Penerapan Islam Kaffah, Kunci Keberhasilan Pendidikan


Pendidikan merupakan salah satu poros utama dalam kehidupan. Dari skala terkecil yakni pendidikan keluarga, hingga tataran sistem pendidikan yang diemban suatu negara. Tentu dengan sebuah harapan, dari pendidikan tersebut akan lahir generasi yang mampu melanjutkan kehidupan lebih baik dari generasi sebelumnya.

Pada Juni 2015, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia mengumumkan 50%  mahasiswa yang diterima di PTN akan diseleksi dari jalur SNMPTN.  Selanjutnya pada tahun 2016 presentase kuota mahasiswa dari jalur SNMPTN dipangkas menjadi 35%. Walhasil bagi calon mahasiswa belum beruntung dalam seleksi SNMPTN dan SBMPTN tentu tidak ada jalan lain kecuali salah satunya mengikuti tes jalur mandiri yang biayanya berkali lipat lebih mahal.

Selain itu, pendidikan saat ini membebani dengan beragam mata ajar yang menuntut peserta didik lulus  sesuai standar nilai yang ditentukan. Baik buruknya peserta didik hanya ditentukan oleh prestasi akademiknya di sekolah.  Tak heran beberapa dari mereka telah terbiasa mencontek bahkan dengan sengaja membeli kunci jawaban demi memperoleh ijazah dengan nilai yang memenuhi. Sedangkan, nilai-nilai keislaman dan akidah semakin terjauhkan dan menjadi salah satu yang seringkali luput dari pengajaran. Hal tersebut dibuktikan dengan  minimnya jam pelajaran agama di sekolah umum.

Jika memutar kembali waktu, Peradaban Islam mulai memperkenalkan sekolah sejak abad kelima Hijriyah. Saat itu banyak sekolah membangun perpustakaan, para murid belajar gratis, khususnya murid-murid yang tidak mampu. Sekolah juga memberi kebutuhan dan nafkah yang mencukupi bagi seluruh siswanya. Sehingga pendidikan layak menjadi hak dari setiap orang. Setiap  cabang ilmu dan pengajaran dibangun atas akidah dan keimanan yang kuat. Intinya bahwa menuntut ilmu merupakan sebuah kewajiban bagi setiap muslim yang akan menjadi wasilah semakin dekat dengan Rabbnya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa para ahli pada saat ini mendapati berbagai macam ilmu pengetahuan (sciense) dan tekhnologi kekinian diantaranya alat transportasi. Semua itu adalah hasil sumbangsih yang diciptakan para pakar kaum muslimin dalam karya-karya mereka. Salah satunya Taqiyyuddin bin makruf Ar-Rashid Ad-Damaskusi yang hidup pada abad ke 10 Hijriyah. Ia adalah salah seorang ahli tekhnik yang menakjubkan dalam Islam. Dialah pengarang buku “Thariqu Saniyah fi Alat Ruhaniyah”.  Di dalam bukunya ia menjelaskan berbagai macam alat mekanik yang digunakan sebagai alat transportasi uap.

Sesungguhnya mahalnya biaya pendidikan menjadi sebuah indikasi, bahwa pendidikan  telah menjadi salah satu lahan menggiurkan untuk diperjual belikan.  Kapitalisasi pendidikan tidak lepas dari dampak yang ditimbulkan dari penerapan system yang hanya berpihak pada pemilik modal. Sedang mata pelajaran yang semakin beragam menjadi alat untuk me-nina bobokan generasi agar terbelokkan dan lupa akan kondisi ummat Islam yang masih jauh dari kebangkitan hakiki. Tanpa disadari, sekolah pun menjadi tempat untuk menggerus pemikiran yang islami dan menggantinya menjadi pemikiran yang liberal dan sekuler.

Kegemilangan pendidikan yang terjadi dalam peradaban Islam telah menjadi bukti, betapa penerapan Islam yang menyeluruh hingga tataran negara mampu menghantarkan keberhasilan sistem pendidikan. Dengan mencetak ilmuwan muslim yang memiliki kontribusi besar bagi kemajuan teknologi dunia. Tanpa mengesampingkan penanaman akidah dan keislaman yang menjadi pondasi keilmuan mereka. Tidakkah kita merindu suasana menuntut ilmu yang dibangun atas dasar akidah dan keimanan pada Allah ? Tujuan pendidikan seperti itu hanya bisa diwujudkan dengan sistem Islam kaffah yang tegak dibawah naungan Khilafah Islamiyah ‘alla Minhajin Nubuwwah. Wallahu ‘alam bis shawab. [VM]

Pengirim : Khairun Nisa’ D.N.R. (Mahasiswi  Universitas Airlangga Surabaya)

Posting Komentar untuk "Penerapan Islam Kaffah, Kunci Keberhasilan Pendidikan"