Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pertarungan Imperialis Cina dan Amerika Serikat


Oleh: Sri Nurhayati, S.Pd.i
(Pengisi Keputrian SMAT Krida Nusantara)

Sejak reformasinya, Cina mengalami perkembangan yang pesat. Setelah mengalami masa transformasi dari ekonomi sosialisme ke ekonomi kapitalisme, Cina mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Sehak tahun 1950 – 2013, Negara tersebut tumbuh rata-rata 10% pendorong utama pertumbuhan yang sangat pesat di negeri ini. Bahkan tidak hanya dalam bidang ekonomi saja dalam bidang antariksa pun Cina mengalami perkembangan. Kendati tertinggal, Cina menandai pergerakan bangsa Asia menaklukkan luar angkasa.

Geliat Cina dan Keresahan AS

Perkembangan Cina dalam kancah perekonomian dunia tidak bisa diragukan lagi. Daya tarik investasi yang tinggi dan keunggulan dalam perdagangan luar negeri, menjadikan Negara ini meraup surplus devisa yang besar tiap tahunnya. Hingga September 2015, cadangan devisanya mencapai US$ 3,5 Triliun. Cadangan devisa ini, menjadi odal yang cukup besar untuk Cina dalam membangun kekuatan politik dan ekonomi. Salah satu strategi yang dilakukan oleh negeri Tirai Bambu ini adalah melakukan ekspansi intervensi di berbagai Negara. Cina secara aktif melakukan investasi dan melakukan pinjaman terutama ke Negara berkembang yang kaya Sumber Daya Alam (SDA), SEPERTI Afrika, Amerika Latin, dan Asia.

Geliat perkembangan Cina bahkan tak hanya dalam bidang ekonomi saja, dalam bidang persaingan antariksa pun Cina menunjukan ambisinya untuk menyaingi Amerika Serikat. Cina memang sudah tertinggal jauh disbanding AS dan Rusia. Namun seiring waktu berjalan, Cina menandai pergerakan menaklukkan luar angkasa. Kini Cina menjadi bangsa Asia yang telah memasuki langkah baru menjelajah luar angkasa.

Menurut pengusaha antariksa komersial Robert Bigelow, mengatakan permainan “monopoli tata surya” segera terjadi, Amerika Serikat khawatir mereka akan kalah karena Cina berambisi menguasai bulan. Bigelow meyakini Cina punya motivasi dan kemampuan memenangkan pertarungan antariksa ini. Mereka bisa melakukan klaim kepemilikan bulan. Menurut Bigelow, hokum internasional dapat memperbolehkan Negara untuk membuat klaim seperti itu. Memiliki bulan akan menjadi keuntungan finansial dan prestise internasional. 

Bulan menyimpan kandungan sumber berharga seperti air dan helium-3. Sumber daya alam ini dapat dimanfaatkan untuk fusi nuklir sebagai bahan bakar masa depan. Bahkan menurut Bigelow, tidak ada yang tidak bisa dilakukan Cina untuk 15 tahun mendatang. Karena Cina memiliki factor untuk menjadi ancaman baru di dunia bisnis antariksa. Negara ini memiliki pertumbuhan teknologi yang cepat dan kondisi finansial yang mendukung. 

Kekhawatiran Bigelow terhadap kekalahan AS dari Cina beralasan. Karena pada tahun 2011 lalu, 10% uang AS dianggarkan untuk perang di Irak dan Afganistan, dan keputusan ini menjauhkan target eksploitasi Mars. Bahkan bukan hanya pengusaha antariksa AS yang khawatir akan misi ini, agensi intelejen AS juga ketar-ketir. Mereka khawatir ambisi Cina akan mengarah pada teknologi yang bisa menghancurkan satelit AS. (viva.co.id).

Indonesia Lahan Empuk Pertarungan Cina dan AS

Indonesia sebagai salah satu Negara yang memiliki SDA yang berlimpah, menjadi daya pikat bagi para imperialis seperti AS dan Cina. Keduanya berusaha untuk dapat menancapkan kekuasaannya di negeri ini.

Pengaruh Cina di Indoneisa mendominasi dalam dua bidang, yaitu infrastruktur dan perdagangan. Dalam pembangunan infrastruktur, Indonesia memang didominasi oleh Investasi Cina, sebut saja proyek-proyek besar seperti proyek pembangkit tenaga listrik 35.000 mega watt dan kereta cepat Bandung-Jakarta, pembangunannya dilakukan oelh perusahaan Cina.

Sedangkan dominasi AS di Indonesia, ada pada bidang pasar keuangan dan pertambangan minerba dan migas. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya sumber-sumber kekayaan alam negeri ini dikuasai oleh AS, seperti Freeport yang telah mengeruk emas di Papua.

Pertarungan kepentingan kepentingan Cina dan AS tampak jelas pada kebijakan pemerintah. Yaitu pada Reshuffle (perombakan) cabinet pada 27 Juli 2016 kemarin. Selama pemerintahan jokowi kepentingan Ciana lebih dieprhatikan. Adapun AS merasa kepentingannya kurang diperhatikan. Untuk memenuhi kepentingan keduanya pemerintah telah menempatkan sosok-sosok yang mewakili kepentingan mereka masing-masing. 

Untuk memenuhi kepentingan Cina, terwakili dengan adanya sosok Rini Soemarno sebagai menteri BUMN. Melaluinya utang dari Cina telah disalurkan melalui BUMN. Begitu juga proyek-proyek infrastruktur yang dibiayai dengan utang dari Cina banyak yang dikerjakan oleh BUMN. 

Adapun untuk kepentingan AS terwakili oleh sosok Sri Mulyani (SM). Melalui sososk SM dianggap bisa menarik investasi, khususnya hot money (uang panas). Adanya reshuffle ini, kepentingan Cina dan AS sama-sama terpenuhi, keduanya bisa membawa modal dalam bentuk hot money dan utang yang bisa membuat indicator makro terlihat baik.

Namun jika kita analisis, sesungguhnya hal ini menyimpan bahaya bagi Indonesia. Masuknya modal dalam bentuk hot money bisa menguap kapan saja. Utang dari Cina tidak menciptakan lapangan kerja di dalam negeri. Hal ini karena banyaknya tenaga kerja Cina yang masuk ke Indonesia saat pembangunan proyek infrastruktur di negeri ini.

Adapun kembalinya sosok SM, akan membuat negeri ini semakin liberal. Bahkan SM yang telah membuat perekonomian negeri ini bercorak neoliberal. Saat menjadi menteri keuangan dulu, SM telah mengeluarkan sejumalah kebijakan seperti pengurangan/penghapusan subsidi, liberalisasi sektor keuangan, liberalisasi investasi, peningkatan pajak baik jenis maupun besarannya dan memperbesar utang terutama melalui Surat Utang Negara (SUN).

Pertarungan Gaya Baru antara Dua Ideologi 

Usai perang dunia II, Ideologi sosialisme-komunisme yang diwakili Uni Sovyet runtuh oelh kekuatan AS dan sekutunya, disaat itu lah ideologi kapitalisme maju sebagai penguasa dunia sampai saat ini. Namun runtuhnya ideologi Sosialisme ini bukan berarti geliatnya sudah tidak ada. Ketika Cina yang dikenal sebagai Negara yang berasaskan ideologi sosialisme-komunisme, muncul dengan kekuatan baru dan bisa mempengaruhi kebijakan ekonomi global, yang tentunya akan mengusik Amerika.  

Geliat kebangkitan ideologi ini, menjadikan perebutan kekuasaan Cina dan AS di kawasan Fasifik adalah sesuatu yang tak bisa terelakan lagi. Indonesia sebagai Negara terkaya secara SDA, menjadi lahan pertarungan untuk perebutan pengaruh ideologi-ideologi ini.

Dulu pertarungan kedua ideologi ini dulu melalui adu kekuatan senjata, yaitu melali perang fisik. Namun saat ini pertarungannya dengan gaya baru. Melalui kekuatan politik atau ekonomi mereka masing-masing. Memang pertarungan gaya baru ini tampak tidak ada pengaruhnya terhadapa negeri ini. Padahal sesungguhnya hal ini dapat dirasakan secara langsung melalui kebijakan-kebijakan yang ditetapkan pemerintah.

Selamatkan Indonesia dengan Syariah dan Khilafah

Penerapan kapitalisme di negeri ini telah menjadikan apa yang menjadi milik umat tidak bisa dinikmati oleh umat, karena semuanya telah dikuasai swasta bahkan asing. Hal ini yang membuka masuknya para imperialis dalam menguasai mengeruk kekayaan negeri ini. Berbeda halnya dengan Islam, dalam mengola apa yang menjadi milik umat, Islam memiliki aturan yang sangat jelas. Hal ini ditegaskan dalam hadits yang disabdakan Rasulullah SAW: “ Kaum Muslim berserikat dalam tiga hal yaitu padang rumput, api dan air” (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

Dari sini, Islam menuntut untuk negara mengelola kekayaan alamnya dan memiliki kemandirian ekonomi, sehingga negara tidak bergantung kepada negara lain, yang hal ini akan membuka kesempatan asing untuk menguasai perekonomian kita. Ketika pun ada kerjasama ekonomi, Islam akan melihat apakan negara itu adalah yang memusuhi Islam atau tidak. Kalau dia memusuhi maka secara mutlak, Islam mengharamkannya. Lalu seperti apa pengelolaan Islam dalam bingkai Khilafah untuk mewujudkan kekuatan ekonomi Negara yang tidak bergantung pada Negara lain?

Kekuatan ekonomi suatu negara, bisa kita lihat dari kemandirian ekonomi suatu Negara dalam mengelola dan mengatasi berbagai permasalahan ekonomi yang ada. Lalu seperti apa Khilafah dalam membangun kemandirian ekonominya?

Khilafah dalam mewujudkan kemandirian ekonomi akan menetapkan hukum-hukum  syariah Islam, diantaranya yang terpenting adalah:
  • Mengatur kepemilikan dan pengelolaan sumberdaya alam sesuai dengan syariah. Hanya Negara yang berhak mengelola sumber daya alam yang menjadi milik umum dan tidak boleh diserahkan kepada swasta apalagi asing.
  • Menghentikan utang luar negeri, baik dari lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia atau IMF maupun utang dari negara lain.
  • Menghentikan investasi asing yang bertentangan dengan syariah.
  • Menghentikan segala bentuk hubungan dengan negara-negara kafir yang sedang memerangi umat Islam.
  • Menghentikan keanggotaan dalam PBB, termasuk lembaga-lembaga internasional di bawah PBB seperti IMF dan Bank Dunia.
  • Menghentikan keanggotan dalam blok-blok perdagangan kapitalu, seperti NAFTA, AFTA, MEA dan sebagainya.
  • Membangun ketahanan pangan, yaitu memenuhi kebutuhan pangan bagi negeri sendiri melalui peningkatkan produksi pangan dan impor bahan pangan.
  • Mencetak mata uang emas dan perak.
  • Menghapus seluruh lembaga-lembag keuangan kapitalis seperti asuransi, pasr modal, perseroan terbatas (PT), dan sebagainya. (Al-waie edisi no.182-2015)

Islam sebagai rahmat bagi semesta alam memiliki konsep yang sempurna dalam mengatur kehidupan kita, termasuk permasalahan ekonomi. Seperti yang sedikit dijelaskan di atas. Namun konsep yang ada tentunya harus diterapkan dalam kehidupan, agar dapat dirasakan oleh semua umat. Karena sesungguhnya Islam menuntut untuk diterapkan dalam seluruh kehidupan dalam bingkai Khilafah. Wallahu’alam. [VM]

Posting Komentar untuk "Pertarungan Imperialis Cina dan Amerika Serikat"

close