Merdeka dari Sistem Penjajah


Oleh: Aqiilah Zahra 
(Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia)

Di bulan Agustus ini kita tentu bersyukur bahwa penjajahan fisik yang dilakukan penjajah seperti pada periode sebelum kemerdekaan telah hilang. Kita tidak lagi melihat rakyat ditembak mati atau kerja rodi. Perjuangan para pahlawanpun-yang didominasi para ulama dan santri- tak sia-sia hingga tahun 1945 Indonesia bisa lepas dari penjajahan (fisik). Namun lagi-lagi kita harus merenungi kembali setiap bulan Agustus, benarkah negri ini benar-benar lepas dari penjajahan?

Mudah sebenarnya mendefinisikan apa itu kemerdekaan, yakni  bebas dari penghambaan, penjajahan dan sebagainya (menurut kamus besar bahasa Indonesia). Jika melihat definisi tersebut, tentu saan ini Indonesia belum masuk ke dalam kategori merdeka. Kenapa? Karena Indonesia saat ini tidak benar-benar lepas dari yang namanya “penghambaan”. Ya, saat ini Indonesia menghamba pada sesuatu. Sesuatu yang berdampak tak jauh berbeda parahnya dengan penjajahan fisik. Banyak rakyat kelaparan karena kemiskinan, kebodohan karena mahalnya pendidikan, sulitnya mendapat akses kesehatan murah (meski sudah ada BPJS), dst.

Kita tak akan lupa, karena sudah menjadi rahasia umum bahwa sumberdaya alam Indonesia dikuasai negara asing, bukan negara Indonesia kecuali segelintir saja. Negara asing dengan mudahnya bercokol menyantap kekayaan negri Indonesia, seperti perusaahan Freeport, exxon mobile, dan berbagai nama lainnya. Bahkan tak segan-segan seorang pejabat tinggi yang sangat dekat dengan pucuk pimpinan negeri ini terus terang menyampaikan, bagi AS, pengelolaan tambang emas di Papua oleh PT Freeport adalah harga mati. AS mengancam, bila Indonesia berani mengutak-utik soal ini, tak segan mereka bakal ambil tindakan keras. Di antaranya mendorong kemerdekaan wilayah Papua. Itu tidak sulit dilakukan. Dalam waktu singkat 3000 pasukan AS di Darwin dengan mudah diterbangkan ke Papua, dan Armada 7 di Samudera Pasific juga dengan cepat bisa segera merapat. Lepaslah Papua. Merdeka. Padahal, jelas-jelas mereka sudah melanggar UU minerba yang mengharuskan membangun smelter, perusahaan Amerika ini tetap diberikan izin ekspor. Terakhir , berdasarkan rekomendasi ekspor dari Kementerian ESDM  perusahaan ini diberikan kuota ekspor sebesar 775 ribu ton konsentrat selama periode akhir Juli 2015 hingga akhir Januari 2016. Betapa lemah penguasa di negeri ini.

Belum lagi kedaulatan pangan negeri ini yang selalu diotak atik oleh kartel (yang ada hubungannya dengan perusahaan asing), harga pangan ditetapkan oleh mereka agar mendapatkan untung, sedang petani tetap buntung. Padahal, Indonesia merupakan negara agraris dengan tingkat keanekaragaman hayati, termasuk pangan yang berlimpah. Titik masalahnya ada pada politik atau kebijakan dari pemerintah. Dan politik ekonomi pertanian itu adalah persoalan distribusi. Sementara yang menguasai distribusi pangan kita, termasuk menjadi pengendali harga di tingkat produsen atau pasar, selama ini adalah para pemodal tadi.

Inilah yang disebut dengan penjajahan gaya baru atau penghambaan gaya baru. Indonesia dibuat tak berdaya bukan dengan penjajahan fisik tapi dengan sistem penjajah. Penguasa Indonesia sebagian besar hadir sebagai pelayan-pelayan asing bukan untuk melayani rakyatnya sendiri.

Oleh karna itu, tidak ada cara lain, bagi bangsa Indonesia, agar benar-benar merdeka, kecuali kembali ke jalan Islam.  Kita harus memperjuangkan agar lepas dari sistem penjajah, seperti perjuangannya para ualama dan santri terdahulu yang berjuang agar Indonesia terlepas dari penjajahan dengan berlandaskan Islam. Kita hanya bisa benar-benar lepas dari penjajahan, jika kita kembali menerapkan syariah Islam secara kaffah dan mencampakkan sistem kufur kapitalisme yang menjadi pangkal penjajahan.

Apa yang disampaikan sahabat Nabi SAW, Saad bin Abi Waqqas saat berialog dengan panglima tentara Persia, Rustum, jelang Perang al-Qadhisiyah pantas kita perhatikan dan renungkan. Merdeka yang sebenarnya  adalah bila kita bisa benar-benar menghamba pada Tuhan manusia (Rabb an-nâs) dalam seluruh aspek kehidupan (kaffah). Hal ini dikarenakan kita diciptakan oleh Allah SWT sebagai manusia merdeka memang dengan misi utama semata untuk menghamba kepada-Nya. Allahu Akbar. [az][VM]

Posting Komentar untuk "Merdeka dari Sistem Penjajah"