Meraih Kemenangan Hakiki
Oleh : Fauzi Ihsan Jabir (Div. KPL BKLDK Kota Bandung)
“Sampai sekarang umat yang mulia ini adalah korban tak berdaya dari predator-predator penguasa Kufar yang dibiarkan eksis oleh sistem dunia yang diskriminatif terhadap Umat Islam. Mereka juga telah diabaikan oleh para penguasa boneka Muslim -sisa-sisa kolonial dari negara Kapitalis Barat- yang diaborsi rasa kemanusiaannya oleh sistem dunia hari ini yang memuja sekulerisme dan Kapitalisme”. Kata Ustadz Umar Syarifudin (Lajnah Siyasiyah DPD HTI Kota Kediri)
Tak terasa Ramadhan sudah menemui penghujungnya, bulan yang penuh keberkahan, bulan ketika pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup. Ketika syetan dibelenggu, ketika amalan dilipatgandakan serta bulan yang penuh rahmat dan ampunan Allah akan meninggalkan kita satu tahun kedepan. Umat muslim bersedih...Dari jabir R.A, Rasulullah SAW bersabda, ”Di malam terakhir Ramadhan, menangislah tujuh petala langit dan tujuh petala bumi dan para malaikat, karena akan berlalunya ramadhan, dan juga keistimewaannya. Ini merupakan musibah bagi umatku.” Kemudian ada seorang sahabat bertanya,”Apakah musibah itu,ya Rasulullah?”.”Dalam bulan itu segala doa mustajab, sedekah makbul, segala kebajikan digandakan pahalanya, dan siksa kubur terkecuali, maka apakah musibah yang terlebih besar apabila semuanya itu sudah berlalu?”.
Umat muslim pun bersedih, disamping itu banyak pula yang berbahagia karena hari kemenangan segera tiba. Gegap gempita persiapan bahan makanan pokok dan daging sudah direncanakan. Baju dan sepatu baru sudah dibeli dan disusun rapi. Sanak saudara mulai berdatangan, kue-kue siap menyambut tetangga-tetangga. Ketupat dan opor ayam khas indonesia juga sudah siap untuk diramu atau yang mudik siap menyusun perbekalan untuk shafari kemacetan. Ingin rasanya segera menyambut hari kemenangan untuk lahir kembali dalam keadaan suci.
Di saat kita bergembira, di sisi yang sama ada banyak saudara kita sangat susah untuk menyambut datangnya hari kemenangan dengan penuh kegembiraan. Untuk memenuhi hajatul udhowwiyah-nya saja susah apalagi untuk memakai baju baru sepatu baru di hari kemenangan. Saudara kita tetap diburu dan diteror oleh Negara adidaya dan Rezim khianat, tak luput juga dibunuhi dan disembelih. Setidaknya 224 orang tewas di Suriah dalam minggu pertama Ramadhan, dimana sebagian besar korban tewas akibat pemboman oleh pesawat-pesawat tempur Suriah dan Rusia, termasuk di dalamnya 50 anak-anak dan 15 wanita tewas saat helikopter menjatuhkan bom barel. Myanmar menjadi ladang empuk bagi kaum budha radikal untuk menggenosida minoritas muslim, tak jarang di bulan Ramadhan minoritas muslim rohingya tidak diperkenankan puasa bahkan dipaksa untuk berbuka. Palestina tetap seperti biasa terus dibohongi dan dijajah oleh yahudi, anak-anak diculik wanita-wanita diperkosa di dalam penjara. Afrika, umat muslim disuruh sembelih saudaranya sendiri, dibantai di depan umum hal yang wajar bagi mayoritas. Cina, pelarangan berpuasa jelas bahkan di umumkan oleh pemerintah yang katanya ingin menjunjung hak asasi manusia. Muslim Uighur menjadi sasaran pembunuhan dan dijadikan kaming hitam sebagai teroris Cina.
Diriwayatkan dari Thauban R.A., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Setelah aku wafat, setelah lama aku tinggalkan, umat Islam akan lemah. Di atas kelemahan itu orang kafir akan menindas mereka bagai orang yang menghadapi piring dan mengajak orang lain makan bersama.” Maka para sahabat r.a. pun bertanya,”Apakah ketika itu umat Islam telah lemah dan musuh sangat kuat?” Sabda Baginda SAW: ”Bahkan saat itu mereka lebih ramai tetapi tidak berguna, tidak berarti dan tidak menakutkan musuh. Mereka adalah ibarat buih di laut.” Sahabat bertanya lagi,”Mengapa seramai itu tetapi seperti buih di laut?” Jawab Rasulullah SAW,”Karena ada dua penyakit, yaitu mereka ditimpa penyakit al-Wahn.” Sahabat bertanya lagi,”Apakah itu al-Wahn?” Rasulullah SAW bersabda: “Cintakan dunia dan takut akan kematian.”
Fakta nyata di hadapan kita bahwa satu setengah milyar lebih penduduk bumi adalah muslim. Tamparan keras bagi kita saat ini, saudara kita masih banyak hidup dalam garis hidup dan mati. Begitu banyak umat terjebak dalam penyakit Wahn, gemerlapnya dunia sangat memekakan mata dikejar terus tak kenal lelah hingga tiada habisnya. Oh Idul Fitri apakah benar kami akan menuai kemenangan di bulan Ramadhan ini namun syariat masih diabaikan?. Akankah kami kembali suci saat melihat darah saudara kami tertumpah dimana-mana sedang kami tak bergerak dan mendoakan keselamatan baginya?
Kampanye hipokrit HAM oleh negara-negara Barat hanyalah omong kosong bagi ummat Muhammad Saw. Standar “kemanusiaan” Barat hanyalah alat untuk mengontrol Dunia Islam. Sangat jelas bahwa kaum Muslimin telah menjadi korban serta target dari berbagai bentuk penindasan negara-negara kafir dan kroni-kroninya, praktik pembantaian dan penindasan di Myanmar, Gaza, Suriah, Afrika Tengah, Xinjiang, Pattani, Mindanao, adalah bukti yang tidak terbantahkan!
Karena itu, dalam momentum Idul Fitri ini, yang berarti kembali ke fitrah, sudah selayaknya kaum Muslim segera kembali menerapkan semua aturan-aturan Islam (syariah)—yang memang sesuai dengan fitrah manusia—dalam semua aspek kehidupan. Sebaliknya, sudah selayaknya kaum Muslim segera meninggalkan berbagai aturan kufur yang berasal dari sekularisme, yang nyata-nyata bertentangan dengan fitrah manusia, dan terbukti banyak menyengsarakan umat manusia.
Di titik cerah ini, mari berjuang bersama dengan seluruh upaya anda, untuk mengembalikan cahaya kemuliaan dari Khilafah – sistem Allah (Swt) di negeri-negeri Muslim dengan cara meyakinkan keluarga, rekan sejawat, dan jaringan yang anda miliki tentang kebutuhan darurat akan kembalinya negara ini, sehingga rahmat hukum-hukumnya akan sekali lagi memberkati umat ini, dan menyinari dunia sebagai mercusuar keadilan bagi umat manusia. [VM]
Posting Komentar untuk "Meraih Kemenangan Hakiki"