Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makna Satu Bagi Seorang Muslim


Oleh: Ismi Tri Wahyuni
(Mahasiswi S1 Sastra Inggris UNEJ, aktivis MHTI Jember)

Satu bukanlah sekedar simbolik, melainkan menyimpan makna yang mendalam, berkaitan dengan keimanan seseorang muslim. Sebut saja kalimatul haq yang sering kita dengar, “Qul Huwallahu Ahad (Dialah Allah Yang Satu)”. Dalam hal ini, harus kita segarkan ingatan kita bahwa Allah SWT hanya meridhai kita mentauhidkan dan mengesakan Allah SWT saja, tidak menuhankan selain-Nya; mengambil satu kitab yang telah Allah sempurnakan dan menjadi penyempurna kitab-kitab sebelumnya ialah Al Qur’an sebagai tuntunan atau pedoman hidup; mengimani Rasul yang satu yaitu Rasulullah Muhammad SAW sebagai utusan Allah yang membawa risalah Islam yang membawa rahmat bagi semesta alam; berkiblat pada ka’bah bukan kepada Barat penjajah; dan menjadi ummatan wahidah, alias umat yang satu.

Sebagai seorang muslim yang berakidah satu, yakni aqidah Islam bukan aqidah yang lain serta berideologikan satu, yaitu ideologi Islam bukan ideologi lain, baik ideologi Sosialisme dan derivatnya (turunannya) ataupun Kapitalisme dengan derivatnya. Karenanya, seorang muslim harus jelas identitasnya, bukan bermuka dua ataupun split personality (berkepribadian pecah). Ibarat satu pohon, dapat terdeteksi secara yakin bahwa pohon apakah itu dengan melihat pada akar, batang, ranting, daun, bunga serta buahnya. Dalam artian, pohon mangga pastilah akarnya angga, batangnya mangga, rantingnya mangga, daunnya mangga serta berbuah mangga. Jika dipikirkan secara akal sehat, bagaimana mungkin dikatakan seorang muslim, jika akar (aqidahnya) bukan aqidah Islam, batangnya (secara penampakan) muslim, daun dan ranting (segala atributnya) bukanlah Islam, tentu buah (amalnya) tidak mencerminkan kepribadian seorang muslim. Pantaslah kemudian seorang muslim yang demikian diragukan keislamannya dan disangsikan keimanannya kepada rukun iman yang enam (iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitabullah, iman kepada Rasulullah, iman kepada hari akhir, serta iman kepada Qadla-Qadar).

Oleh sebab itu, sebuah ayat berikut dapat menjadi alarm bahwa Allah SWT dan Rasul-Nya tidaklah meridhai kita bercerai berai, dengan Islam kita dipersatukan dan dipersaudarakan. “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk (TQS. Ali Imran [3]: 103)”. 

Allah telah berfirman dalam QS. Al Anbiya’ ayat 92, Inna haadzihi ummatakum ummataw wahidah wa ana rabbukum fa’buduun, yang artinya “Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku”. Juga disebutkan dalam ayat lain dalam surah Al Mukminuun ayat 52, Allah juga berfirman Wa inna hadzihi ummatakum ummataw wahidah wa ana rabbukum fattaqun, yang artinya “Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku”. Kedua ayat mulia tersebut menunjukkan kepada kita bahwa umat Islam adalah umat yang satu. Pengikat kesatuan umat adalah ikatan akidah (terdapat seruan mengimani Allah sebagai Rabbnya (Tuhannya) manusia) dan ikatan ideologi/ way of life (yang mana menyembah Allah dengan mengikuti syariat-Nya akan menghasilkan ketakwaan). Hal ini sekaligus menegaskan bahwa mewujudkan kesatuan umat adalah kewajiban seluruh kaum muslimin. Selayaknya manusia hidup dalam satu Daulah (negara) yaitu Khilafah ‘ala min hajj an-nubuwwah (Khilafah sesuai metode kenabian), dengan satu pemimpin yaitu Khalifah. Satu negara yang memiliki banyak wilayah tetapi tidak ada sekat antara satu dengan lainnya. Baik rakyat maupun pemimpin dalam kekhilafahan ini semuanya tunduk kepada satu Syariat, yakni syariat Islam, yang dengan itu kerahmatan akan meliputi seluruh alam, baik kalangan jin dan manusia, serta seluruh makhluk yang Allah ciptakan di jagad raya ini. 

Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (Terjemahan QS. Al Anbiyaa’: 107). Wallahu ‘a'lam bi ash-shawab. [VM]

Posting Komentar untuk "Makna Satu Bagi Seorang Muslim"

close