Konflik Politik Saudi – Iran
Tindakan pemerintah Arab Saudi menjatuhkan hukuman bunuh ke atas Sheikh Nimr Baqir al-Nimr, seorang ulama terkemuka Syiah pada 2 Januari lalu ternyata mengundang reaksi yang keras daripada Iran dan komuniti Syiah di rantau Timur Tengah. Ratusan penyokong Nimr mengadakan demonstrasi membantah hukuman itu di beberapa kawasan, antaranya di wilayah timur Arab Saudi, di Bahrain, sehingga ke utara India. [The Associated Press, 2/1/2016]
Kedutaan Arab Saudi di Tehran turut diberi komentar oleh para demonstran sebelum dibakar pada hari yang sama. Nimr merupakan seorang ulama Syiah yang lantang mengkritik kerajaan Saudi terutama semasa kebangkitan Arab Spring sekitar 2011-2012, membangkitkan sentimen pemisahan wilayah timur Saudi setelah seruannya agar hak penduduk Syiah di Arab Saudi dihormati tidak mendapat perhatian sewajarnya daripada pemerintah Saudi. Nimr telah dipenjarakan beberapa kali kerana kelantangannya mengkritik pemerintahan Saudi, sehingga akhirnya dia telah dijatuhkan hukuman mati oleh Mahkamah Khas Jenayah pada 15 Oktober 2014. Hukuman tersebut kemudiannya dilaksanakan setelah rayuan yang dibuat Nimr ditolak. Nimr dihukum mati bersama-sama 46 orang lagi yang lain, sebagian besarnya terdiri daripada kelompok bersenjata Sunni yang anti-monarki. (https://hizbut-tahrir.org.my/2016/01/15/)
Pengamat politik yang memiliki pemikiran mustanir, sungguh memahami dengan jelas bahwa konflik antara saudi – iran ini bukan mengarah pada dua mahzab sunni dan syiah, justru kedua pihak ini memainkan paradigma politik untuk meraih perhatian umat Islam, tapi kenyataannya media yang malah menggembar-gemburkan mahzab dalam perseteruan saudi – iran. Umat Islam tidak sepantasnya berseteru dengan argumen masing-masing, emosi dengan adanya perseteruan ini, apalagi berujung pada permusuhan antara satu dengan yang lain, sudah sepantasnya kita peka terhadap kondisi umat yang ada dengan memahami fakta yang sebenarnya terjadi.
Sesungguhnya konflik ini hanya digunakan oleh musuh-musuh Islam untuk memecah belahkan Islam, menghancurkan persaudaraan kaum muslimin, agar kita berseteru dan tersibukkan dengan problematika-problematika seperti ini. Sesungguhnya Islam bukan hanya sekedar agama namun juga Islam merupakan solusi bagi permasalahan umat. Sejatinya dengan kita memeluk agama Islam kita harus menjalin persaudaraan, mempersatukan umat, sebagaimana pesan Imam Abi bin Abu Thalib bahwa ada dua model persaudaraan yang harus dibangun: persaudaraan seagama dan persaudaraan sesama manusia, makhluk Tuhan. Selain itu salah satu aspek dalam kehidupan luhur masyarakat manusia yang dipelihara dalam penerapan syari’at Islam, yaitu memelihara negara, yakni dengan menjaga kesatuannya dan melarang orang atau kelompok orang melakukan pemberontakan (bughat) dengan mengangkat senjata melawan negara (Lihat: TQS al-Maidah: 33). Juga hadits Nabi Muhammad saw: “Siapa yang datang kepada kalian dimana urusan pemerintah kalian di tangan seorang amir, lalu dia berusaha memecah belah jama’ah kalian, maka potonglah leher orang itu. Islam kaffah mampu menyatukan seluruh umat manusia, bukan memecah-belahnya. Hanya dengan penerapan syariat Islam kaum muslim dapat bersatu, berpegang teguh pada Islam yang rahmatan lil alamin. Ulfa Zahra (Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung Angkatan 2013)] [VM]
Posting Komentar untuk "Konflik Politik Saudi – Iran"