Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menyongsong Gelombang Baru Kebangkitan Islam


Oleh : Umar Syarifudin – Syabab HTI (Praktisi Politik)

Individualisme sebagai salah satu unsur utama dalam faham liberalisme telah memprioritaskan kebutuhan individu di atas kebutuhan umum dan bahkan menegaskan kepentingan individu. Berdasarkan pemikiran ini, kepentingan pribadi didahulukan dari pada kepentingan masyarakat. Seorang individualis ekstrim yang berada di masyarakat yang dikuasai oleh sistem ekonomi kapitalis menyebabkan renggangnya hubungan sosial dan kekeluargaan, saling menjahui antara satu dan lainnya serta terkucilnya masyarakat dan hilangnya nilai-nilai kemanusiaan dan moral.

Konsumerisme merupakan simbol lain dari ekonomi kapitalis peradaban Barat. Pasca revolusi industri, produksi di Eropa berkembang pesat. Ekonomi kapitalis didasarkan pada produksi massal untuk mendapatkan keuntungan lebih, namun salah satu syarat untuk mencapai volume produksi yang tinggi harus ada konsumsi yang besar. Roger Garaudy, seorang filsuf Perancis mengatakan, konsumsi lebih untuk produksi lebih adalah kebutuhan vital dalam ekonomi saat ini. Ia menambahkan, ekonomi bebas yang diterapkan Barat bukan untuk memenuhi kebutuhan pasar tetapi untuk mewujudkan pasar kebutuhan.

Konsumsi menjadi komponen penting dalam kelanjutan kapitalisme sebab jika tidak ada konsumen maka tidak ada produksi dan tentunya tidak akan ada keuntungan. Dewasa ini konsumsi menjadi peran penting dalam membentuk peradaban Barat tetapi tidak terbatas bahkan tidak ada hubungannya dengan kebutuhan pokok. Alan Thein Durning, seorang penulis Amerika dalam bukunya berjudul "How Much Is Enough?" menulis, banyak orang di masyarakat konsumtif kami merasa bahwa dunia kami yang penuh kenikmatan ini terasa hampa dan ketertarikan kami kepada budaya konsumtif untuk memenuhi kepuasan dengan materi adalah upaya yang sia-sia.

Berdasarkan hasil riset seorang peneliti Amerika Annie Leonard, kecenderungan warga di Amerika untuk mengkonsumsi lebih telah menurun. Salah satu sebabnya adalah meski mereka memiliki komoditi banyak namun mereka tidak mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan hal-hal yang benar-benar membahagiakan mereka seperti keluarga, teman dan waktu luang.

Sebenarnya, peningkatan efisiensi produksi industri harus dapat mengurangi tekanan dalam pekerjaan namun dalam prakteknya tidak demikian. Peningkatan produksi hanya untuk memenuhi kebutuhan palsu yang tidak ada akhirnya. Sebab ketika kebutuhan pokok terpenuhi maka secara alami tuntutan dan kebutuhan baru akan muncul menggatikan kebutuhan pokok. Teoritikus peradaban Barat John Stuart Mill mengatakan, tidak diketahui sampai kapan semua inovatif mobil yang dilakukan hingga saat ini dapat mengurangi penderitaan manusia.

Simbol Krisis dalam sistem kapitalisme terjadi ketika warga Amerika Serikat di September 2011 berkumpul di taman Zuccotti Wall Street, New York, dan meneriakkan slogan "Kami 99 persen". Dengan melihat fakta yang terjadi, tenyata tuntutan pemrotes tidak terbatas pada sistem ekonomi yang diterapkan Amerika, namun mereka menuntut lebih dari itu yaitu mempermasalahkan dasar dari sistem ekonomi kapitalis.

Noam Chomsky, pakar bahasa dan kritikus Amerika dalam bukunya yang berjudul "Occupy" menulis, prestasi utama gerakan Occupy Wall Street adalah melahirkan sebuah komunitas di mana komunitas ini tengah beraktivitas, saling mendukung, dan menjaga satu sama lainnya. Hal ini sangat penting khususnya bagi masyarakat seperti masyarakat Amerika yang cenderung mengucilkan diri dan telah kehilangan solidaritas serta tidak memiliki struktur sosial yang berpihak kepada masyarakat.

Seperti yang kita tahu, dunia saat ini berada dalam krisis politik berkepanjangan yang memungkinkan membentuk ulang tatanan politik yang ada saat ini untuk beberapa dekade mendatang. Taruhannya adalah nasib dua sistem politik yang saling terkait erat dan perlahan-lahan terurai di sisi yang berlawanan di dunia.

Saat ini, percaturan politik tidak lagi didominasi oleh kaum sekularis, namun sebuah gelombang baru kebangkitan Islam dengan cepat mengisi kekosongan ini. Ungkapan yang melambangkan tren Islam saat ini dikatakan oleh Mantan Perdana Menteri Tunisia, Hamadi Jebali, yang menyebut masa kini sebagai “momen ilahi pada sebuah negara baru, dan mudah-mudahan merupakan Masa Kekhalifahan ke-6,”.

Pada saat Amerika sedang berjuang untuk menjaga dirinya dari kemerosotan, nasib dua sistem politik akan berubah untuk selamanya. Dunia kemudian akan kembali kepada model masa pra-1945 yang merupakan dunia multipolar, yang didominasi oleh pusat-pusat pengaruh geopolitik yang berbeda, dengan Kekhalifahan di puncaknya.

Keruntuhan peradaban sekuler Barat di depan mata, terbongkarnya berbagai makar kaum kuffar, maka semua itu tidak lain pengantar bagi kabar gembira yang disampaikan Nabi ash-shâdiq al-amîn (yang benar perkataannya dan dapat dipercaya), yang menyampaikan kabar gembira bahwa setelah runtuhnya pemerintah despotisme (al-hukm al-jabriy) akan datang Khilafah-sistem pemerintahan Islam-yang sesuai dengan metode kenabian. 

Hizbut Tahrir berkomitmen memimpin umat yang akan mengembalikan kekuasaan umat, kemuliaan dan kehormatannya, serta membebaskannya dari perbudakan Barat dan para penguasa zalim boneka kaum kafir. Barat menggunakan cara pergantian wajah penguasa untuk mengelabui kaum Muslim dan untuk menjaga rezim-rezim yang tunduk kepadanya. Telah tampak jelas solusi mendasar bagi permasalahan-permasalahan kaum Muslim bahkan permasalahan seluruh dunia, dan bahwa perubahan yang benar bagi kondisi kaum Muslim, adalah dengan mewujudkan daulah Khilafah yang telah diperintahkan oleh Allah SWT. Khilafah adalah satu-satunya sistem yang mampu mendatangkan kebahagiaan, keadilan dan rahmat bagi umat manusia seluruhnya. [VM]

Posting Komentar untuk "Menyongsong Gelombang Baru Kebangkitan Islam "

close