Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kapitalisme Mengokohkan Perbudakan Modern


Oleh : Umar Syarifudin 
(Lajnah Siyasiyah DPD HTI Kota Kediri)

Gelombang pengungsi korban kejahatan perang semisal Suriah di 2016 dikhawatirkan akan menambah angka perbudakan di era kini. Fenomena ini pernah booming dibahas tahun 2014, namun sunyi karena miskin dari solusi riil dari semua Negara-negara yang mengadopsi kapitalisme.

Ketika berbicara tentang perbudakan, aktivitas ini sudah ada sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Tetapi sekarang bentuk perbudakan masih terjadi di sistem ekonomi modern sebagai kejahatan lintas batas Negara. Ketika berbicara tentang perbudakan Barat, bayangan kita akan tertuju pada perbudakan di Eropa dan Amerika pada abad lalu yang kengerian era terebut digambarkan dengan baik oleh Alex Haley seorang penulis AS dalam bukunya berjudul Roots. Pada era itu, orang-orang Eropa yang secara lahiriyah tampak beradab, memperbudak jutaan manusia karena warna kulit dan mereka memperlakukan para budak bak "ternak". Akan tetapi perbudakan tidak terjadi seabad lalu di Eropa, sekarang pun ratusan ribu orang di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat juga hidup bak budak dan bahkan mereka diperjual-belikan.

Sebagian memahami perbudakan modern sebagai bentuk modern dari perbudakan. Hal ini meliputi praktik perbudakan itu sendiri dan perdagangan manusia, pekerja paksa, pekerja dipaksa bekerja untuk melunasi utang, dan perdagangan anak di bawah umur. Dalam Indeks Perbudakan Dunia, perbudakan modern didefinisikan sebagai kondisi di mana seseorang memperlakukan orang lain sebagai properti miliknya, sehingga kemerdekaan orang itu terampas lalu dieksploitasi demi kepentingan orang yang melakukan praktik perbudakan. Orang bisa dipekerjakan dan dibuang begitu saja seperti barang. 

Menurut GSI (The Global Slavery Index) 2014, diperkirakan 35,8 juta orang di 167 negara di dunia mengalami praktik-praktik perbudakan modern. Praktik perbudakan modern terjadi di 167 negara yang disurvei oleh Indeks Perbudakan Dunia/The Global Slavery Index (GSI) 2014, namun lima negara tercatat berkontribusi terhadap 61 persen dari angka di seluruh dunia.

Di posisi teratas adalah India. Diperkirakan sekitar 14 juta orang terjebak dalam kondisi perbudakan--di mana orang diperlakukan sebagai properti dan mendapat upah sangat minim bahkan kadang tidak digaji. Total dari lima negara di atas adalah 22 juta, atau sekitar 61 persen dari estimasi angka global yaitu 35,8 juta orang. Berikut adalah lima teratas dengan jumlah korban perbudakan modern:

1. India 14.285.700 orang
2. Tiongkok 3.241.400 juta orang
3. Pakistan 2.058.200 juta orang
4. Uzbekistan 1.201.400 juta orang
5. Rusia 1.049.700 juta orang

Perdagangan manusia (human trafficking) meliputi rekruitmen, transportasi, dan transfer seseorang dari tempat A ke tempat. Dengan menggunakan kekerasan, ancaman, penculikan, dan penipuan, orang-orang yang rentan terhadap perbudakan modern mendapat bayaran yang sangat minim bahkan nyaris tidak sama sekali, dan mereka tidak bisa keluar dari sistem itu. Mereka tidak bisa menyatakan “Saya berhenti” kecuali mungkin bila mereka mati. Sebagian korban perdagangan manusia terkadang dijual kepada para majikan yang mempekerjakan mereka untuk melakukan pekerjaan rumah majikan. Data yang ada menunjukkan, usia para korban beragam antara 6-12 tahun dan 13-25 tahun. Setiap tahun, jumlah mereka meningkat. Hanya di Inggris, dalam setahun terakhir sebanyak 1.200 perempuan telah dipaksa oleh majikannya untuk melacur.

Di negara seperti Hong Kong, Kuwait, dan Saudi Arabia, pemerintahnya menunjukkan respon yang sangat minim terhadap isu perbudakan modern. Dengan sistem kafala--yang mengikat pekerja kepada pemberi kerja--memicu aksi kekerasan terhadap pekerja pembantu rumah tangga dan pekerja bangunan di Timur Tengah. Sistem kafalah di Arab Saudi menjadi salah satu alasan sulitnya perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di negara tersebut. Sistem kafalah adalah sistem dimana majikan akan menjadikan pekerja mereka sebagai bagain dari properti mereka, dimana privasinya tidak boleh diganggu gugat.

 Meski metode transaksi budak di era kini tidak seperti masa lalu, akan tetapi pasar budak dan esensi perdagangan manusia itu tetap sama. Perdagangan manusia merupakan salah satu jenis bisnis yang mendatangkan keuntungan paling besar di negara-negara Eropa. Laporan terbaru PBB tentang perbudakan manusia di Eropa, merefleksikan meluasnya bisnis ini di seluruh penjuru Eropa. Dalam laporan itu disebutkan dua faktor utama untuk penyelundupan dan perdagangan manusia di Eropa, yaitu penjualan diri dan kerja paksa. Para budak itu diperlakukan sama seperti ratusan tahun lalu. Mereka dibawa dari negara-negara miskin atau berkembang.

Perbudakan era kini tidak bias terlepas dari efek samping dari peradaban kapitalisme. di abad modern ini, Kapitalisme telah sukses membangun sebuah peradaban manusia pemangsa, ini adalah akibat dari terciptanya kesenjangan global yang ekstrim yang menyebabkan migrasi massal ekonomi dari negara-negara yang lebih miskin untuk mencari pekerjaan meski dengan upah rendah, lingkungan kerja yang buruk termasuk hak-hak istimewa bagi majikan – akibat kebijakan deregulasi pasar bebas kapitalis yang lebih menghargai keuntungan materi dibandingkan martabat manusia.

Perubahan metode migrasi di dunia dan juga migrasi ilegal yang meluas menuju Eropa, telah menciptakan banyak peluang bagi kelompok-kelompok mafia penyelundup manusia. Berdasarkan data yang ada, sekitar 2,4 juta laki-laki, perempuan dan anak setiap tahunnya terjebak mafia penyelundup manusia. Dari hasil penyelidikan, sepersembilan dari total korban penyelundupan manusia di seluruh dunia antara tahun 2007-2010, adalah anak-anak.

Mengingat sebagian besar mereka masuk ke negara-negara Barat secara ilegal, mereka tidak punya pilihan lain kecuali mengikuti secara buta para penyelundup manusia. Para migran perempuan umumnya dijadikan sebagai pekerja seks.  Adapun para lelaki dijadikan sebagai tenaga kerja dan diperdagangkan di pasar gelap tenaga kerja di berbagai sektor. Sebagian lain dijadikan korban penyelundupan organ tubuh. Ginjal, jantung dan organ tubuh manusia apa saja yang dapat dicangkok diselundupkan untuk dicangkok kepada para pasien kaya. Sayangnya, tidak ada tekad serius dari pemerintahan di negara-negara yang menjadi poros utama aktivitas penyelundupan manusia dan perbudakan tersebut.

Faktor utama yang memicu perbudakan modern adalah kemiskinan yang ekstrim dan berbagai kondisi rentan seperti perang, pemerintahan yang buruk, perubahan iklim, dan bencana alam.  Orang dengan kemiskinan sangat rentan untuk terjerat ke dalam praktik perbudakan modern. Bila seseorang tidak memiliki banyak pilihan untuk mendapatkan nafkah, maka tawaran apapun yang menghampiri akan diambil. Sangat penting untuk dipahami bahwa perbudakan tidak diwariskan. Mereka yang tidak punya pekerjaan dan miskin akan sangat rentan menjadi korban perbudakan modern. Mereka bukan bodoh, tapi memang kesulitan ekonomi membuat mereka tidak punya pilihan lain.

Perilaku tidak manusiawi ini menjadi bagian dari peradaban kapitalisme kotor ini. Fenomena ini justru marak dan berkembang di negara-negara yang mengklaim sebagai pionir demokrasi. AS dan Negara-negara Eropa dengan berbagai macam alasan menolak menindak gembong-gembong penyelundup manusia. Akan tetapi, negara-negara itu pula yang akan berkoar paling keras tentang hak asasi manusia terhadap negara lain, sebagai pintu masuk intervensi ke Negara-negara lemah. Eropa dan AS akan menggunakan segala macam cara mulai dari metode diplomatik hingga militer hanya untuk membebaskan seorang warganya yang terjebak dalam insiden apapun di negara lain. Namun pada saat yang sama Uni Eropa menutup mata terhadap nasib jutaan manusia dari berbagai negara yang menjadi budak di Eropa.

Inilah watak asli Kapitalisme yang mensucikan keuntungan materi sebagai tujuan utama dari masyarakat, sehingga tak pelak lagi ini menjadi bahan bakar bagi semangat dehumanisasi dan eksploitasi kaum lemah.  Ditambah dengan mesin industri Kapitalis yang membenarkan eksploitasi manusia melalui iklan, bisnis porno, hiburan, semata untuk keuntungan sistem kapitalis liberal, hal ini tidak hanya merendahkan status perempuan tetapi juga menciptakan kesan ‘pembenaran’ terhadap eksploitasi perempuan demi keuntungan – cara pandang seperti ini akhirnya juga mendorong para pelaku perdagangan manusia termasuk mereka yang terlibat dalam praktek perbudakan modern. Sehingga di bawah kehidupan Kapitalistik, kaum yang lemah akan selalu menjadi korban dari banyak predator Kapitalis dari mulai pihak majikan,  perusahaan perekrut tenaga kerja, termasuk penguasa negara asal buruh migran yang inkompeten menyejahterakan rakyatnya didalam negeri sekaligus tidak peduli tentang hak-hak pekerja yang mereka kirim ke luar negeri demi sekedar angka remitansi ekonomi.

Hilangnya jutaan manusia, khususnya perempuan dan anak-anak, dari kemanusiaannya dalam menghadapi eksploitasi ekonomi dan seksual merupakan salah satu hasil dari ideologi kapitalisme. Ideologi ini melalui nilai-nilai positivisme dalam ekonomi dan kepentingan egois telah menghasilkan eksploitasi para penguasa, pengusaha dan minoritas orang kaya untuk mengubah dunia ini menjadi sebuah surga bagi mereka, sementara hak dan nilai-nilai orang lain hilang sia-sia. Watak busuk kapitallisme akan selamanya melekat dalam sistem ini dan tidak akan pernah bisa hilang. Satu-satunya cara melenyapkannya adalah dengan mengganti sistem ini dengan yang jauh lebih bermartabat dan memuliakan manusia, yakni Islam.

Khilafah akan mengakhiri kejahatan kolektif yang melibatkan Negara kriminal, majikan, aparat dan pihak lain yang terlibat. Hak-hak buruh yang disandera dan dirampas oleh sindikasi kejahatan itupun bisa dikembalikan sebagaimana mestinya. Hanya Islam yang mampu mengatasi problem “perbudakan” modern. [VM] 

Posting Komentar untuk "Kapitalisme Mengokohkan Perbudakan Modern"

close