akan membuyarkan impian Amerika dalam menguasai dunia. Siapa pun akan melihat gerak-gerik Amerika dalam memusuhi islam melalui pernyataan resmi yang disiarkan media massa. Misalnya, War on Terorrist. Islam Tidak Cocok untuk UUD Amerika, dan Kami memerangi teroris ISIS bukan Islam. 

Begitupula kecondongan AS kepada Israel dan arogansinya dalam intervensi perang di Suriah, Afghanistan, Irak, dan Pakistan. AS bermain di setiap wilayah negeri muslim untuk mengokohkan pemimpin bonekanya agar dengan ikhlas menjadi pelayan setia. Demokrasinya coba dipasarkan di negeri-negeri Islam dengan wajah manis. Seolah-olah ‘ISLAM adalah DEMOKRASI’ dan ‘DEMOKRASI adalah ISLAM’. Padahal hakikatnya itu adalah racun mematikan bagi umat Islam. Apakah masih mau umat Islam ini menerima ide jahat dari AS setelah mengetahui sifat aslinya? Ataukah umat Islam turut bagkit dan sadar dengan melepaskan belenggu pemikiran dan ide jahat? Tentu bagi yang memiliki kesadaran iman dan politik akan turut membongkar setiap makar jahat dan upaya penjajahan oleh kafir Barat di negeri-negeri umat Islam. Patutlah firman Allah Swt dijadikan renungan dan gambaran abadi watak bangsa AS dan Barat, yang diwakili oleh Donald Trump dan lainnya.

”Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu, hingga kamu mengikuti  agama meraka” (Al Baqarah (2):120)

“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu, sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamau (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup melakukannya” (Al Baqarah (2): 109)

“Sebagian besar ahli Kitab mengignkan agar merak dapot mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman” (Al Baqarah (2):109).

Semoga Islam Politik yang berwujud Khilafah bisa segera tegak dengan izin Allah Swt. Yang dengan itu, Khilafah akan menggentarkan Barat dan Sekutunya. Mereka akan diam seribu bahasa dan tidak akan pernah berani sedikit pun untuk menghinakan Islam dan umatnya. [Hanif Kristianto (Analis Politik di Surabaya)] [www.visimuslim.com]

Posting Komentar untuk "Arogansi ‘Donald Trump’ Menyerang Islam"