Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dilema Dipermainkan Politik Demokrasi


Oleh : Nuril Huda 
(Departemen Politik HTI Surabaya)

Mempunyai sosok pemimpin amanah, bijaksana dan mampu menyelesaikan problematika umat selalu menjadi harapan semua rakyat. Berbagai upaya sudah dilakukan untuk memilih sosok yang pantas, namun begitu banyaknya problematika, ternyata para pemimpin terlihat belum mampu mencarikan solusi terbaik. Banyak kebijakan yang diambil justru tidak memihak kepada rakyat.

Selama ini rakyat terus disuguhi ajang perpolitikan menjemukan, seakan memberi harapan besar diawal. Sayangnya selalu berujung pada kekecewaan. Rakyatpun akhirnya menjadi apatis dan tidak lagi perduli siapa yang akan memimpin. Sebab siapapun yang terpilih memimpin yang dirasakan sama saja. Bukannya kondisi makin baik akan tetapi setiap harinya malah semakin membuat rakyat susah.

Dari Waktu ke Waktu

Sebagai contoh pemilihan gubernur DKI pada periode sebelumnya. Saat itu nama-nama yang cukup tenar bertarung maju dalam pilgug DKI. Kemudian terpilihlah pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memimpin DKI. Belum genap 5 tahun memimpin, ternyata Joko Widodo kemudian dipromosikan menjadi Calon Presiden pada pilpres 2014, karena digadang-gadang mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik, prestatif dan cekatan. Penuh kesederhanaan dalam memimpin, dan Joko Widodo berhasil terpilih menjadi RI1.

Belum hilang dalam ingatan rentetan skenario politik dalam Pilgub DKI 2012, rakyat kini kembali disuguhi hal serupa. Pilgub DKI masih Februari 2017, namun partai-partai politik sudah mulai disibukkan memilih dan memilah nama-nama yang akan dipinang menjadi calon gubernur DKI. Sudah beberapa nama yang akhirnya mencuat dan kembali digadang-gadang akan mampu menata Jakarta menjadi lebih baik. Diantara nama yang banyak diperbincangkan adalah, Yusril Izha Mahendra, Sandiago Uno, Tri Rismaharini, juga Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan beberapa nama lagi yang lainnya, akan bertarung dalam pilgub DKI.

Partai-partai pun siap berkoalisi demi mendapatkan kemenangan di pilgub yang dilaksanakan serentak nanti, termasuk didalamnya pilgub DKI. Meski memang belum secara resmi mengumumkan siapa nama yang akan diusung dalam pilgub tersebut, namun upaya dalam menggalang dukungan rakyat sudah mulai terlihat. Seakan melupakan tujuan utamanya yakni mengayomi, melindungi dan mensejahterakan rakyatnya, terlihat para elit politik justru lebih asyik berkompetisi menjadi pemenang dan pemegang kekuasaan.

Demokrasi Bedebah

Memang dalam sistem demokrasi kapitalis saat ini, pada umumnya manusia akan didorong untuk mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya. Tidak hanya untuk kebutuhan semata, dorongan ini berkembang menjadi sebuah kompetisi untuk dapat memperoleh materi atau keuntungan pribadi sebanyak yang mampu diperolehnya. Hal ini akhirnya melahirkan manusia yang individualis, serakah dan tidak lagi perduli dengan urusan keumatan.

Hal yang paling ditakutkan adalah saat pemimpin-pemimpin kita, justru mengadopsi sistem tersebut dalam melaksanakan amanahnya sebagai pengurus umat. Kepemimpinan tidak lagi dijadikan sebagai sarana pengurusan umat, tapi malah layaknya sebuah bisnis. Antara pemimpin dan rakyat selalu hitung-hitungan untung dan rugi. hal ini terlihat dari bagaimana pemerintah justru berusaha menarik pajak sebanyak-banyaknya dari rakyat, sementara rakyat yang sudah susah, akhirnya harus taat karena sistem yang ada mengharuskan mereka membayar kepada negara.

Disisi lain rakyat yang selama ini disuguhi ajang perpolitikan seperti itu, berpikir seakan tidak punya opsi lain. Kondisi tersebut seakan sudah baku dan tidak bisa dirubah lagi, "Mau bagaimana lagi memang kondisinya sudah begini kita sebagai rakyat bisa apa?" Mungkin sebagian besar rakyat memang berpikir demikian karena saking bosannya disuguhi drama politik yang terjadi, dan akhirnya pasrah meskipun seringkali mereka merasakan adanya ketidakadilan.

Politik Islam Bukan Mimpi

Berbeda dengan apa yang di suguhkan demokrasi kapitalis, islam yang selama ini dianggap sebatas agama ritual ibadah saja justru pernah menjadi sebuah sistem yang adil dan mampu melakukan kepengurusan umat dengan begitu gemilang. Ini terjadi saat dahulu islam ditegakkan berdampingan dengan kekuasaan negara. Syariah Islam digunakan sebagai aturan dalam menjalankan kepemimpinan.

Kini sudah saatnya umat sadar akan adanya solusi lain selain demokrasi kapitalisme yang selama ini justru menipu dan menyengsarakan. Yakni mengambil Islam secara keseluruhan, melaksanakan syariah yang telah Allah turunkan, dalam sebuah sistem negara Khilafah sebagaimana yang telah Rasulullah dan para sahabat contohkan. [VM]

Posting Komentar untuk "Dilema Dipermainkan Politik Demokrasi"

close