Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bisnis Islamphobia di Amerika


Oleh : Ainun Dawaun Nufus
Pemerhati Sosial dan Pendidikan (MHTI Kab. Kediri)

Kejahatan Karena Kebencian Terhadap Muslim Amerika Meningkat Tiga Kali Lipat. Menghasut kebencian Muslim dan Islam As rupanya telah menjadi bisnis di Amerika Serikat. Bahkan, laporan mengungkapkan angka penghasutan dan penebar kebencian kepada Islam bertransaksi senilai 206 miliar dolar AS. Laporan diungkap oleh Council on American-Islam Relations (CAIR), dan University of California Barkeley's Center for Race and Gender. Dari laporan, terdapat 74 kelompok yang berkontribusi menumbuhkan Islamofobia di AS, dengan 33 mempromosikan prasangka atau kebencian terhadap Islam dan Muslim.

Kelompok inti meliputi Abstraction FUnd, CLarion Project, David Horowitz Freedom Center, Middle East Forum, American Freedom Law Center dan Security Policy. Ada juga Investigative Project on Terrorism dan Jihad Watch and Act, yang kesemuanya bernilai transaksi 206 miliar dolar sejak 2008-2014.

Menurut laporan, tingkat prasangka anti-Muslim orang Amerika lebih dari dua kali lipat prasangka terhadap orang Buddha, Kristen dan Yahudi. 53 persen resonden mengakui bahwa pandangan mereka tentang Islam “tidak terlalu baik” atau “tidak menguntungkan sama sekali,” menurut suatu laporan mengenai Persepsi Keagamaan setebal 32 halaman yang dirilis di Amerika baru-baru ini.

Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) di Amerika Serikat mengungkapkan tentang peningkatan serius dalam persentase intoleransi terhadap kaum Muslim di Amerika, di mana hal ini tidak dialami oleh komunitas yang lain. Dikatakan bahwa ketika konstitusi Amerika mengkriminalisasi tindakan intoleransi terhadap kulit hitam, sementara intoleransi terhadap Islam menjadi tindakan yang bisa diterima, yakni sah-sah saja dilakukan.

“Menarik untuk dicatat bahwa orang Amerika mengakui tidak ada lagi prasangka buruk terhadap umat Buddha dan Yahudi daripada prasangka mereka terhadap umat Kristen,” kata Dalia Mogahed, direktur pusat survey yang berbasis di Washington. “Jadi, ini bukan hanya sekadar masalah atas agama-agama minoritas. Ada masalah yang agak unik dengan umat Islam pada khususnya.”

"Kebencian yang kelompok ini bawa memiliki konsekuensi nyata serangan terhadap Masjid di seluruh negara bagian, serta undang-undang baru yang mendiskriminasi Muslim di Amerika," kata Direktur Departemen Pengawasan dan Perangi Islamofobia CAIR, Corey Taylor, seperti dilansir dari Guardian, (24/6/2010). Selain politik penuh kebencian itu, dalam beberapa tahun terakhir terlihat sebuah kelompok yang sangat terorganisir yang mensponsori dan mendanai para aktivis anti-Muslim di seluruh negeri.

CAIR mencatat, ada 78 insiden anti-Islam yang terjadi sepanjang 2015 dengan Masjid yang selalu menjadi sasaran, tertinggi sejak pelacakan 2009. Laporan CAIR-UCB ini turut melacak bukti tagihan anti-Islam, yang dikatakan telah sukses menjadi hukum di 10 negara.

Tokoh-tokoh terkemuka dalam gerakan ini adalah Pamela Geller dan Robert Spencer yang telah memimpin perang salib dalam menjelek-jelekkan umat Islam di seluruh negeri dan mengkampanyekan untuk mengecualikan mereka dari kehidupan publik dan menempatkan kaum Muslim Amerika dalam posisi kelima berbahaya dalam negara. Ditambah lagi Donald Trump kandidat Capres dari Partai Republik. 

Dua kelompok yang ada, Center for Security Policy dan David Horowitz Freedom Center, malah telah memberikan penghargaan kepada Jeff Sessions. Ia adalah orang yang mengetuai komite penasihat keamanan nasional, sekaligus wakil presiden yang mungkin akan dipilih oleh Donald Trump.

Satu hal yang sudah jelas bahwa Islamphobia adalah perang melawan Islam. Menyadari bisnis Islamphobia adalah alat yang digunakan oleh AS dan sekutunya untuk membungkam Islam. Secara budaya, AS menggunakan media massa untuk membawa pandangannya dan mengekspor ide-ide Islamphobia kepada dunia Islam. Secara ekonomi, Pemerintah AS berupaya mengeruk habis kekayaan negeri-negeri Muslim. Melalui lembaga keuangan internasional yang bekerjasama dengan agen-agennya penguasa di negara berkembang, mereka membuat kebijakan yang menguntungkan kapitalis.

Selain media, sistem sekolah juga memberikan kontribusi terhadap sikap anti-Islam di AS, karena tidak ada studi yang mengintegrasikan antara Arab atau Muslim Amerika dalam kurikulum. Setiap kali ada serangan teroris yang mereka dengar adalah Islam dan terorisme. Selain itu, film-film Hollywood sering menggambarkan Arab Amerika sebagai penjahat atau teroris. Tidak ada yang menggambarkan mereka sebagai pahlawan atau seseorang yang memberikan kontribusi terhadap masyarakat.

Di 24 negara bagian AS telah ada upaya untuk mensyahkan UU Anti Syariah yang pada dasarnya akan membatasi Muslim untuk mempraktekkan agama mereka sepenuhnya. Undang-undang seperti itu dirancang untuk melawan ancaman yang dirasakan bahwa kaum Muslim merusak konstitusi AS dan akan memberlakukan hukum Syariah.

Yang mengejutkan adalah bahwa para anggota parlemen percaya bahwa mereka bisa mencoba meloloskan UU yang membatasi kebebasan beragama di masyarakat di negara seperti Amerika dan yang lebih mengejutkan adalah tidak ada protes besar dari rakyat Amerika. Mendapatkan izin untuk membangun sebuah lembaga keagamaan Islam dalam beberapa tahun terakhir ini sangat sulit dan keterlaluan dan mendapat tantangan.

Di Amerika Serikat mereka berbicara tentang kebebasan berbicara, kebebasan berekspresi, kebebasan beragama dan namun kami mendapat UU yang menentang pembangunan masjid. Orang-orang berbicara tentang kebebasan berbicara seolah-olah itu hanya nilai-nilai Barat.

AS tahu bahwa ia tidak bisa mengalahkan Dunia Islam dengan cara-cara militer saja. AS berusaha untuk menggunakan segala cara yang mereka bisa lakukan. Itulah watak AS. [VM]



Posting Komentar untuk "Bisnis Islamphobia di Amerika "

close