Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menuju Negeri Tanpa Penindasan


Oleh : Audito Fauzul Hendratama-Mahasiswa UNP Kediri 
(Aktivis Gema Pembebasan kota Kediri)

Bulan Ramadhan sangat baik menjadi momentum yang berharga bagi rakyat. Berbeda dengan rejim yang hanya menjadikan spirit ramadhan yang menjauhkan semangat perjuangan rakyat untuk melawan imperialisme dan kapitalisme. Bagi umat, Ramadhan menjadi kekuatan untuk menyatukan pandangan ide dan tindakan atas perjuangan untuk melawan imperialisme dan kapitalisme. Liberalisasi lewat UU, politik upah murah, PHK dan lapangan kerja terbatas, pendidikan dan kesehatan mahal, penguasaan SDA oleh Asing yang semakin diintensifkan Jokowi-JK, mulai menjadi agenda perjuangan bagi rakyat. 

Dengan demikian, Makna ramadhan menjadi nyawa perjuangan umat Islam yang berjuang atas hak-hak dasarnya yang dirampas oleh imperialisme dan kapitalisme yang ditancapkan AS di negeri ini. Di bawah pemerintahan Jokowi-JK yang semakin mengintensifkan kebijakan neoliberalisasi di Indonesia, menjadi keharusan bagi seluruh gerakan-gerakan Islam untuk menggelorakan perjuangan dan perlawanan. Karena hanya dengan persatuan dan kejelasan visi, perjuangan umat akan menemukan realitas kemenangannya.

Ketidakberdayaan penguasa untuk menolak dikte tuan-tuan AS yang terjadi di negeri-negeri kaum Muslimin menjadikan negeri-negeri ini menjadi sasaran invasi kaum kafir imperialis menggunakan tentara, pakta, berbagai penyesatan dan konspirasi tanpa khawatir apa-apa. Kekosongan politik itu membunuh kawasan tempat kaum Muslimin tinggal. Kekosongan politik akibat tidak diperintahnya umat ini dengan sistem yang terpancar dari akidah umat. Hal itu menyebabkan disintegrasi di dalam tubuh umat, sehingga urusan umat kacau. Wilayahnya pun siap untuk terjadinya kekacauan, kelemahan, dan kehinaan. Itu menjadi satu celah bahkan banyak celah. Maka mudah bagi para penjajah menyerang negeri Islam dan berikutnya negeri Islam diperintah oleh para diktator.

Kenyataannya, Jokowi-JK mengarahkan seluruh rakyat Indonesia untuk menerima skema investasi dan utang luar negeri yang menjadi sandaran utama pembangunan ekonomi Indonesia. Dengan diksi “kerja nyata” tersebut hanyalah berupaya mendorong masyarakat untuk melayani borjuasi-borjuasi internasional khususnya AS, kapitalis-kapitalis komparador. 

Kebijakan Neoliberalisasi Imperialisme AS yang diintensifkan Jokowi-JK dan dikemas dalam Paket kebijakan Ekonomi Jilid I-XII, di sisi lain hanya akan memperparah krisis ke krisis di tengah rakyat. Kemiskinan dan penderitaan hanyalah menjadi hari depan setiap kebijakan Jokowi-JK tersebut. Jadi, Dalih untuk menstimulus ekonomi Indonesia hanyalah memuluskan kepentingan imperialisme AS dan imperialisme untuk semakin menghisap dan menindas rakyat serta melakukan perampokan-perampokan atas kekayaan alam rakyat Indonesia.

Kezaliman ekonomi, sistem kebebasan, ide liberalisme, sekularisme, individualisme, hedonisme dan kehidupan di dunia yang dipandang sebagai kesenangan yang harus dilampiaskan dengan nafsu dan syahwat, semuanya adalah akibat dari sikap meninggalkan hukum-hukum syariah dari realita kehidupan individu, masyarakat dan negara serta akibat dari penerapan undang-undang kufur.

Sesungguhnya kaum kafir penjajah, setelah meninggalkan negeri ini, mengangkat anak-anak negeri ini menjadi penguasa bayaran dan perpanjangan tangan mereka. Lalu para penguasa itu melaksanakan apa saja yang diminta oleh kafir penjajah dengan penuh semangat dan patuh. Kaum kafir itu menjadikan peradaban, sejarah, tsaqafah, kebudayaan dan jalan hidup mereka sebagai model yang wajib diikuti dan ditiru oleh orang yang menginginkan kemajuan dan kemakmuran.

Kaum Muslim tidak akan selamat dari kerusakan sistemnya, pengkhianatan, ketergantungan dan kezalimannya kecuali dengan Khilafah yang dengannya kaum Muslim akan meraih kemuliaan dunia dan akhirat. Kepada Allah-lah semua niat baik kita dikembalikan. [VM]

Posting Komentar untuk "Menuju Negeri Tanpa Penindasan"

close