Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Bulan Kemerdekaan


Oleh: Sri Nurhayati, S.Pd.I
(Pengisi Keputrian SMAT Krida Nusantara)

Bulan Agustus adalah bulan kemerdekaan bagi rakyat Indonesia. Setiap memasuki bulan ini, hamper semua rakyat negeri ini sibuk menyiapkan perayaan kemerdekaan. Setiap tahun hajatan ini diselenggarakan. Bahkan persiapan untuk hajatan ini sudah dilakukan dari bulan sebelumnya. Sering kita dapati di jalan-jalan banyak dari sebagian anak muda memasang kursi dan drum di tengah jalan sambil menenteng dus atau kaleng untuk meminta uang kepada pengguna jalan.

Terkadang merasa miris melihat apa yang terjadi itu, kenapa tidak? Untuk merayakan kemerdekaan, kita harus meminta-minta uang di tengah jalan. Ditambah uang yang ada dipakai untuk kegiatan yang isinya hanya melenakan kita saja, jauh dari merenung sebuah kemerdekaan itu. Misalnya saja mengadakan konser musik dangdut atau musik lainnya. Hampir semua tempat mengadakan acara musik dangdutan. Kenapa harus acara seperti itu? Kenapa tidak kita isi dengan kegiataan yang dapat kita jadikan renungan akan makna kemerdekaan ini. Jangan sampai apa yang sudah diperjuangkan para pejuang, yang di dalamnya diisi oleh para ulama dan santrinya dalam memperjuangkan kemerdekaan mereka penuhi dengan gema takbir yang mereka serukan. Tapi kenapa jusrtu kita hancurkan dengan acara yang isinya tidak menambah kualitas bangsa ini? 

Imperialisme Bertopeng Kemerdekaan

Sudah 71 tahun, bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan. Namun benarkah kita sudah merdeka? Sudahkah kita meraih apa yang dicita-citakan para pejuang akan bangsa dan negeri ini?

Tahun 1945 lalu, kita memang sudah merdeka dari penjajahan fisik ( pendudukan militer asing ). Namun, jika kita renungkan dengan pemikiran yang jernih, sungguh hal ini hanya sebuah topeng belaka yang diciptakan para imperialis. Karena secara fakta kita bisa merasakan kemerdekaan yang sungguhnya tidak kita nikmati.

Betapa tidak? Sejatinya Negara yang merdeka, sudah semestinya apa yang kita miliki dapat kita kuasai dan nikmati. Misalnya sumber daya alam (SDA) yang berlimpah tidak bisa kita nikmati sepenuhnya. BBM yang kita pakai bisa kita nikmati dengan harga yang mahal dibanding dengan Negara lain. Padahal sumber minyaknya ada di Negara kita.

Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena sesungguhnya penjajahan fisik itu telah beralih kepada penjajahan pemikiran. Imperialisme sebagai metode standar dari kapitalisme telah melebarkan dan menancapkan cengkeramnya untuk menguasai Negara-negara jajahannya melalui dominasi ideologi, politik, ekonomi dan budaya mereka yang dipaksakan masuk ke negeri ini.

Dominasi ideologi ini, bisa kita rasakan bagaimana ide sekulerisme, liberalisme semakin masuk ke dalam berbagai sendi kehidupan kita. Dominasi ideologi ini terekam jelas dari sistem politik negeri ini. Banyaknya kebijakan-kebijakan yang diterapkan di negeri ini lebih mementingkan para pemilik modal dan pihak asing.

Selain itu, sistem ekonomi negeri ini juga dicengkeram oleh para imprealis. Kebijakan ekonomi di negeri ini tidak lebih sekadar pesanan asing seperti IMF, Bank Dunia, CGI dll. Hal ini bisa kita lihat dari penghapusan subsidi, liberalisasi sektor keuangan, liberalisasi sektor perdagangan dan program-program pelaksanaan privatisasi BUMN.

Pelaksanaan dari privatisasi terhadap BUMN ini, menjadikan perusahaan-perusahaan kapitalis dunia seperti Caltex, Shell, Exxon Mobile, British, Petroleum, Chevron, Armerada Hess, Standard Mobile Oil, Marathon, Gulf Union Oil mencaplok asset nasional di bidang pertambangan minyak dan gas. Freeport dan Newmont mencaplok semua asset nasional di bidang pertambangan emas. Cement Mexico mencaplok produksi semen. Phillip Morris, British American Tobacco, Soros Corp mencaplok asset nasional di bidang rokok, cengkeh, dan tembakau. ABN Amro Bank, Citybank, Standard Chartered, Chemical Bank, Chase-Manhattan Bank, Federal Reserve Bank mencaplok asset nasional di perbankan.(Alwaie.No177 tahun XV)

Neoimperialisme dan Neoliberlisme Menguasai Negeri Ini

Ketika suatu Negara tidak lagi berdikari dan berjalan atas arahan asing, inilah wujud nyata dari penjajahan. Melalui penjajahan gaya baru atau neoimperialisme ini, barat mencengkeram Indonesia. Mereka dengan mudahnya mengeruk kekayaan alam Indonesia melalui legitimasi perundang-undangan oleh wakil-wakil rakyat. 

Ketika neoimperialisme ini mulai mencengkeram negeri ini, bersamaan itupula neoliberalisme pun mulai mengatur perekonomian negeri ini. Karena itu tak perlu heran ketika Negara banyak memberikan pengelolaan SDA kepada pihak swasta bahkan asing. Karena dalam pandangan neoliberalisme, Negara dianggap sebagai penghambat utama penguasaan ekonomi oleh individu/korporat.

Neoliberalisme sesungguhnya merupakan upaya pelumpuhan Negara untuk menuju korporatokrasi ( Negara korporasi). Ketika hal ini terjadi, Negara akan dikendalikan oleh persekutuan busuk nan jahat dari para politikus dan pengusaha. Hal ini bisa kita lihat dari keputusan-keputusan atau kebijakan-kebijakan politik yang ada yang tidak dibuat untuk kepentingan rakyat, tetapi untuk kepentingan para pemilik modal, baik domestic maupun asing.

Hal inilah yang menjadikan negeri ini tidak memiliki kemerdekaan yang sesungguhnya. Artinya ini menunjukkan Indonesia masih mengalami penjajahan. Namun tak semua rakyat negeri ini menyadari, karena cantiknya strategi penjajahan gaya baru ini. Sehingga tak dirasakan oleh semua rakyat negeri ini.

Mewujudkan Kemerdekaan Hakiki

Strategi cantik yang dilakukan para penjajah dengan cara memberikan kemerdekaan semu dan mendudukan para penguasa local yang merupakan agen-agen mereka. Cengkeraman penjajahan ini semakin kokoh melalui sistem kufur  yang diterapkan di negeri ini. Sistem kufur ini yang memberikan jalan bahkan melegalkan penjajahan. 

Penjajahan politik ini semakin kokoh melalui sistem demokrasi. Atas prinsip kedaulatan di tangan rakyat, sistem demokrasi ini secara efektif digunakan untuk menetapkan penguasa yang apat dikontrol penjajah. Sistem ini pula yang menjauhkan umat Islam dari penerapan syariah Islam kaffah yang mewajibkan kedaulatan di tangan syariah. 

Kemerdekaan yang seharusnya kita perjuangankan pada saat ini adalah kemerdekaan dari segala bentuk penghambahan kepada selain Allah SWT. Yakni menerapkan kembali aturan yang datang dari Allah, yang tak lain adalah aturan Islam.

Karena, Penerapan demokrasi-kapitalisme di negeri ini telah menjadikan apa yang menjadi milik umat tidak bisa dinikmati oleh umat, karena semuanya telah dikuasai swasta bahkan asing. Berbeda halnya dengan Islam, dalam mengola apa yang menjadi milik umat, Islam memiliki aturan yang sangat jelas. Pengelolaan sumber daya alam sepenuhnya menjadi wewenang dan tanggung jawab negara.  Apapun alasannya negara   tidak boleh menyerahkan pengelolaannya kepada pihak swasta apalagi asing, sementara negara berfungsi sebagai regulator saja. Sebagaimana sabda Rasulullah “ Tidak ada penguasaan (atas harta milik umum) kecuali bagi Allah dan Rasul- Nya (HR. Abu Daud).

Sesungguhnya Negara memiliki tanggung jawab untuk mengelolanya agar semua itu dapat dinikmati oleh umat tanpa dibeda-bedakan si kaya atau si miskin. Sehingga pengelolaan sumber daya alam seharusnya dikelola oleh Negara. Ketika pun Negara tidak mampu, tidak lantas menyerahkannya kepada asing. Tetapi cukup dengan mempekerjakan tenaga ahli dari mereka untuk membantu pembangun penyediaan sumber energi ini. Sedangkan terkait pendanaan dan yang terkait pengelolaannya tetap ada dibawah tanggung jawab Negara. Jika pendanaan kurang, Negara dapat mengoptimalknya pemasukan dari pengelolaan SDA yang ada atau meminjamnya dari rakyatnya sendiri yang nantinya akan dibayar tanpa adanya riba.

Dengan kembali kepada aturan Allah dengan jalan menerapkan syariahNya secara total dalam kehidupan melalui bingkai Khilafah, niscaya kemerdekaan yang kita inginkan akan terwujud. Serta mampu mewujudkan Islam rahmatin lil’alamin. Wallahu’alam. [VM]

Posting Komentar untuk "Renungan Bulan Kemerdekaan "

close