Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Soft Power Amerika dan Hard Power Rusia Untuk Memadamkan Revolusi Suriah


Penulis : H. Luthfi Hidayat, SP, MP 

(وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ)

Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. (Al Anfal 73)

Ada dua strategi yang dilakukan Barat (Amerika dan Sekutunya) dalam upaya memadamkan revolusi Suriah yang diberkati. Yaitu serangan fisik (hard power) -- seringkali dengan dalih memerangi ISIS-- dan menyeret oposisi Suriah ke meja negosiasi untuk membentuk negara sipil arahan Amerika (soft power). 

Kedua strategi ini jelas terekam sejak lima tahun Revolusi berlangsung. Selain sebagai sutradara, Amerika lebih memerankan strategi yang kedua. Dan seranga fisik diakukan oleh sekutu-sekutu AS.

Amerika Serikat sejak awal tidak lansung turun ke lapangan. Perang teluk yang cukup panjang, invasi Amerika Serikat ke Irak dan Afganistan kenyataannya begitu menguras "kantong" AS. Terlebih, serangan fisik tidak bisa langsung dilakukan, sebelum membuat kebohongan sebagai alibi untuk mendapatkan restu dari Konggres. 

Serangan militer pada awal Revolusi dilakukaan oleh China, Iran, Inggris, dan Prancis. Namun dalam beberapa bulan terakhir, tugas menggebuk Suriah didominasi oleh Rusia.

Mestetaplakukan gencatan senjata, oposisi ditarik ke Konferensi Riyadh (soft power), tetapi di lapangan gempuran militer terhadap bumi Suriah tetap tidak berhenti.

Di sinilah liciknya Barat. Saat Arab Saudi sibuk "membujuk" delegasi ke Konferensi Riyadh, Rusia tidak henti-hentinya menghujani muslim Suriah dengan bom. 

Menurut kelompok Suriah untuk Hak Asasi Manusia, pesawat tempur Rusia telah melakukan beberapa serangan di kota-kota dan desa-desa di Homs dan pedesaan nya. Jet-jet tempur juga membom sebuah gunung Kurdi dan Turkmen di Latakia, (Sky News Arab 2016/01/31).

Dilansur dari Anadolu pada Senin (01/02) bahwa jet bomber Rusia sepekan sebelum perundingan damai, meningkatkan serangan ke daerah-daerah yang berada di bawah kendali oposisi terutama di Lattakia, Aleppo dan Idlib.

Terhitung sejak 25-31 Januari 2016 Rusia telah membunuh 153 warga sipil melalui serangan udaranya.

Seiring berlangsungnya peundingan di Jenewa, saat Menteri Luar Negeri AS John Kerry sibuk melakukan negosiasi denga beberapa kelompok oposis, Senin kemarin, serangan udara Rusia telah menewaskan 4 orang dan melukai 60 lainnya di daerah Anadan, Aleppo.

Berikut data serangan Rusia dalam sepekan, sebelum perundingan Jenewa yang dikumpulkan Anadolu Agency:

31 Januari: Jet bomber Rusia menyerang pusat budaya dan pemukiman penduduk di Provinsi Aleppo. Serangan itu menewaskan 3 orang dan melukai 6 orang lainnya.

30 Januari: 5 orang tewas di kamp pengungsi di daerah Berpojaq, Lattakia Utara. Roket-roket jet Rusia menghantam daerah tersebut. Pada hari yang sama Rusia menjatuhkan rudal balistik di kota Izaz, Aleppo. Rudal itu diluncurkan langsung dari markas militer Rusia di Propinsi Aleppo.

29 Januari: Jet bomber Rusia menargetkan sebuah turk pembawa bantuan kemanusian menuju kota Izaz, Aleppo. Dua orang dilaporkan tewas, sementara 10 lainnya luka-luka dalam serangan itu.

28 Januari: Kali ini sebuah masjid dan pemukiman warga di kota Kufr Takharim, Idlib jadi sasaran tembak jet rusia. 18 orang tewas dan 28 lainnya luka-luka.

26 Januari: fasilitas umum pun raib. jet bomber Rusia menyerang sebuah pasar di kota Ariha, Idlib. Dilaporkan 9 orang tewas dan 12 orang luka-luka.

Gembar-gembor gencatan senjata dan negosiasi Jenewa hanya ilusi. Kenyataannya Barat tetap melakukan penumpahan darah kaum muslim. Bassar Assad pun tetap mengembargo dengan mempersulit masukanya bantuan makanan.

Kaum muslimin...

Barat berusaha secara licik, siang dan malam dengan berbagai strategi ingin memadamkan cahaya Allah. 

Mereka sangat takut akan kebangkitan Islam. Mereka tidak takut dengan "negara" ISIS yang ada. Namun mereka sangat takut dengan negara yang akan ada. Khilafah Islamiyah ala Minhaj Nubuwwah. [VM]

Posting Komentar untuk "Soft Power Amerika dan Hard Power Rusia Untuk Memadamkan Revolusi Suriah"

close