Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mereka yang Dirampas Haknya…


Oleh : Ainun Dawaun Nufus 
(Muslimah HTI Kab. Kediri)

Kapitalisme memiliki andil besar menciptakan masyarakat yang egois dan eksploitatif terhadap orang banyak. Ini karena peradaban Kapitalisme tegak di atas tiga sistem nilai dasar:

1.     Sekulerisme, sebagai asas/ landasan hidup.
2.     Pragmatisme, sebagai konsep kehidupan yang berjalan karena kemanfaatan. 
3.     Hedonisme, sebagai makna kebahagiaan, yakni kepuasan materi individu (hedonisme).

Tiga nilai mendasar ini berperan membentuk identitas masyarakat kapitalis yang materialistik. Perluasaan kekuasaan Kapitalisme di negeri-negeri Muslim, terutama akibat globalisasi dan ekspansi pasar, telah mensosialisasikan nilai-nilai tersebut ke dalam kehidupan masyarakat. 

Tata niaga global yang kapitalistik telah terbukti menghasilkan kerusakan karena berbasis liberalisme ekonomi. Yakni mendorong setiap pelaku usaha –individu maupun korporat- untuk mencapai keuntungan tertinggi dengan cara apapun, tanpa peduli membahayakan publik.  Juga memberi kebebasan produksi apa pun  dan mendistribusikan kemanapun tanpa hambatan pajak dan tarif. 
Kemiskinan yang sangat menyedihkan yang kita lihat di Indonesia dan dunia Muslim saat ini adalah akibat langsung dari kecacatan dan ketidakadilan pengelolaan ekonomi, kekayaan, dan sumber daya lahan oleh sistem buatan manusia, dan terutama oleh sistem kapitalis yang merugikan dan ekonomi pasar bebas. Kebebasan kepemilikan, kebijakan pasar bebas, dan model keuangan kapitalisme berbasis bunga mengakibatkan kekayaan terkonsentrasi di tangan segelintir elit sementara masyarakat kelaparan dan miskin.

Dilegalkannya investasi asing melalui UU Penanaman Modal No. 25/2007 pintu investasi asing dibuka selebar-lebarnya, kepemilikan asing atas usaha di dalam negeri dan bidang usaha untuk investasi asing tidak boleh dibatasi, hampir seluruh sektor ekonomi seperti pertanian, pertambangan, migas, keuangan dan perbankkan boleh dikuasai oleh modal asing secara mayoritas bahkan hingga 95 %. Akibatnya, perekonomian negeri ini sebagian besar dikuasai asing. Asing menguasai sebagian besar industri migas, perbankan, manufaktur, dsb. Bahkan banyak perusahaan dalam negeri akhirnya dikuasai asing.

Sebagian besar kebutuhan hidup di negeri ini dikuasai asing. Mulai air minum dalam kemasan dari Pure Life Nestle perusahaan Swiss dan Aqua yang dikuasai Danone Perancis; kecap Cap Bango dan Teh Sariwangi dimiliki Unilever Inggris; Susu SGM milik Sari Husada 82% sahamnya dikuasai Numico Belanda; sabun Lux, Pepsodent dan aneka shampo dikuasai Unilever, Inggris. Beras impor dari Thailand dan Vietnam, gula impor dari Meksiko dan India. Motor/mobil dari perusahaan Jepang, Cina, India, Eropa atau Amerika. Segala macam peralatan elektronik, komputer, ponsel buatan perusahaan Jepang, Korea, atau Cina. Operator telepon mayoritas dikuasai asing baik Indosat, XL, Telkomsel. Belanja? Carrefour punya Perancis, Alfamart 75% sahamnya punya Carrefour; Giant dan Hero dikuasai Dairy Farm International, Circle K dari Amerika dan Lotte dari Korsel. Beberapa Bank (BCA, Danamon, BII, dan Bank Niaga) sudah milik asing meski namanya masih Indonesia. Bangun rumah pakai semen: Tiga Roda Indocement milik Heidelberg, Jerman (61,70%), Semen Gresik milik Cemex Meksiko dan Semen Cibinong milik Holcim (Swiss).

Rezim perdagangan bebas juga telah memaksa negeri-negeri Muslim menerapkan sistem pasar kerja bebas yang meniscayakan para Kapitalis bisa membeli tenaga kerja buruh semurah dan sebanyak mungkin di pasar tenaga kerja tanpa campur tangan negara dalam menjamin perlindungan dan kesejahteraan kaum buruh.

Gerakan eksploitasi perempuan secara sistemik yang didesain oleh rezim pasar bebas Kapitalis ini sungguh telah menghisap habis potensi ekonomi perempuan dan memaksa mereka meninggalkan peran keibuan terhadap jutaan anak-anak mereka. Ideologi Kapitalisme dengan rezim pasar bebasnya telah mengobarkan perang pada peran keibuan kaum perempuan. Tercatat lebih dari 90% buruh di pabrik-pabrik Jakarta adalah perempuan dan mayoritas dari mereka tidak mendapatkan hak untuk menyusui, akibatnya bayi-bayi buruh tersebut menderita gizi buruk, sungguh menyedihkan.

Terampasnya hak dan kewajiban sebagai ibu ini semakin komplit dengan adanya hegemoni nilai-nilai Barat yang kian merasuki keluarga Muslim di negeri-negeri Islam. Peran sebagai Ibu dan pengatur rumah tangga tidak lagi dianggap sebagai peran mulia yang bergengsi, karena tidak menguntungkan secara finansial. Kapitalisme yang tak henti-hentinya mendorong pencapaian keuntungan ekonomi, telah menempatkan pekerjaan diatas fungsi keibuan, merusak peran vital perempuan.

Semua ini adalah puncak gunung es. Dan yang terburuk dari semua itu adalah memaksa kaum Muslim untuk hidup dalam pelukan hukum kufur, dimana mereka bukan hanya tidak percaya, namun hukum itu sangat bertentangan dengan akidah mereka. Sehingga dengan semua itu, mereka dijauhkan dan diasingkan dari agama mereka, baik dalam bidang politik atau sosial, bahkan dalam urusan mereka yang paling pribadi.

Dan untuk menyelamatkan kaum Muslim dari realitas kehinaan, kekalahan, kemunduran dan ketergantungan dengan asing, maka tidak ada keraguan lagi tentang keharusan mendirikan kembali negara Khilafah seperti sebelumnya. Semua tahu bahwa, mendirikan Khilafah ini adalah perintah Allah dan kabar gembira dari Rasul-Nya. [VM]

Posting Komentar untuk "Mereka yang Dirampas Haknya…"

close