Muslim di AS hadapi lonjakan Islamofobia


Ledakan mematikan di Brussels telah berdampak negatif terhadap kehidupan masyarakat Muslim di AS, pemimpin Asosiasi Mahasiswa Muslim di Universitas Princeton, Nabil Shaikh, mengatakan kepada Radio Sputnik (28/3/2016).

Keadaan semakin buruk bagi Muslim yang tinggal di AS sejak serangan tahun lalu di Paris, Shaikh mengatakan.

“Setelah ini sulit bagi semua Muslim lain di dunia yang hidup biasa dan bekerja,” tegasnya.

“Setelah serangan Paris, yang kita lihat vandalisme masjid. Kita melihat orang-orang dipukuli di jalan-jalan atau menerima pandangan buruk di jalan karena penampilan mereka sebagai Muslim atau karena keputusan mereka untuk beribadah dengan cara tertentu. Kesejahteraan Muslim menjadi terancam.”

Banyak Muslim yang datang ke Amerika dengan harapan kehidupan yang lebih baik, sekarang berjuang menghadapi prasangka dan khawatir dengan harapan mereka di negara ini. Hal ini disayangkan, Shaikh mencatat, bahwa sentimen anti-Islam juga telah dilakukan oleh politisi AS.

Sejak berita tragedi Brussels muncul, para pemimpin politik AS, membuatnya bahkan lebih sulit bagi umat Islam untuk merasa mendapatkan toleransi dan diterima di Amerika.

“Ini merupakan tahun pemilu, dan kami memiliki kandidat seperti Ted Cruz atau Donald Trump yang menyerukan pengawasan diperketat dari lingkungan Muslim, yang merupakan pelanggaran terhadap kebebasan sipil orang yang tinggal di negara ini,” kata Shaikh.

Akibatnya, umat Islam merasa tertekan dan dipisahkan dari masyarakat, menderita dari tindakan-tindakan tersebut.

“Setelah peristiwa ini terjadi Anda selalu melihat lonjakan islamofobia, Anda selalu melihat menurunnya tingkat toleransi dari orang lain di sekitar Anda,” kata Shaikh. [vm]

Sumber : Arrahmah, 28 Maret 2016

Posting Komentar untuk "Muslim di AS hadapi lonjakan Islamofobia"